PB IDI Meminta Kebijakan Pelonggaran Harus Hati-hati

Rabu, 13 Mei 2020 - 12:15 WIB
loading...
PB IDI Meminta Kebijakan Pelonggaran Harus Hati-hati
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta pemerintah hati-hati dalam rencana memberikan izin orang berusia 45 tahun ke bawah untuk bekerja. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta pemerintah hati-hati dalam rencana memberikan izin orang berusia 45 tahun ke bawah untuk bekerja. Pelonggaran aktivitas masyarakat tidak langsung dibuka dalam satu waktu.

Rencana pemerintah melakukan pelonggaran di tengah pandemi COVID-19 memantik pro dan kontra. Ini cukup mengkhawatirkan karena penyebaran virus Sars Cov-II itu masih tinggi. (Baca juga: Pelonggaran Aktivitas Masyarakat Harus Berdasarkan Indikator Jelas )

Kepala Satgas PB IDI, Zubairi Djoerban menilai rencana mengizinkan orang untuk bekerja kembali bagus asal tidak dilakukan sekarang. Dia menyebut bisa dua bulan lagi untuk melakukan pembukaan.

“Mungkin bisa sebulan lagi. Yang penting, pertama, kita sudah melewati puncaknya. Berarti jumlah kasus positif sudah mulai berkurang dan kurvanya melandai. Angka kematian secara signifikan turun terus,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (13/5/2020).

Zubairi mengatakan Indonesia sedang berhadapan dengan fenomena puncak gunung es. Maksudnya, yang terdiagnosis masih sedikit tapi yang positif sudah banyak. Dengan kondisi seperti ini tidak bisa mengharapkan jumlah kasus positif COVID-19 akan turun dalam waktu singkat.

Dia meminta pembatasan sosial berskala besar (PSBB) itu dibuka secara pelan-pelan. Syaratnya, semua indikator di atas, seperti jumlah kasus positif dan meninggal turun drastis, serta tes yang masif. Saat ini, pemerintah menargetkan 40.000 per hari tes polymerase chain reaction (PCR).

Zubairi menilai itu jika tercapai kemampuan tes sebanyak itu cukup baik. Namun, untuk Indonesia jumlah tes idealnya sekitar 10.000 per hari. PB IDI menyatakan keputusan untuk melakukan pelonggaran bisa mencontoh negara lain. Rata-rata melakukannya dengan hati-hati.

Singapura itu awalnya sangat diakui keberhasilannya menangani pandemi COVID-19. Belakangan, jumlah kasus meningkat drastis dan telah menjangkiti lebih dari 23 ribu orang. Korea Selatan juga bagus dalam penanganan awal sekarang terkena gelombang kedua. (Baca juga: Yuri: Moda Transportasi Dibuka untuk Tangani Covid Bukan Longgarkan PSBB )

“Semua orang (mengeluh) untuk masalah ekonomi dan ingin kebiasaaan seperti dulu, maka ingin dibuka. Cuma harus hati-hati dan berdasarkan data. Tidak bisa langsung, harus bertahap,” ucapnya.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1657 seconds (0.1#10.140)