Masyumi Reborn dan Jalan Terjal Islam Politik

Selasa, 17 November 2020 - 09:56 WIB
loading...
Masyumi Reborn dan Jalan...
Yusa’ Farchan. Foto/Istimewa
A A A
YUSA' FARCHAN
Direktur Eksekutif Citra Institute,Peneliti Pusat Reformasi Pemilu (CETRO) 2007-2009

PERKEMBANGAN politik nasional semakin bergerak dinamis dengan dihidupkannya kembali mesin politik Partai Masyumi. Dengan tagline Masyumi Reborn, partai politik yang pernah dibubarkan pada 1960 ini dideklarasikan kembali bertepatan dengan Tasyakuran Milad ke-75 Partai Masyumi di Aula Masjid Furqon, Jakarta Pusat, 7 November 2020.

Upaya menghidupkan kembali Partai Masyumi saat ini sebetulnya bukan kali yang pertama. Sejak dibebaskan dari tahanan pada awal 1966, Mohammad Natsir, pendiri sekaligus mantan Ketua Umum Partai Masyumi berupaya menghidupkan kembali partai politik yang didirikan pada November 1945 dan dibubarkan Sukarno 15 tahun kemudian.

Pada 15 Agustus 1966, sekitar 50 ribu orang hadir dalam apel akbar umat Islam yang digelar di Masjid Al Azhar, Jakarta, termasuk Sjafroedin dan tokoh-tokoh pergerakan seperti Prawoto Mangkusasmito, Asaat, Moehammad Roem, dan Kasman Singodimejo.

Mereka menuntut pemerintah mengizinkan kembali Masyumi, tetapi Soeharto menolak karena tumbuhnya kembali partai-partai lama dianggap akan memicu persoalan. Soeharto juga melarang tokoh Masyumi memimpin partai yang baru didirikan, yaitu Partai Musimin Indonesia (Parmusi).

Tampaknya, salah satu “nilai jual” Masyumi yang akan dijadikan daya pikat dalam proses reinkarnasi saat ini adalah romantisme kejayaan Masyumi pada pemilu 1955. Pada pemilu pertama tersebut, Masyumi berhasil menjadi pemenang kedua di bawah PNI dengan perolehan 7.903.886 suara (20,92%) atau 57 kursi untuk anggota DPR dan 7.789.619 suara (20,59 %) atau 112 kursi untuk anggota Konstituante.

Setelah Pemilu 1955, dalam enam kali pemilu berturut-turut (1971 hingga 1997), Partai Masyumi absen dalam pemilu karena sejumlah faktor. Masyumi kembali tampil dalam gelanggang politik pada Pemilu 1999 dengan memperoleh 456.718 suara dan satu kursi DPR. Selain Masyumi, terdapat nama partai politik Masyumi Baru dengan perolehan 152.589 tetapi tidak mendapatkan kursi.

Selain Partai Masyumi dan Masyumi Baru, salah satu partai yang inspirasi gagasannya banyak dipengaruhi oleh pendiri Masyumi Mohammad Natsir adalah Partai Bulan Bintang (PBB). Meskipun tidak menggunakan nama Masyumi, PBB yang berhasil meraup 13 kursi pada Pemilu 1999 tersebut secara genetik dianggap mewarisi ideologi Masyumi.

Pada Pemilu 2004, PBB juga berhasil mendapatkan 11 kursi DPR. Namun pada pemilu 2009, suara PBB hanya 1,79% dan tidak mendapatkan kursi. Begitu juga dengan pemilu 2014, PBB tak berhasil mengantarkan wakilnya ke Senayan, bahkan suaranya terus merosot menjadi 0,79% pada pemilu terakhir (2019).

Kembalinya Partai Masyumi ke dalam gelanggang politik nasional tidak bisa dilepaskan dari konteks islam politik yang menemui jalan terjal dalam lanskap politik domestik.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1525 seconds (0.1#10.140)