Kemenkop UKM Dukung Smesco Ciptakan Inovator Bisnis Berbasis Tanaman di Loka Hejo
loading...
A
A
A
BOGOR - Kementerian Koperasi dan UKM melakukan re-branding dengan optimalisasi aset, salah satunya yang dimiliki Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM (LLP-KUKM) atau Smesco Indonesia dengan mendirikan Kampus Kebun-Loka Hejo di kawasan Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Pendirian Loka Hejo di atas lahan seluas 13 hektare (ha) ini, diharapkan Smesco mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, serta produk-produk para pelaku UMKM baik di sektor kuliner, kerajinan, dan fesyen.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, apa yang dilakukan Smesco bisa dibilang bukan hanya sekadar re-branding, namun mampu menciptakan inovasi berupa ekosistem berbasis agrikultur.
"Tak hanya wisata tapi juga agrikultur, menghubungkan pertanian baik dari petani maupun pelaku UMKM, pariwisata, dan market-nya, dengan satu konsep bisnis yang perlu ditonjolkan. Mengangkat ekonomi sekitar dan membawa kesejahteraan," ucapnya saat mengunjungi sekaligus meresmikan Loka Hejo di Cisarua, Bogor, Jabar, Kamis (26/11).
Dengan konsep yang inovatif, kata Teten, pembangunan Loka Hejo ini pun diharapkan bisa menjadi bisnis model dan bisa diterapkan di kawasan lain. "Loka Hejo bisa menjadi kampus, melahirkan creator untuk mengolah wilayah seperti ini. Apalagi saat Covid-19 ini, kreativitas sangat dibutuhkan," tegas Menkop.
Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata menjelaskan senada, Kampus Kebun-Loka Hejo bertransformasi menjadi pusat pendidikan berbasis tanaman olahan, dan laboratorium inovasi bisnis produk berbasis tanaman untuk para pelaku UMKM yang bergerak di sektor kuliner, kerajinan, dan fesyen.
Inisiatif ini katanya, bagian dari program pembinaan dan pendampingan UMKM yang lebih komprehensif, yaitu Sparc Campus. Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk meningkatkan kapabilitas bisnis para pelaku UMKM yang berwawasan lingkungan, serta berbasis ekonomi sirkular agar dapat menghadapi tantangan-tantangan dunia usaha di masa kini dan masa depan.
“Kurikulum dan programnya disiapkan untuk mendorong pelaku UMKM melakukan inovasi bisnis berbasis olahan tanaman, dengan pendekatan ekonomi sirkular serta fokus pembelajarannya adalah pada keberlanjutan bisnis secara ekologis," jelasnya.
Ia merinci, ada tiga aspek yang diusung Smesco dalam program pelatihan yang akan diselenggarakan di Kampus Kebun-Loka Hejo yaitu Loka Tani, Loka Saji dan Loka Seni. Sebagai sebuah laboratorium tani, pelaku usaha diajarkan bagaimana sistem berbasis permakultur dengan melakukan pertanian alami secara tidak eksploitatif.
"Bagaimana meramu kekayaan alam yang terdapat di sekitar kampus, untuk dikembangkan menjadi produk baru berkualitas yang dapat dijual dan dinikmati dalam sebuah sajian," ujarnya.
Ia pun mengaku senang dan puas dari upaya yang dilakukan di Loka Hejo. "Agro potensinya yang paling besar disini. Dari kebun yang kita tanam, baru 2 bulan sudah panen beberapa kali. Jagung sudah 1 ton, cabe tumbuh besar, organik pula. Ada juga potensi perikanan dan lainnya, kita ingin menambah added value. Semua diproses oleh mitra kami yang ahli," sebutnya.
Secara umum, sambung Leo, ketiga aspek ini akan mengajarkan kepada pelaku usaha tentang ekosistem, manajemen sampah, pembuatan kompos, pembibitan, membuat dan menggunakan pestisida organik, pengaturan plot, pemanenan dan tentunya pemasaran.
Pendirian Loka Hejo di atas lahan seluas 13 hektare (ha) ini, diharapkan Smesco mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, serta produk-produk para pelaku UMKM baik di sektor kuliner, kerajinan, dan fesyen.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, apa yang dilakukan Smesco bisa dibilang bukan hanya sekadar re-branding, namun mampu menciptakan inovasi berupa ekosistem berbasis agrikultur.
"Tak hanya wisata tapi juga agrikultur, menghubungkan pertanian baik dari petani maupun pelaku UMKM, pariwisata, dan market-nya, dengan satu konsep bisnis yang perlu ditonjolkan. Mengangkat ekonomi sekitar dan membawa kesejahteraan," ucapnya saat mengunjungi sekaligus meresmikan Loka Hejo di Cisarua, Bogor, Jabar, Kamis (26/11).
Dengan konsep yang inovatif, kata Teten, pembangunan Loka Hejo ini pun diharapkan bisa menjadi bisnis model dan bisa diterapkan di kawasan lain. "Loka Hejo bisa menjadi kampus, melahirkan creator untuk mengolah wilayah seperti ini. Apalagi saat Covid-19 ini, kreativitas sangat dibutuhkan," tegas Menkop.
Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata menjelaskan senada, Kampus Kebun-Loka Hejo bertransformasi menjadi pusat pendidikan berbasis tanaman olahan, dan laboratorium inovasi bisnis produk berbasis tanaman untuk para pelaku UMKM yang bergerak di sektor kuliner, kerajinan, dan fesyen.
Inisiatif ini katanya, bagian dari program pembinaan dan pendampingan UMKM yang lebih komprehensif, yaitu Sparc Campus. Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk meningkatkan kapabilitas bisnis para pelaku UMKM yang berwawasan lingkungan, serta berbasis ekonomi sirkular agar dapat menghadapi tantangan-tantangan dunia usaha di masa kini dan masa depan.
“Kurikulum dan programnya disiapkan untuk mendorong pelaku UMKM melakukan inovasi bisnis berbasis olahan tanaman, dengan pendekatan ekonomi sirkular serta fokus pembelajarannya adalah pada keberlanjutan bisnis secara ekologis," jelasnya.
Ia merinci, ada tiga aspek yang diusung Smesco dalam program pelatihan yang akan diselenggarakan di Kampus Kebun-Loka Hejo yaitu Loka Tani, Loka Saji dan Loka Seni. Sebagai sebuah laboratorium tani, pelaku usaha diajarkan bagaimana sistem berbasis permakultur dengan melakukan pertanian alami secara tidak eksploitatif.
"Bagaimana meramu kekayaan alam yang terdapat di sekitar kampus, untuk dikembangkan menjadi produk baru berkualitas yang dapat dijual dan dinikmati dalam sebuah sajian," ujarnya.
Ia pun mengaku senang dan puas dari upaya yang dilakukan di Loka Hejo. "Agro potensinya yang paling besar disini. Dari kebun yang kita tanam, baru 2 bulan sudah panen beberapa kali. Jagung sudah 1 ton, cabe tumbuh besar, organik pula. Ada juga potensi perikanan dan lainnya, kita ingin menambah added value. Semua diproses oleh mitra kami yang ahli," sebutnya.
Secara umum, sambung Leo, ketiga aspek ini akan mengajarkan kepada pelaku usaha tentang ekosistem, manajemen sampah, pembuatan kompos, pembibitan, membuat dan menggunakan pestisida organik, pengaturan plot, pemanenan dan tentunya pemasaran.