Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Isu kesehatan mental sama pentingnya dengan isu kesehatan fisik. Setiap orang pasti pernah atau sedang mengalami masalah dengan kesehatan mental.
Pengajar Fakultas Biomedicine, Indonesia International Institute for Life-Sciences ( i3L ), Dina Atrasina Satriawan menjelaskan terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang selama pandemi COVID-19. Contohnya isolasi, kehilangan pekerjaan, ketakutan akan infeksi COVID-19 , maupun duka cita akibat kehilangan teman atau keluarga.
“Faktor-faktor ini tentunya meningkatkan rasa cemas dan stres sehingga dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan jiwa maupun memperburuk kondisi yang sudah ada sebelumnya,” ujar Dina dalam keterangannya, Jumat (22/1/2020).
Masalah psikologis yang dapat muncul selama pandemi COVID-19 cukup beragam. Kondisi isolasi sosial atau kesepian (loneliness) yang timbul akibat karantina, isolasi mandiri, work/school-from-home, maupun pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dapat menyebabkan gejala depresi, kecemasan, gangguan tidur, gangguan makan, bahkan, keinginan untuk bunuh diri.
Selain itu, penelitian juga telah menunjukkan bahwa orang yang kehilangan atau berisiko kehilangan pekerjaan akibat pandemi lebih rentan terkena gangguan penggunaan alkohol atau zat.
Dia melihat tenaga kesehatan di garis depan pandemi COVID-19 juga banyak mengalami kelelahan mental (burnout) serta tekanan psikologis yang akut. Sedangkan infeksi COVID-19 sendiri dapat menyebabkan komplikasi saraf dan mental yang menyebabkan kebingungan (delirium) dan kegelisahan (agitasi) hebat.
Baca juga: Bukti Menunjukkan Varian Baru COVID-19 Inggris Lebih Mematikan
Menurutnya, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Hal ini menjadi sebuah dilema ketika kita dihadapkan pada kondisi isolasi akibat pandemi COVID-19.
Di satu sisi, isolasi dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental, tetapi di sisi lain, isolasi menjaga diri kita sendiri dan orang lain dari transmisi COVID-19. “Oleh karena itu, isolasi tetap sangat penting untuk dilakukan, namun, kita dapat melakukan beberapa tindakan untuk memitigasi dampak isolasi tersebut,” jelasnya.
Berikut beberapa cara sederhana yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan mental selama isolasi pandemi, antara lain:
1. Menjaga kesehatan fisik dengan cara mengatur pola makan, tidur, dan olahraga, karena kesehatan mental tidak dapat dipisahkan dari kesehatan fisik.
2. Mengelola emosi dengan cara relaksasi, meditasi, dan mengontrol asupan berita yang meningkatkan kecemasan.
3. Membuat rutinitas baru dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas baru yang kecil dan bermakna seperti belajar dari webinar atau menekuni hobi baru.
4. Meningkatkan koneksi sosial dengan cara berkomunikasi rutin secara virtual serta mencari peluang bergabung dalam komunitas atau kelompok kegiatan tertentu.
5. Mencari hiburan yang telah disesuaikan dengan kondisi pandemi, contohnya konser dan teater daring.
6. Mengurangi rasa kebosanan dengan melakukan berbagai kegiatan yang sehat dan menyenangkan seperti berolahraga.
Jika semua itu sudah dilakukan, tetapi tidak ada perubahan berarti, katanya, segera konsultasi kepada psikiater atau profesional kesehatan jiwa lain sehingga pertolongan cepat dan tepat bisa segera dilakukan.
Pengajar Fakultas Biomedicine, Indonesia International Institute for Life-Sciences ( i3L ), Dina Atrasina Satriawan menjelaskan terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang selama pandemi COVID-19. Contohnya isolasi, kehilangan pekerjaan, ketakutan akan infeksi COVID-19 , maupun duka cita akibat kehilangan teman atau keluarga.
“Faktor-faktor ini tentunya meningkatkan rasa cemas dan stres sehingga dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan jiwa maupun memperburuk kondisi yang sudah ada sebelumnya,” ujar Dina dalam keterangannya, Jumat (22/1/2020).
Masalah psikologis yang dapat muncul selama pandemi COVID-19 cukup beragam. Kondisi isolasi sosial atau kesepian (loneliness) yang timbul akibat karantina, isolasi mandiri, work/school-from-home, maupun pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dapat menyebabkan gejala depresi, kecemasan, gangguan tidur, gangguan makan, bahkan, keinginan untuk bunuh diri.
Selain itu, penelitian juga telah menunjukkan bahwa orang yang kehilangan atau berisiko kehilangan pekerjaan akibat pandemi lebih rentan terkena gangguan penggunaan alkohol atau zat.
Dia melihat tenaga kesehatan di garis depan pandemi COVID-19 juga banyak mengalami kelelahan mental (burnout) serta tekanan psikologis yang akut. Sedangkan infeksi COVID-19 sendiri dapat menyebabkan komplikasi saraf dan mental yang menyebabkan kebingungan (delirium) dan kegelisahan (agitasi) hebat.
Baca juga: Bukti Menunjukkan Varian Baru COVID-19 Inggris Lebih Mematikan
Menurutnya, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Hal ini menjadi sebuah dilema ketika kita dihadapkan pada kondisi isolasi akibat pandemi COVID-19.
Di satu sisi, isolasi dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental, tetapi di sisi lain, isolasi menjaga diri kita sendiri dan orang lain dari transmisi COVID-19. “Oleh karena itu, isolasi tetap sangat penting untuk dilakukan, namun, kita dapat melakukan beberapa tindakan untuk memitigasi dampak isolasi tersebut,” jelasnya.
Berikut beberapa cara sederhana yang dianjurkan untuk menjaga kesehatan mental selama isolasi pandemi, antara lain:
1. Menjaga kesehatan fisik dengan cara mengatur pola makan, tidur, dan olahraga, karena kesehatan mental tidak dapat dipisahkan dari kesehatan fisik.
2. Mengelola emosi dengan cara relaksasi, meditasi, dan mengontrol asupan berita yang meningkatkan kecemasan.
3. Membuat rutinitas baru dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas baru yang kecil dan bermakna seperti belajar dari webinar atau menekuni hobi baru.
4. Meningkatkan koneksi sosial dengan cara berkomunikasi rutin secara virtual serta mencari peluang bergabung dalam komunitas atau kelompok kegiatan tertentu.
5. Mencari hiburan yang telah disesuaikan dengan kondisi pandemi, contohnya konser dan teater daring.
6. Mengurangi rasa kebosanan dengan melakukan berbagai kegiatan yang sehat dan menyenangkan seperti berolahraga.
Jika semua itu sudah dilakukan, tetapi tidak ada perubahan berarti, katanya, segera konsultasi kepada psikiater atau profesional kesehatan jiwa lain sehingga pertolongan cepat dan tepat bisa segera dilakukan.
(kri)