Transformasi Jalur Rempah Maritim

Senin, 14 Desember 2020 - 05:41 WIB
loading...
A A A
Presiden China Xi Jinping mencanangkannya One Belt One Road Innitiative (BRI) mencakup dua komponen utama, yakni the Silk Road Economic Belt (SREB) dan the 21st Century Maritime Silk Road (CMSR). SREB merupakan jalur darat yang tujuannya mengoneksikan provinsi tertinggal bagian barat China dengan Eropa lewat Asia Tengah. CMSR merupakan rute laut yang tujuannya mengoneksikan provinsi pesisir kaya dengan kawasan Afrika dan Asia Tenggara lewat pelabuhan laut dan jalur kereta api.

Makanya, wajar saja Vietnam permintaannya tinggi terhadap kebutuhan benih lobster dari Indonesia untuk memasok budi dayanya. Pasalnya, Vietnam mengekspornya ke China karena jaraknya dekat dan biaya rantai pasoknya murah. Bagaimana mentransformasikan kekuatan ekonomi maritim berbasiskan jalur rempah maritim (JRM) di era kekinian?

Transformasi
Mewujudkan gravitasi ekonomi maritim bagi Indonesia mestinya mentransformasikan JRM dalam konteks kekinian. Orientasinya mencakup dua komponen utama. Pertama, JRM yang mengoneksikan provinsi-provinsi pesisir di pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, pesisir Kalimantan bagian barat dengan pesisir Afrika, Asia Barat, Asia Tengah dan Asia Tenggara.

Kedua, JRM yang mengoneksikan provinsi-provinsi pesisir di Kalimantan bagian timur, jazirah Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Jawa bagian timur, Bali dan Nusa Tenggara dengan Australia, Amerika Serikat, Asia Timur, negara-negara Pasifik, dan Oceania. Orientasi ini bakal berkembang pesat apabila memiliki basis ekonomi sumber daya alam strategis. Pertanyaannya, apakah sumber daya alam strategis dari daerah-daerah dan kota-kota pesisir yang berlokasi di kedua JRM itu?

Untuk mewujudkannya, pemerintah mesti terlebih dulu membangun “peta jalan” sebagai rujukan transformasi JRM. Peta jalan ini terintegrasi dengan alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) I,II dan III, dan kota-kota pantai berbasis teluk, selat, dan perairan pesisir strategis. JRM juga diharapkan mendekatkan akses pasar internasional sehingga tak perlu lagi bergantung negara ketiga semacam Singapura untuk mengekspor barang dan jasa. Utamanya yang berbasis sumber daya alam dan hasil olahannya. Akibatnya, Indonesia kian tinggi pajak ekspornya dan berkurang penerimaan devisanya.

Gagasan pembukaan terusan Kra di Thailand bernilai geostrategis dan geopolitik bagi Indonesia untuk mewujudkan JRM. Terusan ini bakal mempersingkat jalur transportasi laut dari Samudra Hindia, Selat Malaka ke Laut China Selatan atau sebaliknya. Imbasnya, distribusi dan rantai pasok kian efisien. Jika transformasi JRM ini sukses, Indonesia berpotensi kembali menjadi pusat gravitasi ekonomi maritim dunia. Sekaligus memeratakan pembangunan ekonomi maritim Indonesia yang berkeadilan.
(bmm)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1264 seconds (0.1#10.140)