New 'Nearly' Normal Tiongkok
loading...
A
A
A
Juga, ketegangan geopolitik yang tak berujung dengan Amerika Serikat. Kedua adidaya itu, saat ini, seperti Tom and Jerry. Ketegangan ini bisa saja seusia Covid-19. Reli-reli panjang dan melelahkan ekonomi politik global ala Ardy B.Wiranata dan Liem Swie King kedua negara ini tentu akan menguras sumber daya banyak negara.
Sebab itu, tepat bila The Economist mengatakan, jangankan the new normal, the new 'nearly' normal saja saat ini masih jauh dari status quo. Termasuk PMA dari Tiongkok. Melihat tantangan berat itu, Kepala BKPM mengingatkan jajarannya agar jangan menyerah.
Covid-19 tak boleh mengganggu suasana kebatinan pegawai BKPM. Setiap peluang harus segera ditangkap. Strategi harus dinamis. Tidak boleh kaku. Dia harus mengikuti perubahan yang sangat cepat.
Pertama, PMA akan semakin merata. Home country (negara asal PMA) akan semakin inklusif (terbuka). Kepala BKPM mengatakan, investor dari langit pun, selagi dia datang membawa uang, memberi manfaat untuk negara serta sesuai aturan akan di terima oleh BKPM.
"Kami akan jemput di bandara," ucap Bahlil. Setelah Covid-19, PMA tak bisa hanya mengandalkan dari keranjang suatu negara.
Negara manapun dapat menjadi sumber PMA bagi Indonesia. Kedua, BKPM akan mengoptimalkan PMA yang sudah pipe-lined namun mangkrak. Nilainya, sebesar Rp 708 triliun. Sekitar 21 proyek. Sebagian proyek-proyek ini seperti Hyundai, Lotte, Tanjung Jati, Rosneft sudah berjalan. Setelah Covid-19, penyisiran dan eksekusi investasi mangkrak akan dilanjutkan.
Ketiga, merevitalisasi investor-investor lama baik PMA maupun PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Dalam beberapa bulan terakhir BKPM telah mulai menyelesaikan hambatan-hambatan investasi yang dialami oleh investor lama.
Khusus untuk PMDN terus mengalami peningkatan. PMA juga demikian. Hanya saja, kemudian dihadang oleh Covid-19. Porsi PMDN terhadap total investasi terus meningkat.
Pada 2018 porsi PMDN kita sebesar 45,56%. Pada 2019, naik terus menjadi 47,7% dari total investasi. Ditekan Covid-19 di Q1-2020, PMA memang melemah. Porsinya menyusut menjadi 46,5%. Namun porsi PMDN justru menguat menjadi 53,5%.
Modal domestik inilah yang menopang kenaikan investasi Q1-2019 sebesar 8,0%. Keempat, melakukan refiling sektor-sektor unggulan investasi. Pasca Covid-19 tak hanya strategi meraih investasi yang berubah. Sektor-sektor unggulan investasi juga mengalami perubahan.
Sebab itu, tepat bila The Economist mengatakan, jangankan the new normal, the new 'nearly' normal saja saat ini masih jauh dari status quo. Termasuk PMA dari Tiongkok. Melihat tantangan berat itu, Kepala BKPM mengingatkan jajarannya agar jangan menyerah.
Covid-19 tak boleh mengganggu suasana kebatinan pegawai BKPM. Setiap peluang harus segera ditangkap. Strategi harus dinamis. Tidak boleh kaku. Dia harus mengikuti perubahan yang sangat cepat.
Pertama, PMA akan semakin merata. Home country (negara asal PMA) akan semakin inklusif (terbuka). Kepala BKPM mengatakan, investor dari langit pun, selagi dia datang membawa uang, memberi manfaat untuk negara serta sesuai aturan akan di terima oleh BKPM.
"Kami akan jemput di bandara," ucap Bahlil. Setelah Covid-19, PMA tak bisa hanya mengandalkan dari keranjang suatu negara.
Negara manapun dapat menjadi sumber PMA bagi Indonesia. Kedua, BKPM akan mengoptimalkan PMA yang sudah pipe-lined namun mangkrak. Nilainya, sebesar Rp 708 triliun. Sekitar 21 proyek. Sebagian proyek-proyek ini seperti Hyundai, Lotte, Tanjung Jati, Rosneft sudah berjalan. Setelah Covid-19, penyisiran dan eksekusi investasi mangkrak akan dilanjutkan.
Ketiga, merevitalisasi investor-investor lama baik PMA maupun PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Dalam beberapa bulan terakhir BKPM telah mulai menyelesaikan hambatan-hambatan investasi yang dialami oleh investor lama.
Khusus untuk PMDN terus mengalami peningkatan. PMA juga demikian. Hanya saja, kemudian dihadang oleh Covid-19. Porsi PMDN terhadap total investasi terus meningkat.
Pada 2018 porsi PMDN kita sebesar 45,56%. Pada 2019, naik terus menjadi 47,7% dari total investasi. Ditekan Covid-19 di Q1-2020, PMA memang melemah. Porsinya menyusut menjadi 46,5%. Namun porsi PMDN justru menguat menjadi 53,5%.
Modal domestik inilah yang menopang kenaikan investasi Q1-2019 sebesar 8,0%. Keempat, melakukan refiling sektor-sektor unggulan investasi. Pasca Covid-19 tak hanya strategi meraih investasi yang berubah. Sektor-sektor unggulan investasi juga mengalami perubahan.