Guru, Kodrat Anak, dan Merdeka Belajar
loading...
A
A
A
Kedua, merdeka belajar dapat diwujudkan dengan adanya lingkungan yang mendukung. Lingkungan dimaksud bukan hanya sarana yang tersedia di sekolah, tetapi iklim pendidikan yang bersifat open minded juga dibutuhkan. Iklim yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinovasi. Iklim seperti itu bisa ditumbuhkan manakala guru memiliki kesadaran. Guru tetaplah seorang mentor, tetapi dalam beberapa hal ia bisa menjadi teman diskusi. Guru memiliki otoritas di dalam kelas, tetapi juga mestinya mampu menjadi sosok yang peduli dan mengenali dengan baik jiwa anak-anak didiknya.
Kembali ke cerita film 3 Idiots. Raju sebenarnya anak yang pandai, tetapi hidup dalam ketakutan. Ketakutannya muncul dari keluarga. Ia menjadi tulang punggung keluarganya yang hidup dalam kemiskinan. Ditambah lagi, di kampus, ia harus bersaing mengejar nilai. Sistem pendidikan yang baik seharusnya mengutamakan proses, nilai adalah muaranya. Ketakutan itu menjadikan ia sebagai mahasiswa penghafal tanpa memahami kebermanfaatan ilmu yang dipelajari.
Jika ini terjadi pada sekolah, yang dihasilkan bukanlah siswa, melainkan mesin. Kehadiran Ranco membuat rasa percaya diri Raju bertumbuh. Sejatinya, Ranco tidak hanya menjadi teman, melainkan guru. Farhan pun dikuatkan agar berani mengungkapkan obsesinya menjadi fotografer kepada sang ayah. Di akhir cerita, mereka berhasil memerdekakan diri meraih cita-cita.
Di sekolah, guru tidak hanya menyebar pengetahuan, tetapi membangun kepribadian. Keberanian menjadi penting bagi siswa dalam mengembangkan potensi dirinya. Di pundak guru sejatinya terpikul “beban” yang tak akan pernah habis. Pendidikan selalu ada dalam membangun peradaban. Mari bersama memikul “beban” ini agar anak dapat tumbuh sesuai kodratnya dan merdeka dalam pembelajaran. Selamat Hari Guru!
Kembali ke cerita film 3 Idiots. Raju sebenarnya anak yang pandai, tetapi hidup dalam ketakutan. Ketakutannya muncul dari keluarga. Ia menjadi tulang punggung keluarganya yang hidup dalam kemiskinan. Ditambah lagi, di kampus, ia harus bersaing mengejar nilai. Sistem pendidikan yang baik seharusnya mengutamakan proses, nilai adalah muaranya. Ketakutan itu menjadikan ia sebagai mahasiswa penghafal tanpa memahami kebermanfaatan ilmu yang dipelajari.
Jika ini terjadi pada sekolah, yang dihasilkan bukanlah siswa, melainkan mesin. Kehadiran Ranco membuat rasa percaya diri Raju bertumbuh. Sejatinya, Ranco tidak hanya menjadi teman, melainkan guru. Farhan pun dikuatkan agar berani mengungkapkan obsesinya menjadi fotografer kepada sang ayah. Di akhir cerita, mereka berhasil memerdekakan diri meraih cita-cita.
Di sekolah, guru tidak hanya menyebar pengetahuan, tetapi membangun kepribadian. Keberanian menjadi penting bagi siswa dalam mengembangkan potensi dirinya. Di pundak guru sejatinya terpikul “beban” yang tak akan pernah habis. Pendidikan selalu ada dalam membangun peradaban. Mari bersama memikul “beban” ini agar anak dapat tumbuh sesuai kodratnya dan merdeka dalam pembelajaran. Selamat Hari Guru!
(bmm)