Ahli Epidemiologi Ingatkan Vaksin Hanya Pelengkap, Disiplin Prokes Jadi Kunci
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bupati Sleman yang terkonfirmasi positif COVID-19 seusai divaksin menjadi sorotan publik. Ditambah lagi dengan pengumuman Ketua Satgas Penanganan COVID-19, Doni Monardo yang juga positif COVID-19 pada Sabtu (23/1/2020) pagi ini.
Terkait hal itu, Ahli Epidemiologi dari Univetsitas Indonesia (UI), Pandu Riono menegaskan bahwa vaksin itu merupakan pelengkap dari rangkaian protokol kesehatan (prokes) yang mesti dijalani untuk terhindar dari penularan pandemi COVID-19.
Pandu menjelaskan, konsep pertahanan ala Keju Swiss yang dibuatnya. Ada 10 lapis pertahanan dari pandemi COVID-19 yakni, jaga jarak dan tetap di rumah jika sakit; memakai masker; mencuci tangan, etika batuk dan bersin; menghindari kerumunan; tes dan pelacakan yang tepat dan akurat; ventilasi ruang terbuka dan filter udara; imbauan pemerintah dan dukungan finansial; karantina dan isolasi; dan vaksin.
"Iya (semua lapisan perlu dilakukan), kalau itu dijalankan betul risikonya sangat rendah, hampir nol. Yang terakhir itu vaksin, vaksin itu salah satu dari pelengkap," ujar Pandu saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Sabtu (23/1/2021).
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI itu menegaskan pertahanan berlapis ini merupakan tanggung jawab individu dan tanggung jawab bersama. Karena vaksinasi itu bukan berarti terhindar dari infeksi virus tanpa disiplin prokes.
"Makannya orang habis divaksin, harus tetap memakai masker, menjaga jarak, siapa bilang vaksin bisa mencegah infeksi. Makannya banyak orang bilang kepala dinas, bupati, kena. Walaupun ngaku baru divaksinasi, kena," bebernya.
Karena itu, Pandu menyesalkan banyaknya masyarakat yang mengetahui soal pentingnya disiplin prokes tapi tidak konsisten menjalankan, padahal antisipasi penularan COVID-19 tanggung jawab bersama. Ditambah dengan komunikasi pemerintah yang terlalu mengglorifikasi vaksin. Baca juga: Doni Monardo Positif COVID-19, Epidemiolog Yakin Ada Celah yang Tak Disadari
"Orang itu sudah banyak ngerti semua, cuma banyak yang sudah tidak konsisten. Karena terbuai oleh glorifikasi vaksin, itu komunikasi publik yang salah seolah vaksin menyelesaikan masalah," pungkasnya.
Terkait hal itu, Ahli Epidemiologi dari Univetsitas Indonesia (UI), Pandu Riono menegaskan bahwa vaksin itu merupakan pelengkap dari rangkaian protokol kesehatan (prokes) yang mesti dijalani untuk terhindar dari penularan pandemi COVID-19.
Pandu menjelaskan, konsep pertahanan ala Keju Swiss yang dibuatnya. Ada 10 lapis pertahanan dari pandemi COVID-19 yakni, jaga jarak dan tetap di rumah jika sakit; memakai masker; mencuci tangan, etika batuk dan bersin; menghindari kerumunan; tes dan pelacakan yang tepat dan akurat; ventilasi ruang terbuka dan filter udara; imbauan pemerintah dan dukungan finansial; karantina dan isolasi; dan vaksin.
"Iya (semua lapisan perlu dilakukan), kalau itu dijalankan betul risikonya sangat rendah, hampir nol. Yang terakhir itu vaksin, vaksin itu salah satu dari pelengkap," ujar Pandu saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Sabtu (23/1/2021).
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI itu menegaskan pertahanan berlapis ini merupakan tanggung jawab individu dan tanggung jawab bersama. Karena vaksinasi itu bukan berarti terhindar dari infeksi virus tanpa disiplin prokes.
"Makannya orang habis divaksin, harus tetap memakai masker, menjaga jarak, siapa bilang vaksin bisa mencegah infeksi. Makannya banyak orang bilang kepala dinas, bupati, kena. Walaupun ngaku baru divaksinasi, kena," bebernya.
Karena itu, Pandu menyesalkan banyaknya masyarakat yang mengetahui soal pentingnya disiplin prokes tapi tidak konsisten menjalankan, padahal antisipasi penularan COVID-19 tanggung jawab bersama. Ditambah dengan komunikasi pemerintah yang terlalu mengglorifikasi vaksin. Baca juga: Doni Monardo Positif COVID-19, Epidemiolog Yakin Ada Celah yang Tak Disadari
"Orang itu sudah banyak ngerti semua, cuma banyak yang sudah tidak konsisten. Karena terbuai oleh glorifikasi vaksin, itu komunikasi publik yang salah seolah vaksin menyelesaikan masalah," pungkasnya.
(kri)