Sriwijaya Air SJ-182 Tak Terbang 9 Bulan

Selasa, 12 Januari 2021 - 06:06 WIB
loading...
Sriwijaya Air SJ-182...
Tim SAR gabungan memindahkan kantong jenazah ke dalam ambulans untuk dibawa ke RS Polri di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Senin (11/01/21). OKEZONE/ARIF JULIANTO
A A A
JAKARTA - Pesawat Sriwijaya SJ-182 nahas yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu ternyata sembilan bulan sempat tidak beroperasi. Kendati demikian, pesawat tersebut telah dinyatakan laik terbang oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) .

Fakta tersebut disampaikan Dirjen Perhubungan Udara Novie Riyanto dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/01/21). Kelaikan dimaksud termasuk setelah Perintah Kelaikudaraan (Airworthiness Directive) yang diterbitkan oleh Federal Aviation Administration (FAA)/ regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat.

(Baca juga: Tim SAR Gabungan Bakal Perluas Area Pencarian Sriwijaya Air )

Novie Riyanto menjelaskan, pengawasan untuk memastikan kelaikan terbang yang dilakukan Ditjen Perhubungan Udara meliputi pemeriksaan semua pesawat dari semua maskapai yang diparkir atau tidak dioperasikan untuk memastikan pesawat tersebut masuk ke dalam program penyimpanan dan perawatan pesawat.

Diungkapkannya, berdasarkan data yang ada, pesawat Sriwijaya SJ 182 masuk hanggar pada 23 Maret 2020 dan tidak beroperasi sampai dengan bulan Desember 2020. Kemudian, Ditjen Perhubungan Udara telah melakukan inspeksi pada 14 Desember 2020. Diketahui, pada Maret tahun lalu, Indonesia mulai terserang virus Covid-19 yang diikuti kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat.

(Baca juga: Insiden Sriwijaya Jatuh, Menko Luhut Perbaiki Pemeliharaan Pesawat )

Selanjutnya, ujar Novie, pada 19 Desember 2020 pesawat jenis Boeing 737-500 itu mulai beroperasi kembali tanpa penumpang/No Commercial Flight, dan pada tanggal 22 Desember 2020, pesawat beroperasi kembali dengan penumpang/Commercial Flight.

Novie juga menandaskan, Kemenhub telah menindaklanjuti ( Perintah Kelaikudaraan FAA) dengan menerbitkan Perintah Kelaikudaraan pada tanggal 24 Juli 2020. ‘’Perintah Kelaikudaraan mewajibkan operator yang mengoperasikan pesawat jenis Boeing 737-300/400/500 dan B737-800/900 untuk melakukan pemeriksaan engine sebelum dapat diterbangkan,” ungkap Novie.

Dia juga menuturkan, Ditjen Perhubungan Udara melakukan pemeriksaan untuk memastikan pelaksanaan Perintah Kelaikudaraan tersebut telah dilakukan pada semua pesawat sebelum dioperasikan kembali. Sebelum terbang kembali, telah dilaksanakan pemeriksaan korosi pada kompresor tingkat 5 (valve 5 stages engine due corrosion) pada 2 Desember 2020 , yang dilakukan oleh inspektur kelaikudaraan Ditjen Perhubungan Udara. (RDL/LA/JD)

(Baca juga: Penumpang Pertama Sriwijaya Air SJ-182 yang Teridentifikasi Warga Sepatan Tangerang )

Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati menegasksn, Kemenhub memastikan Sriwijaya Air SJ 182 dinyatakan dalam kondisi laik udara sebelum terbang. Pesawat jenis B737-500 tersebut telah memiliki Certificate of Airworthiness (Sertifikat Kelaikudaraan) yang diterbitkan oleh Kemenhub dengan masa berlaku sampai dengan 17 Desember 2021.

“Ditjen Perhubungan Udara telah melakukan pengawasan rutin sesuai dengan program pengawasan dalam rangka perpanjangan sertifikat pengoperasian pesawat (AOC) Sriwijaya Air pada bulan November 2020. Hasilnya Sriwijaya Air telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan,” jelas Adita.

Musibah Berulang
Tragedi jatuhnya pesawat Boeing 737-500 milik Sriwijaya Air yang lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Soepadio, Pontianak, Kalimantan Barat, semakin menambah panjang rentetan musibah di industri penerbangan Tanah Air. Dengan tragedi ini, Indonesia pun mengukuhkan diri sebagai negara dengan rekor kecelakaan sipil terburuk di Asia seperti disampaikan Aviation Safety Network.

Selama 10 tahun terakhir, tercatat terjadi tujuh kali kecelakaan fatal yang menewaskan seluruh penumpang pesawat. Di antaranya, AirAsia Indonesia 8501 yang jatuh di Laut Jawa (28/12/2014) yang menewaskan 162 orang dan musibah Lion Air 610 yang jatuh di perairan Karawang (29/10/2018) dengan korban mencapai 189 orang.

Berbagai faktor penyebab kecelakaan pesawat mulai dari buruknya kemampuan pilot atau human error, kegagalan mekanis, masalah kontrol lalu lintas udara, masalah cuaca hingga perawatan pesawat yang buruk muaranya tetap pada teledornya pengawasan otoritas terkait, dalam hal ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dengan perangkatnya.

Keprihatinan sekaligus sorotan terhadap lemahnya pengawasan maskapai kemarin disampaikan kalangan DPR. Rencananya, Komisi V DPR akan memanggil Kemenhub, Basarnas, KNKT dan instansi terkait lainnya beserta seluruh jajaran guna mencari solusi jangka panjang agar musibah penerbangan tidak terus terulang dan terulang.

"Belum lama peristiwa maskapai Lion Air di Karawang, saat ini Peristiwa Maskapai Sriwijaya, Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah untuk lebih serius memprioritaskan keselamatan para penumpang di bidang Transportasi Udara, semoga peristiwa seperti ini tidak terulang kembali dalam dunia penerbangan Indonesia," ujar Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin, di Jakarta, kemarin.

Dia mendorong Pemerintah untuk dapat lebih memperhatikan dan meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan transportasi penerbangan. Legislator dapil Lampung ini juga memintqa Pemerintah untuk lebih serius memprioritaskan keselamatan para penumpang di bidang transportasi udara agar musibah tidak terulang.

"Regulator dunia penerbangan juga perlu memperhatikan agar semua maskapai secara sungguh-sungguh menjalankan SOP. Kalau perlu di audit," tegas mantan Ketua Badan Anggaran DPR itu.

Anggota Komisi V DPR Rifqinizamy Karsayuda mendesak Menteri Perhubungan (Menhub) untuk melakukan evaluasi total sistem transportasi udara, terutama di masa pandemi Covid-19. Dia kemudian menunjuk peringaan Federal Aviation Asociation (FAA) di Amerika Serikat pada pertengahan tahun lalu yang yang mengingatkan bahwa tidak digunakannya pesawat dalam kurun waktu yang lama akan mengakibatkan korosi pada pesawat tersebut.

Menurut politikus PDI Perjuangan ini, temuan FAA tersebut harusnya telah menjadi peringatan keras bagi berbagai maskapai di tanah air yang menggunakan pesawat Boeng 737 dimaksud. "Kementerian Perhubungan sejak awal harus mengantisipasi temuan FAA ini di Indonesia. Karenanya, musibah SJ-182 ini harus menjadi evalusi total bagi dunia penerbangan kita di masa pandemi ini," tegas legislator daerah pemilihan Kalimantan Selatan I ini.

Rifqi menegaskan, dirinya akan meminta secara resmi kepada Pimpinan dan Anggota Komisi V DPR untuk duduk bersama Menhub beserta seluruh jajaran terkait, termasuk Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk melakukan evaluasi total pasca musibah ini. "Dari sisi teknologi penerbangan, pasti ada konsekuensi tersendiri akibat berkurangnya volume pemakaian pesawat-pesawat udara tersebut. Belum lagi soal isu usia pesawat yang banyak berusia tua," ungkap Rifqi.

Senada, anggota Komisi V DPR Suryadi Jaya Purnama menilai insiden jatuhnya Sriwijaya Air di kawasan Pulau Seribu harus menjadi dasar evaluasi bagi seluruh maskapai penerbangan. Terlebih lagi, aspek yang mencakup perawatan pesawat dan kelaikan pesawat untuk melayani penerbangan.

“Dunia penerbangan harus selalu berhati-hati dengan memperhatikan faktor cuaca dan selalu melakukan perawatan pesawat sesuai ketentuan yang berlaku sehingga pesawat dapat benar-benar terkondisikan untuk laik terbang. Kejadian ini harus menjadi dasar evaluasi,” kata Suryadi.

Dia pun pemerintah agar mengawasi secara ketat dan menindak tegas jika ada maskapai yang tidak beroperasi sesuai dengan ketentuan. Dalam pandangannya, faktor kebijakan atau regulasi juga tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kejadian tersebut. Terlebih lagi, sudah banyak contoh ketidaktegasan pemerintah terhadap maskapai penerbangan.

“Misalnya, terkait masalah kompensasi kecelakaan pesawat Lion Air JT610 yang tidak kunjung selesai hingga terjadinya kecelakaan lain pada hari ini adalah salah satu contoh lemahnya kontrol pemerintah terhadap maskapai,” celetuknya.

Kemarin, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut pihaknya akan melakukan perbaikan ke depan dalam hal pemeliharaan pesawat di Tanah Air. Kami akan terus melakukan pemeliharaan pesawat-pesawat kita," ujarnya dalam peluncuran Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia secara virtual, kemarin, sembari menyampaikan duka cita yang sangat mendalam atas kecelakaan yang menimpa pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di sekitar Kepulauan Seribu.

Sementara itu, Ikatan Pilot Indonesia (IPI) siap memantau proses investigasi penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Sabtu (9/1) lalu. Presiden Ikatan Pilot Indonesia Iwan Setyawan menandaskan, langkah ini untuk memastikan bahwa seluruhnya dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalisme. “Segala upaya harus dilakukan untuk mencegah terulangnya tragedi tersebut,” kata Iwan di Jakarta, kemarin.

Proses Pencarian
Hingga petang kemarin, walaupun keberadaannya sudah terdeteksi, kotak hitam (black box) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di Kepulauan Seribu, Jakarta belum bisa ditemukan. Kepastian ini disampaikan Kepala Basarnas, Marsdya TNI (Purn) Bagus Puruhito."Telah ditemukan adanya sinyal black box," kata Bagus, kepada wartawan, di Terminal 2D Kedatangan Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, kemarin.

Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Thahjono mengatakan, pihaknya telah melakukan penyempitan lokasi pencarian black box. Namun upaya yang dilakukan dengan penyelaman terkendala hujan deras. Namun pencarian berlanjut setelah hujan reda.

"Kita akan mengoptimalkan pencarian black box. Besok kita akan menjadwalnya Kapal Baruna Jaya 4 untuk ikut mencari black box. Mudah-mudahan atas doa dari masyarakat semua, bisa kita temukan black box," katanya.

Selain black box, tim SAR gabungan juga mencari korban dan badan pesawat. Kemarin sore, kapal milik Polair merapat ke Dermaga Pelabuhan JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara dengan membawa sejumlah benda hasil operasi pencarian Sriwijaya Air yang dilakukan sejak Minggu (10/1/2021).

"Tim SAR gabungan dari Direktorat Barhakam Polri, Dirpolair Polda Metro Jaya, semenjak Minggu sampai sore ini kami berhasil ada 14 potongan tubuh dan 53 properti terdiri dari serpihan bagian pesawat, pelampung, dan baju," kata Dirpolair Korpolairud Baharkam Polri Brigjen Yassin Kosasih, kemarin.

Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Rasman selaku SAR Mission Coordinator (SMC) mengatakan pemeriksaan serpihan pesawat barang temuan tersebut akan KNKT. Sedangkan temuan potongan tubuh manusia akan diserahkan kepadatim Disaster Victim Identification (DVI).

Pada hari ketiga operasi, tim Search and Rescue (SAR) gabungan telah memperluas wilayah pencarian pada hari ketiga operasi pencarian dan penyelamatan pesawat Sriwijaya Air. Direktur Operasi Basarnas, Brigjen Rasman menuturkan, perluasan wilayah pencarian yang sebelumnya empat titik menjadi enak titik.

Hal ini dilakukan karena kuat dugaan serpihan kapal terbawa ombak. sehingga bagian pesawat diduga bergeser."Kita akan sisir pantai yang ada di sekitar lokasi pencarian," ujar Rasman saat temui di JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara kemarin.

Menurut Rasman untuk wilayah udara akan ada 12 unit armada yang akan diturunkan ke lokasi pencarian. Selain itu tim laut pencari ditambah menjadi 53 armada yang terdiri dari sea rider, jetski dan kapal kecil.
(ynt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1311 seconds (0.1#10.140)