Jubir Vaksin: Secara Global 172 Vaksin Covid-19 Masuk Tahap Pre Klinik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmidzi mengungkapkan hingga saat ini sebanyak 172 vaksin Covid-19 yang dikembangkan secara global telah masuk tahap pre klinik.
“Sedikit mengupdate perkembangan vaksin bahwa di dunia global ini ada 172 vaksin yang sudah dalam tahap pre klinik,” ungkap Nadia dalam webinar sosialisasi vaksin Covid-19, Rabu (20/1/2021).
Namun, kata Nadia, dari 172 vaksin tersebut masih harus melalui berbagai tahap hingga masuk ke dalam tahap uji klinik. Dimana saat ini ada 60 vaksin yang sudah masuk uji klinik. “Tapi tentu masih perjalanan panjang untuk bisa kemudian vaksin-vaksin ini masuk ke dalam tahap uji klinik yang 60 vaksin saat ini,” katanya. Baca juga: Soal Vaksinasi di Daerah Bencana, Satgas Covid-19 Bilang Begini
Vaksin yang dibuat juga dari berbagai macam platform dalam pembuatannya. “Ini platformnya macam-macam ya jenis vaksin itu, ada yang inaktivasi virusnya. Ada yang vektor viralnya, kemudian ada yang proteinnya mana yang berbasis RNA,” kata Nadia.
Sementara vaksin yang sudah selesai uji klinik tahap III diantaranya Pfizer, Moderna, AstraZeneca, Novavax, Johnson & Johnson, Sinovac Biotech, Gamaleya, CanSino, Sinopharm. “Nah ini adalah vaksin-vaksin yang sudah hampir menyelesaikan uji klinis tahap III dan sebagian besar vaksin ini akan digunakan di Indonesia,” katanya.
Nadia juga menegaskan dalam memilih vaksin harus memenuhi beberapa kriteria. “Ada beberapa kriteria yang pasti keamanannya, tentu saja sudah dipastikan, diupayakan tidak ada efek samping yang berat. Kalaupun ada efek samping yang berat harus minimal. Selalu harus dipertimbangkan lebih banyak amannya, keuntungannya, manfaatnya dibandingkan efek sampingnya. Efikasi minimal 50% seperti yang disampaikan WHO,” tegasnya.
Vaksin ini, kata Nadia, diharapkan dapat memberikan perlindungan yang cukup panjang. Selain itu, stabilitas penyimpanannya dan menggunakan dosis yang memungkinkan itu bisa digunakan dalam beberapa dosis. “Jadi bukan satu kemasan, 1 dosis. Yang diutamakan adalah yang dalam satu kemasan ini bisa digunakan untuk beberapa kali penyuntikan,” tambahnya.
Sementara, kata Nadia, untuk memenuhi kebutuhan 181,5 juta jiwa yang akan divaksinasi yang artinya itu membutuhkan 426 juta dosis vaksin. “Maka pemerintah mengupayakan pemenuhan kebutuhan vaksin ini dengan berbagai cara. Yang pertama adalah tentunya mengembangkan vaksin dalam negeri yaitu vaksin merah putih, melakukan pemilihan secara langsung baik dalam bentuk jadi, maupun dalam bentuk bahan mentah. Dan yang ketiga adalah bekerja sama di dalam lembaga internasional yaitu WHO, CEPI dan GAVI,” papar Nadia.
“Sedikit mengupdate perkembangan vaksin bahwa di dunia global ini ada 172 vaksin yang sudah dalam tahap pre klinik,” ungkap Nadia dalam webinar sosialisasi vaksin Covid-19, Rabu (20/1/2021).
Namun, kata Nadia, dari 172 vaksin tersebut masih harus melalui berbagai tahap hingga masuk ke dalam tahap uji klinik. Dimana saat ini ada 60 vaksin yang sudah masuk uji klinik. “Tapi tentu masih perjalanan panjang untuk bisa kemudian vaksin-vaksin ini masuk ke dalam tahap uji klinik yang 60 vaksin saat ini,” katanya. Baca juga: Soal Vaksinasi di Daerah Bencana, Satgas Covid-19 Bilang Begini
Vaksin yang dibuat juga dari berbagai macam platform dalam pembuatannya. “Ini platformnya macam-macam ya jenis vaksin itu, ada yang inaktivasi virusnya. Ada yang vektor viralnya, kemudian ada yang proteinnya mana yang berbasis RNA,” kata Nadia.
Sementara vaksin yang sudah selesai uji klinik tahap III diantaranya Pfizer, Moderna, AstraZeneca, Novavax, Johnson & Johnson, Sinovac Biotech, Gamaleya, CanSino, Sinopharm. “Nah ini adalah vaksin-vaksin yang sudah hampir menyelesaikan uji klinis tahap III dan sebagian besar vaksin ini akan digunakan di Indonesia,” katanya.
Nadia juga menegaskan dalam memilih vaksin harus memenuhi beberapa kriteria. “Ada beberapa kriteria yang pasti keamanannya, tentu saja sudah dipastikan, diupayakan tidak ada efek samping yang berat. Kalaupun ada efek samping yang berat harus minimal. Selalu harus dipertimbangkan lebih banyak amannya, keuntungannya, manfaatnya dibandingkan efek sampingnya. Efikasi minimal 50% seperti yang disampaikan WHO,” tegasnya.
Vaksin ini, kata Nadia, diharapkan dapat memberikan perlindungan yang cukup panjang. Selain itu, stabilitas penyimpanannya dan menggunakan dosis yang memungkinkan itu bisa digunakan dalam beberapa dosis. “Jadi bukan satu kemasan, 1 dosis. Yang diutamakan adalah yang dalam satu kemasan ini bisa digunakan untuk beberapa kali penyuntikan,” tambahnya.
Sementara, kata Nadia, untuk memenuhi kebutuhan 181,5 juta jiwa yang akan divaksinasi yang artinya itu membutuhkan 426 juta dosis vaksin. “Maka pemerintah mengupayakan pemenuhan kebutuhan vaksin ini dengan berbagai cara. Yang pertama adalah tentunya mengembangkan vaksin dalam negeri yaitu vaksin merah putih, melakukan pemilihan secara langsung baik dalam bentuk jadi, maupun dalam bentuk bahan mentah. Dan yang ketiga adalah bekerja sama di dalam lembaga internasional yaitu WHO, CEPI dan GAVI,” papar Nadia.
(cip)