Stigma Negatif di Masyarakat Jadi Penghambat Pemutusan Penularan COVID-19

Senin, 21 Desember 2020 - 15:03 WIB
loading...
Stigma Negatif di Masyarakat Jadi Penghambat Pemutusan Penularan COVID-19
Stigma negatif COVID-19 masih melekat erat di masyarakat. Bahkan, banyak yang merasa sulit untuk menindaklanjuti keluhan atau kasus yang terjadi di lingkungan sekitar mereka. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Stigma negatif COVID-19 masih melekat erat di masyarakat. Bahkan, banyak yang merasa sulit untuk menindaklanjuti keluhan atau kasus yang terjadi di lingkungan sekitar mereka. Sehingga, upaya pemutusan penularan COVID-19 jadi terkendala.

“Ya memang ini sesuatu yang sangat sulit, karena stigma,” ujar Tim Pakar Satgas COVID-19 bidang Perubahan Perilaku sekaligus Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, Turro Wongkaren dalam dialog secara virtual dari Media Center Satgas COVID-19, Graha BNPB Jakarta, Senin (21/12/2020). (Baca juga: SBY Berharap Pemerintah Bertindak Cepat Cegah Varian Baru Covid-19)

Turro mengatakan stigma negatif COVID-19 yang melekat erat di masyarakat ada dua. Pertama adalah stigma negatif yang ada di dalam diri sendiri.

“Yang pertama stigma di dalam diri sendiri pun itu juga penting. Karena dia khawatir misalnya kalau ibu atau bapak yang bekerja, dia yang menyebarkan. Jadi, agak malu kalau dia ternyata menjadi penyebar,” katanya.

Kedua, kata Turro adalah stigma dari pandangan masyarakat. Ia pun menyayangkan bahwa stigma negatif dari masyarakat ini masih ada. “Yang kedua itu adalah stigma yang berhubungan dengan cara masyarakat melihat seseorang. Dan ini yang sebenarnya sama, dua-duanya sama-sama menyedihkan karena seharusnya tidak ada.”

Lebih menyedihkan lagi, kata Turro, jika stigma negatif yang diberikan oleh masyarakat itu memberikan ketakutan-ketakutan terutama ketika terpapar COVID-19. “Tapi salah satunya dikarenakan nggak cuma stigma yang dilihat yang diberikan oleh orang lain. Tetapi juga ketakutan-ketakutan yang dari dalam diri sendiri itu yang banyak.”

Meskipun, Turro mengatakan pemberian stigma negatif juga tergantung di wilayah tempat tinggal. “Karena memang tergantung dari wilayahnya tentunya,” ucapnya.

Namun, saat ini pandangan masyarakat terhadap COVID-19 sudah sedikit berubah ketika awal terjadinya pandemi. “Tapi banyak sekarang ini, kita sedikit berbeda katakanlah bulan April pada waktu bulan April. Begitu banyak yang tidak kita ketahui tentang penyakit ini. Dan masyarakat juga bener-bener sangat menghindari,” jelas Turro. (Baca juga:Jubir BPOM Tegaskan Tidak Hanya RI yang Memesan Vaksin COVID-19 dari Sinovac)

“Tapi sekarang kalau saya lihat pelan-pelan, masyarakat sudah mulai membuka ‘oh ya ini penyakit, oh ya memang ini perlu penanganan medis’. Tapi addition time, orang takut kalau sampai terkena, kalau sampai dia dinyatakan positif, maka ada berbagai hal yang dia harus selesaikan,” papar Turro.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.8306 seconds (0.1#10.140)