Jurus KADIN Mewujudkan Ketahanan Pangan, Dampingi Jutaan Petani

Kamis, 19 November 2020 - 07:30 WIB
loading...
A A A
Sementara itu Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan, Franky O. Widjaja mengatakan, saat membuka JFSS ketiga pada 2015 lalu Presiden Joko Widodo memberi target kepada KADIN untuk memberi pendampingan kepada satu juta petani dari sebelumnya 200 ribuan petani.

Tantangan itu pun diterima oleh KADIN, dan di awal 2020 KADIN Indonesia bersama dengan Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture (PISAgro) telah berhasil mewujudkan target tersebut. Selanjutnya, KADIN bersama PISAgro, bertekad untuk meningkatkan pendampingan kepada dua juta petani pada 2023.

Menurut Franky, meningkatkan produktivitas petani untuk mencapai ketahanan pangan tidaklah mudah. Sejumlah kendala yang harus dihadapi. Seperti ketersediaan lahan, benih unggul, pupuk, pembiayaan, pemasaran, irigasi, sarana penyimpanan hasil pertanian dan saranaprasarana lainnya, serta kelembagaan. Kendala lainnya yang juga harus dihadapi petani, kebijakan pemerintah menyangkut bibit dan bahan baku peternakan sapi penggemukan.

Kerjasama Inclusive Closed Loop

Ditengah kendala yang begitu banyak yang dihadapi petani, KADIN optimistis hal tersebut dapat diatasi dengan mengembangkan pola kemitraan yang dilandasi prinsip saling menguntungkan antara pemerintah, pengusaha, perbankan, petani melalui koperasi, dan pemangku kepentingan lainnya.

Optimisme tersebut dilandasi karena KADIN telah menggagas model kerja sama dengan petani yang disebut Inclusive Closed Loop. Model kemitraan ini, kata Franky, merupakan sebuah skema kemitraan yang saling menguntungkan dari hulu ke hilir, yang memungkinkan keberlanjutan produksi dapat terus terjaga dan petani pun sejahtera.

Dalam sistem inclusive closed loop, ada empat unsur utama, yaitu Petani mendapat akses untuk membeli bibit dan pupuk yang benar. Pendampingan kepada petani untuk menerapkan good practice agriculture. Kemudahan akses pemberian kredit dari lembaga keuangan. Serta, jaminan pembelian hasil petani oleh perusahaan pembina (off taker).

Skema ini sudah berhasil diterapkan terhadap komoditas kelapa sawit dan sudah mulai diikuti oleh komoditas lainnya seperti pada petani cabai di Garut, Jawa Barat. KADIN berharap model inclusive closed loop ini dikembangkan di berbagai komoditas pertanian lainnya. “Jika persoalan-persoalan mendasar yang dihadapi petani, peternak dan nelayan bisa diatasi, maka pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB akan terus meningkat,” ujar Franky. Lapangan kerja di sektor pertanian juga akan meningkat, dan tentunya petani, peternak dan nelayan juga akan semakin sejahtera.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan, yang juga Ketua panita JFFS-5, Juan P. Adoe mengingatkan, akan perlunya penetapan Peraturan Pemerintah sebagai tindak lanjut UndangUndang Cipta Kerja. Contohnya, di sektor peternakan, KADIN mengusulkan ditetapkannya Peraturan Pemerintah berdasarkan asas ekonomi dan protokol kesehatan veteriner sehingga meningkatkan daya saing produk budidaya peternakan dalam negeri beserta produk ternak dan turunannya.

Sebab, budidaya peternakan saat ini menghadapi sejumlah kendala. Dia menyebutkan, pasokan bibit ternak dan ternak budidaya melalui perusahaan atau perseorangan sampai saat ini tidak ada perubahan karena belum ada ketetapan terkait Peraturan Pemerintah (PP).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2045 seconds (0.1#10.140)