Sebagian Negara di Eropa Masuk Gelombang Kedua Covid-19, Ini Penjelasan IDI

Sabtu, 07 November 2020 - 15:55 WIB
loading...
Sebagian Negara di Eropa Masuk Gelombang Kedua Covid-19, Ini Penjelasan IDI
Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban pun menjelaskan penyebab terjadinya gelombang kedua di sebagian besar wilayah Eropa dan Amerika Serikat. Foto ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Beberapa negara di dunia termasuk di Eropa telah memasuki gelombang kedua Covid-19. Bahkan di Amerika telah memasuki gelombang ketiga Covid-19 .

Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban pun menjelaskan penyebab terjadinya gelombang kedua di sebagian besar wilayah Eropa dan Amerika Serikat. “Kenapa kasus Covid-19 di sebagian wilayah Eropa naik dan bahkan mengalami gelombang kedua? Ini penjelasannya kenapa? Rupanya yang naik ini salah satu teorinya adalah karena mereka mengalami musim dingin,” jelas Zubairi dalam diskusi Kupas Tuntas Seputar Vaksin dan Imunisasi di Adaptasi Kebiasaan Baru secara virtual, Sabtu (7/11/2020). (Baca juga: Gelombang Kedua COVID-19 di Eropa Akibat Anggap Enteng Protokol Kesehatan)

Zubairi mengatakan bahwa potensi naiknya kasus pada musim dingin lebih tinggi karena sebagian besar orang akan berada di dalam ruangan yang menggunakan pemanas ruangan. “Karena musim dingin ini banyak orang ada di dalam ruangan, di rumah yang pakai pemanas ruangan. Apalagi yang pakai pemanasan ditutup, dikunci itu justru cenderung peningkatannya lebih cepat,” kata Zubairi. (Baca juga: WHO Prediksi Corona Berlangsung Lama, PB IDI: Vaksinasi Jadi Harapan)

Zubairi juga mengatakan saat ini di wilayah Eropa kenaikan kasus Covid-19 per hari lebih dari 100.000 kasus. Sementara di Amerika saat ini sekitar 70.000 kasus per hari. “Untuk diketahui Eropa itu sudah jauh di atas 100.000 kasus perhari peningkatannya. Amerika saat ini sekitar 70 ribuan,” ungkapnya.

Sehingga, saat ini beberapa negara juga menerapkan lockdown. Pasalnya positivity rate melebihi dari target WHO yakni lebih 5%. Padahal, menjadi prasyarat untuk membuka lockdown adalah positivity rate di bawah 5%. “Itu kalau di beberapa negara 5% menjadi prasyarat untuk membuka Lockdown,” kata Zubairi.

(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1589 seconds (0.1#10.140)