Quality Time Lebaran di Tengah Pembatasan Sosial Akibat Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Seperti bulan Ramadhan, Idul Fitri tahun ini akan berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini masyarakat Indonesia masih dihadapkan dengan pandemi virus corona atau Covid-19. Itu berarti mereka harus tetap berada di rumah tanpa ada silaturahmi langsung ke sanak saudara.
Sejumlah tradisi yang biasanya diperingati dengan leluasa, kini dibatasi oleh beberapa aturan. Besar kemungkinan, masyarakat tidak diperbolehkan salat Ied berjamaah di masjid dan bersilaturahmi ke tetangga dan kerabat. Hal ini pun sesuai dengan surat edaran yang dikeluarkan Kementerian Agama (Kemenag) No6 Tahun 2020 tentang panduan beribadah Ramadhan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H di tengah pandemi Covid-19.
Terbatasnya silaturahmi saat Hari Raya Lebaran ini tentunya mengubah tradisi yang sudah lama dilakukan masyarakat. Hal ini pun diungkapkan pengamat sejarah JJ Rizal. Menurutnya, bersilaturahmi mengunjungi sanak saudara saat Lebaran merupakan peristiwa budaya dan sudah menjadi kebiasaan turun-temurun di masyarakat. Karena itu, saat pandemi seperti ini diperlukan pendekatan khusus agar mereka bisa memahami situasinya.
"Harus ada solusi bagaimana pemerintah melakukan pendekatan dan niatan kampanye kultural kebudayaan secara besar-besaran. Karena tidak mudah menghentikan kebiasaan yang memang sudah menjadi tradisi wajib saat hari raya," katanya.
Pendekatan dari sisi struktur kebudayaan di setiap wilayah menjadi salah satu alternatif untuk memberikan pengertian kepada masyarakat agar tetap di rumah dan bersilaturahmi dari rumah saja. "Dalam konteks ini bisa merangkul tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memiliki kekuatan di wilayah untuk membuat pernyataan kultural yang mengimbau dan mengajak agar melakukan silaturahmi dengan cara lain atau melalui media virtual," paparnya.
Hal ini sebagai cara untuk mendekati masyarakat, sambil memberikan imbauan maupun sosialisasi penerapan aturan. "Jadi, setiap keluarga juga memberikan pemahaman kepada keluarga lain agar tidak perlu datang saat Lebaran tahun ini. Silaturahmi bisa dilakukan secara daring," katanya.
Walau dilakukan dengan penuh keterbatasan, bukan berarti mengurangi keakraban saat momen Lebaran dengan anggota keluarga lainnya. ‎Psikolog dari Ikatan Psikologi Klinis Indonesia, Emeldah, mengungkapkan, meskipun merayakan Lebaran dengan berada di rumah saja, ini bisa menjadi saat yang tepat untuk mendapatkan waktu bersama keluarga yang sering hilang karena kesibukan sehari-hari.
"Bedanya kita tidak bisa menikmati liburan bersama keluarga di luar, tapi kita bisa family quality time yang baik di rumah. Tetapi dalam menjalankannya harus dilakukan secara tepat, jadi bukan asal kumpul bareng di meja makan, tapi asyik sendiri-sendiri," tegas Emeldah.
Emeldah menambahkan, family quality time adalah momen bersama keluarga yang biasa dilakukan dalam tradisi Lebaran. Meskipun hanya dilakukan di rumah, segala aktivitas yang dikerjakan harus bersama-sama dan juga menyenangkan.
Duduk bersama sembari menonton televisi atau menikmati camilan khas Lebaran merupakan contoh family quality time yang bisa dilakukan di rumah. Bisa juga membuat menu favorit keluarga secara bersama-sama untuk mengusir kebosanan selama libur di rumah. "Kalau nonton TV bukan fokus ke TV-nya. Tapi misalnya ada adegan lucu yang bisa tertawa bersama, nanti dari situ bisa lanjut mengobrol hal seru lainnya," katanya.
Sejumlah tradisi yang biasanya diperingati dengan leluasa, kini dibatasi oleh beberapa aturan. Besar kemungkinan, masyarakat tidak diperbolehkan salat Ied berjamaah di masjid dan bersilaturahmi ke tetangga dan kerabat. Hal ini pun sesuai dengan surat edaran yang dikeluarkan Kementerian Agama (Kemenag) No6 Tahun 2020 tentang panduan beribadah Ramadhan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H di tengah pandemi Covid-19.
Terbatasnya silaturahmi saat Hari Raya Lebaran ini tentunya mengubah tradisi yang sudah lama dilakukan masyarakat. Hal ini pun diungkapkan pengamat sejarah JJ Rizal. Menurutnya, bersilaturahmi mengunjungi sanak saudara saat Lebaran merupakan peristiwa budaya dan sudah menjadi kebiasaan turun-temurun di masyarakat. Karena itu, saat pandemi seperti ini diperlukan pendekatan khusus agar mereka bisa memahami situasinya.
"Harus ada solusi bagaimana pemerintah melakukan pendekatan dan niatan kampanye kultural kebudayaan secara besar-besaran. Karena tidak mudah menghentikan kebiasaan yang memang sudah menjadi tradisi wajib saat hari raya," katanya.
Pendekatan dari sisi struktur kebudayaan di setiap wilayah menjadi salah satu alternatif untuk memberikan pengertian kepada masyarakat agar tetap di rumah dan bersilaturahmi dari rumah saja. "Dalam konteks ini bisa merangkul tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memiliki kekuatan di wilayah untuk membuat pernyataan kultural yang mengimbau dan mengajak agar melakukan silaturahmi dengan cara lain atau melalui media virtual," paparnya.
Hal ini sebagai cara untuk mendekati masyarakat, sambil memberikan imbauan maupun sosialisasi penerapan aturan. "Jadi, setiap keluarga juga memberikan pemahaman kepada keluarga lain agar tidak perlu datang saat Lebaran tahun ini. Silaturahmi bisa dilakukan secara daring," katanya.
Walau dilakukan dengan penuh keterbatasan, bukan berarti mengurangi keakraban saat momen Lebaran dengan anggota keluarga lainnya. ‎Psikolog dari Ikatan Psikologi Klinis Indonesia, Emeldah, mengungkapkan, meskipun merayakan Lebaran dengan berada di rumah saja, ini bisa menjadi saat yang tepat untuk mendapatkan waktu bersama keluarga yang sering hilang karena kesibukan sehari-hari.
"Bedanya kita tidak bisa menikmati liburan bersama keluarga di luar, tapi kita bisa family quality time yang baik di rumah. Tetapi dalam menjalankannya harus dilakukan secara tepat, jadi bukan asal kumpul bareng di meja makan, tapi asyik sendiri-sendiri," tegas Emeldah.
Emeldah menambahkan, family quality time adalah momen bersama keluarga yang biasa dilakukan dalam tradisi Lebaran. Meskipun hanya dilakukan di rumah, segala aktivitas yang dikerjakan harus bersama-sama dan juga menyenangkan.
Duduk bersama sembari menonton televisi atau menikmati camilan khas Lebaran merupakan contoh family quality time yang bisa dilakukan di rumah. Bisa juga membuat menu favorit keluarga secara bersama-sama untuk mengusir kebosanan selama libur di rumah. "Kalau nonton TV bukan fokus ke TV-nya. Tapi misalnya ada adegan lucu yang bisa tertawa bersama, nanti dari situ bisa lanjut mengobrol hal seru lainnya," katanya.