Simulasi AHY-Erick, Demokrat Ditantang Bisa Bikin Koalisi Gemuk
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY ) terus bersaing dengan figur-figur potensial yang berpeluang maju dalam Pilpres 2024 mendatang. Meski elektabilitas AHY masih tercecer di dasar 'klasemen' lembaga survei, tapi peluangnya masih cukup terbuka, mengingat kontestasi 2024 masih cukup jauh.
(Baca juga: Peluang Duet AHY-Susi Dinilai Cukup Berat, Begini Alasannya)
Sejumlah kalangan pun menyarankan agar AHY tetap berada di barisan oposisi pemerintahan dengan strategi menggaet bakal calon pendamping yang tepat. Berbagai simulasi pun muncul seperti AHY yang disarankan agar berduet dengan kalangan profesional yang memiliki citra positif di masyarakat.
Setelah disimulasikan dengan Susi Pudjiastuti, putra Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu disimulasikan berduet dengan Menteri BUMN, Erick Thohir.
(Baca juga: Punya Modal Politik Tak Jamin Langkah AHY Mulus di Pilpres 2024)
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai, jika simuliasi AHY-ET, maka Demokrat harus merangkul atau membuat koalisi besar atau gemuk.
"Jika persyaratan PT nya masih 20% kursi parlemen dan 25 % perolehan suara nasional partai, maka Demokrat yang hanya 6% lebih itu masih butuh kurang lebih 14 % lagi," kata Ujang saat dihubungi SINDOnews, Senin (4/1/2021).
(Baca juga: Mengukur Peluang AHY di 2024 Jika Diduetkan dengan Beberapa Figur Ini)
Menurut Ujang, hal ini perlu dilakukan karena Erick Thohir juga bukan kader partai. Dia hanya pengusaha yang secara kebetulan terpotret dalam hasil survei. Selain itu, elektabilitas Erick juga terlempar di 10 besar atau masih di bawah 1 persen.
"Jadi dia (AHY) harus mampu menarik partai-partai lain agar bisa mendukungnya," ujar Analis Politik asal Universitas Al Azhar Indonesia ini.
(Baca juga : Kongkalingkong McGregor dan Bos UFC, Manajer Khabib: Dia Sampah! )
Dia menegaskan, tantangan terbesar AHY dan Demokrat saat ini adalah keberhasilannya menarik partai-partai lain masuk dalam barisan koalisi, yang kondisi ini dianggapnya tak semudah membalikkan telapak tangan, mengingat elektabilitas Demokrat sendiri masih terpuruk.
(Baca juga : Pembelajaran 2020 )
"Harus mampu meyakinkan partai-partai lain agar bisa berkoalisi mendukung pasangan tersebut," tandasnya.
(Baca juga: Peluang Duet AHY-Susi Dinilai Cukup Berat, Begini Alasannya)
Sejumlah kalangan pun menyarankan agar AHY tetap berada di barisan oposisi pemerintahan dengan strategi menggaet bakal calon pendamping yang tepat. Berbagai simulasi pun muncul seperti AHY yang disarankan agar berduet dengan kalangan profesional yang memiliki citra positif di masyarakat.
Setelah disimulasikan dengan Susi Pudjiastuti, putra Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu disimulasikan berduet dengan Menteri BUMN, Erick Thohir.
(Baca juga: Punya Modal Politik Tak Jamin Langkah AHY Mulus di Pilpres 2024)
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai, jika simuliasi AHY-ET, maka Demokrat harus merangkul atau membuat koalisi besar atau gemuk.
"Jika persyaratan PT nya masih 20% kursi parlemen dan 25 % perolehan suara nasional partai, maka Demokrat yang hanya 6% lebih itu masih butuh kurang lebih 14 % lagi," kata Ujang saat dihubungi SINDOnews, Senin (4/1/2021).
(Baca juga: Mengukur Peluang AHY di 2024 Jika Diduetkan dengan Beberapa Figur Ini)
Menurut Ujang, hal ini perlu dilakukan karena Erick Thohir juga bukan kader partai. Dia hanya pengusaha yang secara kebetulan terpotret dalam hasil survei. Selain itu, elektabilitas Erick juga terlempar di 10 besar atau masih di bawah 1 persen.
"Jadi dia (AHY) harus mampu menarik partai-partai lain agar bisa mendukungnya," ujar Analis Politik asal Universitas Al Azhar Indonesia ini.
(Baca juga : Kongkalingkong McGregor dan Bos UFC, Manajer Khabib: Dia Sampah! )
Dia menegaskan, tantangan terbesar AHY dan Demokrat saat ini adalah keberhasilannya menarik partai-partai lain masuk dalam barisan koalisi, yang kondisi ini dianggapnya tak semudah membalikkan telapak tangan, mengingat elektabilitas Demokrat sendiri masih terpuruk.
(Baca juga : Pembelajaran 2020 )
"Harus mampu meyakinkan partai-partai lain agar bisa berkoalisi mendukung pasangan tersebut," tandasnya.
(maf)