Operasi Tinombala dan Bayang-Bayang Ali Kalora Dibalik Pembantaian Satu Keluarga di Sigi

Senin, 30 November 2020 - 07:11 WIB
loading...
Operasi Tinombala dan...
Kondisi rumah di Dusun Lepanu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah pascapembakaran yang diduga dilakukan oleh Kelompok Mujahidin Indonesia Timur, pada Sabtu pagi (28/11/2020). Foto Satgas Tinombala
A A A
JAKARTA - Jumat (27/11) sekitar pukul 09.00 WITA, warga Desa Lemba Tonga, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, gempar. Mereka menemukan jasad Yasa, istri, anak dan menantunya tergeletak bersimbah darah. Satu keluarga itu dibunuh secara sadis.

Para pelaku juga membakar sejumlah rumah warga yang salah satunya dijadikan tempat ibadah. Sampai hari ini, jejak para pelaku belum juga ditemukan. Polisi menduga pembunuhan itu dilakukan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

(Baca Juga: Kecam Aksi Teror di Sigi, JK: Sudah Lampaui Batas Kemanusiaan)

Sejak pembunuhan tersebut ssbanyak 150 kepala keluarga (KK) di desa tersebut resah. Mereka takut para teroris itu akan datang lagi melakukan aksi yang sama.

Namun Polri mengimbau masyarakat sekitar tidak khawatir dan tetap tenang. "Masyarakat tidak perlu khawatir dan tetap tenang karena TNI dan Polri akan ikut patroli dan akan bersama-sama dengan masyarakat," kata Kadiv Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono lewat keterangannya, Minggu (29/11/2020).

(Baca Juga: Usut Pembunuhan 1 Keluarga di Sigi, Polri Terjunkan Satgas Tinombala)

Argo mempersilakan masyarakat beraktivitas seperti biasa. TNI dan Polri bakal hadir memberikan rasa aman. "Silakan melaksanakan kegiatan seperti biasa. TNI dan Polri akan membantu dan memberikan rasa aman di sana," ujar Argo.

Polri saat ini tengah melakukan penyelidikan untuk membuat kasus tersebut terang benderang. Argo berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi mengingat akan berlangsungnya Pilkada Serentak 2020.

"Saat ini Satgas Tinombala sedang melakukan penyelidikan dan penyidikan. Harapannya, semoga tidak terjadi lagi kejadian seperti ini mengingat sebentar lagi juga akan dilaksanakan pilkada," ungkapnya.

(Baca Juga: Mahfud MD Sebut Satgas Sudah Kepung Pelaku Pembantaian 1 Keluarga di Sigi)

Mabes Polri sebelumnya memperpanjang masa kerja Satuan Tugas (Satgas) dalam Operasi Tinombala hingga akhir tahun 2020. Perpanjangan tim pengejaran kelompok teroris ini berdasarkan putusan Surat Telegram Kapolri Nomor: STR/360/VI/OPS.1.3./2020 tanggal 26 Juni 2020.

Satgas ini terdiri dari satuan dalam TNI dan Polri seperti Brimob dan Kopassus. Mereka bekerja di wilayah hukum Polda Sulawesi Tengah dan dibentuk untuk menumpas MIT, kelompok teroris pimpinan Santoso alias Abu Wardah Asy Ayarqi di Poso.

(Baca Juga: GP Ansor Kecam Pembantaian di Sigi, Gus Yaqut: Jangan Dibiarkan Terlalu Lama)

Operasi Tinombala adalah kelanjutan dari Operasi Camar Maleo yang diperpanjang empat kali tapi gagal. Santoso baru dapat ditembak mati pada 18 Juli 2016. Sementara Operasi Tinombala sudah diperpanjang beberapa kali.

Serangkaian pembunuhan warga sipil dan aparat keamanan kerap kali terjadi di daerah Sulawesi Tengah.
Selain membunuh warga, kelompok ini juga menyerang kantor polisi. Bahkan mereka pernah memutilasi warga di Parigi Moutong, jelang awal 2019 lalu.

Siapa sebenarnya Ali Kalora orang yang saat ini paling dicari petugas? Dia bernama asli Ali Ahmad. Embel-embel “Kalora" diambil dari nama tanah kelahiran Ali, yakni di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso. Nama Ali Kalora seringkali dipakai di media untuk memudahkan penyebutannya.

(Baca Juga: Muhammadiyah Minta Aparat Tindak Tegas Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga di Sigi)

Ali Kalora adalah salah satu pengikut pentolan MIT yakni Abu Wardah Asy Ayarqi alias Santoso. Tanggal 18 Juli 2016, Santoso tewas dalam baku-tembak dengan Satgas Operasi Tinombala bentukan Polda Sulawesi Tengah di pedalaman Poso. Setelah itu, kepemimpinan MIT diteruskan oleh Basri.

Namun, pada 14 September 2016, Basri ditangkap. Jejak rekam Ali Kalora bersama MIT sudah cukup lama. Ali Kalora sudah mengikuti Santoso menebar teror sejak 2011. Bahkan, dia menjadi salah satu orang kepercayaan Santoso.

Usut Tuntas

Kasus pembunuhan satu keluarga dan pembakaran rumah di Sigi mengundang banyak reaksi dari sejumlah kalangan. Mereka mendesak aparat menggusut tuntas karena kejadian ini bukan kasus kriminal biasa.

Ketua Komisi III DPR Herman Herry menuntut Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Abdul Rakhman Baso memerintahkan jajarannya untuk bekerja cepat dan serius menyelesaikan kasus tersebut.

"Saya prihatin dengan kejadian ini dan mengutuk keras kebiadaban para pelaku aksi teror yang tidak hanya melakukan pembunuhan atas satu keluarga, tetapi juga membakar sejumlah rumah di mana ada di antaranya merupakan rumah yang dijadikan tempat pelayanan umat Kristiani," kata Herman kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (28/11/2020).

(Baca Juga: Takut Teror Pembantaian-Pembakaran Kelompok Mujahidin Indonesia Timur, 150 KK Mengungsi)

Pria yang akrab disapa HH ini menegaskan, kasus ini harus menjadi perhatian serius bagi Kapolda Sulawesi Tengah untuk segera memerintahkan jajarannya mengusut tuntas kasus ini dan membawa orang-orang yang bertanggung jawab ke muka hukum.

Untuk itu, politikus PDIP ini mengingatkan, aparat kepolisian tidak memperlakukan kasus ini sebagai kriminalitas biasa. Terlebih dengan kabar yang beredar bahwa tindak pembunuhan dan pembakaran tersebut dilakukan oleh kelompok teroris lokal.

"Aparat kepolisian harus memastikan kebenaran apakah kejahatan biadab ini memang dilakukan oleh teroris lokal sebagaimana kabar yang beredar. Jika memang demikian, artinya aparat yang berwenang memiliki tugas tambahan untuk membebaskan masyarakat setempat dari ketakutan akan adanya sisa-sisa kombatan teroris lokal tersebut," kata Herman.
(ymn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1728 seconds (0.1#10.140)