Wujudkan Masyarakat Sehat, Menkes Minta Seluruh Rumah Sakit Lakukan Inovasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto berharap setiap rumah sakit di Indonesia terus melakukan inovasi agar bisa memberi nilai tambah dalam mendukung kesehatan masyarakat. Rumah sakit diharapkan bukan hanya sekadar jadi tempat untuk orang sakit, tapi juga sebagai tempat orang menjadi lebih sehat dari kondisi sebelumnya.
Dalam bidang ortopedi misalnya, Terawan berharap, orang berduyun-duyun datang ke rumah sakit bukan cuma untuk menjadi pasien yang bermasalah dengan tulang, otot dan sebagainya. Karena itu, dia berambisi label rumah sakit ortopedi berubah menjadi sport center untuk hidup masyarakat yang lebih sehat. Terawan ingin mewujudkan itu dimulai dari Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso yang berlokasi di Solo, Jawa Tengah. “Orang yang (datang) sakit untuk direhabilitasi atau dioperasi sekarang berubah jadi men-support orang-orang agar tetap sehat, tetap bisa melakukan olahraga dengan baik dan tidak jadi pasien ortoperdi,” kata Terawan dalam kunjungannya ke rumah sakit tersebut, Jumat (11/12/2020). (Baca juga: Menkes: 1,2 Juta Vaksin Sinovac untuk Tenaga Kesehatan di 7 Provinsi)
Kementerian Kesehatan, ungkap Terawan, tengah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mewujudkan rencana itu. Mulai dari persiapan anggaran hingga perencanaan teknisnya. “Mumpung saya yang jadi Menkes-nya, muda-mudahan disetujui. Dirjen Yankes dengan Dirjen dari Kemenpora biar yang menyiapkannya,” tuturnya. (Baca juga: Menkes Terawan Siapkan Dua Skema Vaksinasi COVID-19 bagi Masyarakat)
Dalam pandangannya, Solo secara historis seakan jadi pilihan tepat sebagai kota yang punya rumah sakit ortoperdi dengan dilengkapi fasilitas sport center. Sebab, Solo menjadi tuan rumah perdana Pekan Olahraga Nasional (PON), yang dihelat pada medio September 1948. Ke depan, Terawan mengimbau ke seluruh jajaran tenaga medis di RS Ortoperdi untuk rajin-rajin melakukan riset. Dari kerja-kerja riset, maka bakal lahir terobosan baru dalam intervensi medis. “Kan yang sekarang ini dilihat tulangnya sudah benar, selesai. Padahal ototnya sudah bener belum. Jaringannya sudah bener belum sehingga kita bisa melakukan evaluasi sehingga teknik-teknik operasinya menjadi lebih betul, lebih canggih lebih baik di kemudian hari,” ujarnya. (Baca juga: Terawan Sebut Penanganan Covid-19 di Indonesia Sesuai Rekomendasi IAR WHO)
Dalam lawatannya ke Solo, Terawan juga meresmikan Gedung Pelayanan Pengujian dan Kalibrasi serta Gedung Penunjang Pelayanan Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan (LPFK). Lahirnya faskes ini sebagai upaya menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat pada peralatan kesehatan melalui pengujian atau kalibrasi. “Semoga dengan adanya bangunan gedung baru maka pelayanan pengujian/kalibrasi alat kesehatan akan semakin meningkat, sehingga diharapkan secara menyeluruh mutu pelayanan kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan akan lebih terjamin,” ucap Terawan.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir memastikan, dari sisi aspek perencanaan teknis, bangunan gedung Pelayanan Pengujian dan Kalibrasi serta bangunan gedung Penunjang Pelayanan telah memenuhi standar dan persyaratan teknis yang berlaku.
Hal ini bisa dipastikan setelah dilakukan review yang dilakukan secara seksama bersama Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah, tenaga ahli struktur, arsitektur, mekanikal-elektrik dan lingkungan serta ahli transportasi di sepanjang tahun 2020. “Ini sudah sesuai dengan prinsip-prinsip kemudahan, efektivitas, keselamatan, keamanan dan keandalan, demi terjaminnya keselamatan pegawai dan pengunjung,” kata Abdul Kadir.
Dikatakan, nilai kontrak pembuatan faskes ini mencapai sekitar Rp17 miliar. Sampai saat ini, kemampuan pelayanan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan sejumlah 131 jenis kegiatan yang terdiri dari pelayanan kalibrasi 89 jenis dengan rencana pengembangan pelayanan berupa termohigro digital dan pacemaker.
Dalam bidang ortopedi misalnya, Terawan berharap, orang berduyun-duyun datang ke rumah sakit bukan cuma untuk menjadi pasien yang bermasalah dengan tulang, otot dan sebagainya. Karena itu, dia berambisi label rumah sakit ortopedi berubah menjadi sport center untuk hidup masyarakat yang lebih sehat. Terawan ingin mewujudkan itu dimulai dari Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso yang berlokasi di Solo, Jawa Tengah. “Orang yang (datang) sakit untuk direhabilitasi atau dioperasi sekarang berubah jadi men-support orang-orang agar tetap sehat, tetap bisa melakukan olahraga dengan baik dan tidak jadi pasien ortoperdi,” kata Terawan dalam kunjungannya ke rumah sakit tersebut, Jumat (11/12/2020). (Baca juga: Menkes: 1,2 Juta Vaksin Sinovac untuk Tenaga Kesehatan di 7 Provinsi)
Kementerian Kesehatan, ungkap Terawan, tengah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mewujudkan rencana itu. Mulai dari persiapan anggaran hingga perencanaan teknisnya. “Mumpung saya yang jadi Menkes-nya, muda-mudahan disetujui. Dirjen Yankes dengan Dirjen dari Kemenpora biar yang menyiapkannya,” tuturnya. (Baca juga: Menkes Terawan Siapkan Dua Skema Vaksinasi COVID-19 bagi Masyarakat)
Dalam pandangannya, Solo secara historis seakan jadi pilihan tepat sebagai kota yang punya rumah sakit ortoperdi dengan dilengkapi fasilitas sport center. Sebab, Solo menjadi tuan rumah perdana Pekan Olahraga Nasional (PON), yang dihelat pada medio September 1948. Ke depan, Terawan mengimbau ke seluruh jajaran tenaga medis di RS Ortoperdi untuk rajin-rajin melakukan riset. Dari kerja-kerja riset, maka bakal lahir terobosan baru dalam intervensi medis. “Kan yang sekarang ini dilihat tulangnya sudah benar, selesai. Padahal ototnya sudah bener belum. Jaringannya sudah bener belum sehingga kita bisa melakukan evaluasi sehingga teknik-teknik operasinya menjadi lebih betul, lebih canggih lebih baik di kemudian hari,” ujarnya. (Baca juga: Terawan Sebut Penanganan Covid-19 di Indonesia Sesuai Rekomendasi IAR WHO)
Dalam lawatannya ke Solo, Terawan juga meresmikan Gedung Pelayanan Pengujian dan Kalibrasi serta Gedung Penunjang Pelayanan Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan (LPFK). Lahirnya faskes ini sebagai upaya menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat pada peralatan kesehatan melalui pengujian atau kalibrasi. “Semoga dengan adanya bangunan gedung baru maka pelayanan pengujian/kalibrasi alat kesehatan akan semakin meningkat, sehingga diharapkan secara menyeluruh mutu pelayanan kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan akan lebih terjamin,” ucap Terawan.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir memastikan, dari sisi aspek perencanaan teknis, bangunan gedung Pelayanan Pengujian dan Kalibrasi serta bangunan gedung Penunjang Pelayanan telah memenuhi standar dan persyaratan teknis yang berlaku.
Hal ini bisa dipastikan setelah dilakukan review yang dilakukan secara seksama bersama Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah, tenaga ahli struktur, arsitektur, mekanikal-elektrik dan lingkungan serta ahli transportasi di sepanjang tahun 2020. “Ini sudah sesuai dengan prinsip-prinsip kemudahan, efektivitas, keselamatan, keamanan dan keandalan, demi terjaminnya keselamatan pegawai dan pengunjung,” kata Abdul Kadir.
Dikatakan, nilai kontrak pembuatan faskes ini mencapai sekitar Rp17 miliar. Sampai saat ini, kemampuan pelayanan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan sejumlah 131 jenis kegiatan yang terdiri dari pelayanan kalibrasi 89 jenis dengan rencana pengembangan pelayanan berupa termohigro digital dan pacemaker.
(cip)