Pakar Ungkap 2 Faktor Penyebab Kasus COVID-19 Kembali Pecah Rekor

Minggu, 17 Januari 2021 - 06:45 WIB
loading...
Pakar Ungkap 2 Faktor...
Petugas medis memindahkan pasien yang terkonfirmasi Covid-19 untuk mendapatkan perawatan intensif di RS Polri Kramatjati, Jakarta, Rabu (13/1/2021). FOTO/SINDOnews/ISRA TRIANSYAH
A A A
JAKARTA - Kasus harian positif COVID-19 di Indonesia melonjak drastis. Data Sabtu (16/1/2021) kemarin menunjukkan penambahannya menyentuh angka 14.224 kasus dan memecahkan rekor tertinggi . Hingga saat ini, akumulasi orang yang dinyatakan terkonfirmasi COVID-19 telah mencapai 828.026.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menyebut setidaknya ada dua faktor yang menjadikan kasus harian COVID-19 kian bertambah banyak. Pertama, akibat aktivitas libur panjang di akhir Desember tahun lalu dan kedua, meningkatnya kapasitas laboratorium yang memeriksa spesimen.

"Jadi ini kasus kombinasi ya, pertama ini masih menjadi efek dari libur dan aktivitas pariwisata di akhir Desember. Kedua, memang ada testing yang bertambah kapasitasnya, sehingga deteksi rate juga meningkat," katanya ketika dihubungi, Minggu (17/1/2021).



Menurutnya, masyarakat tidak perlu kaget dengan kasus COVID-19 yang kian hari bertambah banyak, sebab hal ini telah lama diprediksi banyak pihak. Bahkan, sambungnya, di hari-hari ke depan penambahan akan semakin banyak, dan mungkin bisa mencapai 15.000 kasus.

"Ini memang kasus yang sudah terprediksi, jadi tidak mengangetkan. Ke depannya, akan tembus 15.000 per hari, dan bukan sesuatu yang mengagetkan akan ada rekor-rekor yang terjadi lagi," ucapnya.

Dia menjabarkan, selama kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak bisa diawasi secara ketat, maka penyebaran COVID-19 semakin masif. Menurutnya, virus ini dapat menyebar dengan cepat jika banyak aktivitas maupun kerumunan.

Selain itu, sambungnya, pemerintah seharusnya tidak terlalu sering melakukan perubahan kebijakan. Menurutnya, kebijakan harus dikeluarkan secara parsial dan jangan setengah-setengah.



"Selama kebijakan tidak dilakukan secara ketat itu pasti akan naik terus ya kasusnya. Pandemi COVID-19 ini menemukan celahnya ketika memang banyak aktivitas keramaian, kemudian aktivitas publik, dan juga terjadi transmisi di mana-dimana," paparnya.

Lebih jauh dia memaparkan, penerapan protokol kesehatan pun tidaklah cukup. Menurutnya, penerapan pembatasan sosial harus dilakukan secara serentak dan nasional.

Baca juga: Vaksinasi Diharapkan Dorong Normalisasi Kegiatan Ekonomi

"Mengandalkan protokol kesehatan saja tidak cukup. Memang harus ada kampanye dan penguatan lain ya yang dilakukan. Pembatasan kegiatan atau istilah PSBB itu harus dilakukan secara nasional kalau mau memutus mata rantai. Itu dipersiapkan, tidak secara tiba-tiba, keseringan kan kebijakan kita itu tiba-tiba ya jadi tidak efektif di lapangan," katanya.

Diberitakan sebelumnya, total kasus positif COVID-19 di Indonesia telah mencapai angka 828.026 orang. Terjadi penambahan sebanyak 14.224 kasus pada Sabtu (16/1/2021) dibandingkan satu hari sebelumnya.



Jumlah tersebut merupakan hasil penelusuran (tracing) terhadap spesimen yang dilakukan dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM).

Selain itu, dilaporkan pasien yang sembuh dari COVID-19 mencapai 727.538 orang. Ada penambahan 8.662 dibandingkan sebelumnya 718.696 orang.

Sementara itu, jumlah yang pasien COVID-19 yang meninggal dunia mencapai 25.767 orang. Ada penambahan 283 dibandingkan sebelumnya sebanyak 25.484 orang.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.1156 seconds (0.1#10.140)