New 'Nearly' Normal Tiongkok

Minggu, 10 Mei 2020 - 21:33 WIB
loading...
New Nearly Normal Tiongkok
2019, investasi Tiongkok di Indonesia menggeser Jepang. Foto/Ilustrasi/Okezone
A A A
Rizal Calvary Marimbo
Komite Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal/BKPM

2019, investasi Tiongkok di Indonesia menggeser Jepang. Negeri Panda ini menggandakan investasinya menjadi US$ 4,7 miliar dari US$ 2,4 miliar (yoy). Investasi Tiongkok memang sedikit mengalami anomali. Khususnya untuk Indonesia dalam enam tahun terakhir.

Disaat, investasi negeri Panda itu mengalami tren penurunan secara global, di Indonesia justru trennya mengalami peningkatan. Bahkan kemudian menyodok Jepang. Dedengkot PMA (Penanaman Modal Asing) Indonesia sejak tahun 1970-an itu.

Posisi kedua terbesar ini tetap dipertahankan Tiongkok pada Q1-2020, setelah Singapura. Kepala BKPM mengapresiasi Dubes Indonesia di Beijing Djauhari Oratmangun saat pemaparan prospek investasi didepan ratusan Dubes di Pejambon, baru-baru ini. Diplomat berjiwa entrepreneur. Salah satu sosok dibalik suksesnya investasi dari negara Tirai Bambu itu.

Tiongkok memang banyak unggulnya. Pertama, negara ini punya duit. Mencari negara yang punya duit saat ini sangat susah. Apalagi investornya sangat cepat. Tidak kelamaan mikir-mikirnya. Maka kedua, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan rahasia sukses Tiongkok ini pada feasibility studies-nya yang tidak kelamaan.

Disaat negara lain baru mau membuka kalkulatornya, Tiongkok sudah membangun pabrik dan pelabuhannya di negara tujuan investasinya. Ketiga, Tiongkok berani berinvestasi ke daerah yang sulit, minim infrastruktur. Ke luar Jawa seperti Indonesia Timur.

Namun kini investasi Tiongkok mengalami ujian besar. Tak hanya untuk Indonesia, juga ke seluruh dunia. Tiongkok menjadi episentrum dunia COVID-19. Tiongkok disibukan dengan urusan dalam negerinya sendiri.

Penanaman Modal Asing (PMA) global Tiongkok mengalami demam berat. Penurunan PMA paling parah memang dialami negara-negara yang pandemiknya sangat parah juga. Sebab, permintaan di negara-negara itu memudian juga ikutan jeblok.

Tantangan berat turunan berikut adalah ekonominya tumbuh minus. Ekonomi Tiongkok terkontraksi sebesar 6,8 persen pada Q1-2020. Kontraksi ini terbesar dialami oleh Tiongkok sejak 1978. COVID-19 memaksa pabrik dan bisnis tutup dimana-mana.

Kepala BKPM mengatakan, tentu China Effect ini merupakan pukulan berat untuk capaian PMA Indonesia pada kuartalan berikut. Dampaknya, sudah terasa. Realisasi PMA kita menurun pada Q1-2019. Bahlil memperkirakan, PMA di Tanah Air akan mencapai bottom line pada Q2-2020.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1057 seconds (0.1#10.140)