Refly Harun: Semoga Kepulangan Habib Rizieq Bisa Pelihara Gairah Politik Islam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyak orang terheran-heran ketika melihat ”lautan” manusia memenuhi area Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta untuk menjemput kepulangan Habib Rizieq Shihab . Di luar bandara, banyak juga yang penasaran mengenai sosok yang lekat dengan Aksi Bela Islam 212 pada 2016 itu. Apa yang mendorong orang-orang itu begitu antusias menyambut Habib Rizieq?
Menurut Refly Harun , Habib Rizieq memang sebuah fenomena yang tentu berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang membuat kepulangannya begitu dielu-elukan banyak orang. Bukan saja faktor ketokohan, fenomena Habib Rizieq juga dipengaruhi situasi sosial politik.
Dia mengungkapkan, politik Islam justru meredup selama era reformasi. ”Bukan hanya pada masa pemerintahan Jokowi, tapi sejak awal reformasi sesungguhnya sangat meredup,” ujar Refly dalam tayangan video yang diunggah di saluran Youtube, Kamis (12/11/2020).
(Baca: Massa Penjemput Habib Rizieq Dipersoalkan, Ustaz Haikal: Cinta Itu Resonansi)
Dari pemilu ke pemilu, kata Refly, tidak ada partai Islam atau partai berbasis massa Islam yang menang. Begitu juga dalam pemilihan presiden, tidak ada tokoh Islam atau tokoh yang dianggap mewakili Islam bisa terpilih.
”Kelompok Islam hanya sukses pada sidang umum MPR tahun 1999 ketika aliansi kanan ditambah Golkar yang menamakan diri Poros Tengah, yang digagas dan dinakhodai Amien Rais berhasil mengantarkan Gus Dur sebagai presiden,” ujar pakar hukum tata negara itu.
(Baca: Rekonsiliasi Nasional Hanya untuk Rangkul Kubu Habib Rizieq Dinilai Keliru)
Memasuki pemilihan langsung, tidak ada tokoh atau yang dianggap wakil Islam memenangkan pemilihan presiden. Jangankan menang, lanjut Refly, hanya untuk mencalonkan saja tidak ada partai Islam atau berbasis massa Islam yang punya nyali. ”Nah, sekarang ada fenomena Habib Rizieq. Apakah dia yang akan merepresentasikan politik Islam?” kata dia.
Refly mengakui masih menunggu kebangkitan politik Islam. Dia sendiri berharap muncul tokoh Islam bercorak plural yang diterima semua kelompok Islam dan juga golongan serta agama lain. ”Tapi mudah-mudahan gairah politik Islam terus bisa terpelihara dengan momentum kepulangan Habib Rizieq,” tutur Refly.
Menurut Refly Harun , Habib Rizieq memang sebuah fenomena yang tentu berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang membuat kepulangannya begitu dielu-elukan banyak orang. Bukan saja faktor ketokohan, fenomena Habib Rizieq juga dipengaruhi situasi sosial politik.
Dia mengungkapkan, politik Islam justru meredup selama era reformasi. ”Bukan hanya pada masa pemerintahan Jokowi, tapi sejak awal reformasi sesungguhnya sangat meredup,” ujar Refly dalam tayangan video yang diunggah di saluran Youtube, Kamis (12/11/2020).
(Baca: Massa Penjemput Habib Rizieq Dipersoalkan, Ustaz Haikal: Cinta Itu Resonansi)
Dari pemilu ke pemilu, kata Refly, tidak ada partai Islam atau partai berbasis massa Islam yang menang. Begitu juga dalam pemilihan presiden, tidak ada tokoh Islam atau tokoh yang dianggap mewakili Islam bisa terpilih.
”Kelompok Islam hanya sukses pada sidang umum MPR tahun 1999 ketika aliansi kanan ditambah Golkar yang menamakan diri Poros Tengah, yang digagas dan dinakhodai Amien Rais berhasil mengantarkan Gus Dur sebagai presiden,” ujar pakar hukum tata negara itu.
(Baca: Rekonsiliasi Nasional Hanya untuk Rangkul Kubu Habib Rizieq Dinilai Keliru)
Memasuki pemilihan langsung, tidak ada tokoh atau yang dianggap wakil Islam memenangkan pemilihan presiden. Jangankan menang, lanjut Refly, hanya untuk mencalonkan saja tidak ada partai Islam atau berbasis massa Islam yang punya nyali. ”Nah, sekarang ada fenomena Habib Rizieq. Apakah dia yang akan merepresentasikan politik Islam?” kata dia.
Refly mengakui masih menunggu kebangkitan politik Islam. Dia sendiri berharap muncul tokoh Islam bercorak plural yang diterima semua kelompok Islam dan juga golongan serta agama lain. ”Tapi mudah-mudahan gairah politik Islam terus bisa terpelihara dengan momentum kepulangan Habib Rizieq,” tutur Refly.
(muh)