Pandemi Covid-19 Diprediksi Baru Berakhir 2021

Rabu, 13 Mei 2020 - 17:27 WIB
loading...
Pandemi Covid-19 Diprediksi Baru Berakhir 2021
Petugas medis mengambil sampel darah warga saat digelar rapid test Covid-19 di Stadion Patriot Candrabraga, Bekasi, Rabu (13/5/2020). Pandemi corona di Indonesia diprediksi berakhir paling cepat 2021. Foto/SINDOphoto/Ramadhan Adiputra
A A A
JAKARTA - Pandemi corona ( Covid-19 ) di Indonesia diprediksi baru akan berakhir paling cepat 2021. Hal tersebut disampaikan pengamat politik internasional, Arya Sandhiyudha.

Ia menyebut prediksi skenario pandemi baru berakhir paling cepat 2021 di Indonesia ini sudah ia sampaikan sejak Februari. “Saya melihat skenario ini potensial bergantung tiga faktor utama. Pertama, kecepatan waktu penemuan vaksin, kedua pemulihan mayoritas dunia secara global, dan ketiga pertumbuhan banyak episenter penyebaran baru di dalam negeri," katanya dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Rabu (13/5/2020).

Arya Sandhiyudha menyebutkan semua prediksi skenario 2020 menjadi akhir pandemi Covid-19 sudah banyak yang mengalami revisi. "Prediksi saya soal skenario 2021 bukan tidak mungkin, karena sudah ada beberapa penelitian di luar negeri yang menyebutkannya juga. Situasi global akan berpengaruh pada domestik, karena perhubungan dan keimigrasian Indonesia masih sangat terbuka," ujarnya. (Baca juga: Perluas Stimulus, Pemerintah Akan Beri Voucher Makan Bagi Kelas Menengah )

Direktur Eksekutif The Indonesian Democracy Initiative (TIDI) ini menjelaskan, wabah ini akan berlangsung lama. “Sepertinya ini akan seperti marathon jarak jauh dan jangka panjang, bukan sesederhana kita melewati puncak lalu selesai. Ini akan menjadi seperti ‘gelombang soliton’ yang terus bergulir dan bergulung," ujarnya.

Menurut Arya, prediksi skenario 2021 tersebut juga tergantung kebijakan yang berlaku. Prediksi skenario 2021 yang dikeluarkan TIDI setelah serangkaian diskusi bersama para doktor dan pakar muda lintas disiplin ilmu. "Ingat juga prediksi kita sebelumnya sudah beberapa kali terbukti. Misalnya soal kasus melewati angka 4.000 kasus dan prediksi tersebut terbukti," tandasnya.

Mengenai PSBB, Arya mengatakan, meski merupakan kebijakan paling longgar, namun tetap berhasil memberikan dampak penurunan mobilitas masyarakat. Baik ke tempat kerja, tempat rekreasi, tempat transit, hingga tempat belanja. (Baca juga: Pemeriksaan Spesimen COVID-19 Kini Tersebar di 30 Provinsi )

PSBB terbukti menekan aktivitas di tempat-tempat tersebut di atas sampai 80% dari periode sebelumnya. Sedangkan aktivitas di rumah atau tempat tinggal meningkat sampai mendekati 40%. Ini menunjukkan kepatuhan masyarakat terhadap pelaksanaan PSBB. “Meskipun untuk tempat kerja penurunan hanya berkisar 40% alias masih ada 60% yang beraktivitas," paparnya.
(poe)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1621 seconds (0.1#10.140)