Menristek Siapkan Rp300 Miliar untuk Uji Klinis Vaksin Merah Putih
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Riset dan Teknologi ( Kemristek ) memastikan tidak main-main untuk mengembangkan vaksin Covid-19. Hal ini dibuktikan dengan gelontoran anggaran besar untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan sejumlah perguruan tinggi dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro menyatakan kementeriannya telah memberikan tambahan anggaran sebesar Rp10 miliar kepada Eijkman untuk pengembangan vaksin Covid-19. Eijkman merupakan salah satu lembaga yang memiliki peralatan laboratorium lengkap untuk meneliti virus Sars Cov-II.
“Nanti agak besar itu di uji klinis. Kita menganggarkan Rp300 miliar agar bisa dilakukan secara lancar. Berikutnya, kalau sudah sampai pabrik, itu tergantung pada Bio Farma berapa biaya produksi per dosisnya,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan SINDOnews, Jumat (6/11/2020).
(Baca: Pastikan Vaksin COVID-19 Halal, Pemerintah Libatkan Organisasi Keagamaan)
Bambang menerangkan kemungkinan vaksin dari Eijkman ini bisa diproduksi massal pada kuartal IV tahun 2021. Saat ini, uji coba pada hewan telah memasuki tahap akhir.
Bambang menjelaskan dengan sokongan dana dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) diharapkan harga vaksin dalam negeri ini bisa lebih murah.
Sementara itu, vaksin dari luar negeri akan lebih mahal karena ada biaya-biaya lain yang harus dibayar, seperti riset dan paten.
“Kami mendukung siapapun yang mengembangkan vaksin merah putih untuk uji klinis. Kita sudah mendapatkan dukungan dari swasta yang ingin ikut dalam pengembangan vaksin Covid-19,” tuturnya.
(Baca: Penularan COVID-19 Masih Terjadi, Apa Kabar Vaksin Merah Putih?)
Kemenristek memastikan pengembangan vaksin dalam negeri mengedepankan prinsip kehati-hatian tingkat tinggi. Tetap berprinsip pada keamanan dan efektivitas vaksin untuk kekebalan tubuh manusia.
Semua produsen berpegang teguh pada itu, seperti kasus pengembangan AstraZeneca sempat dihentikan karena ada relawan yang sakit. Keamanan dalam pengembanagn vaksin tidak dikompromikan.
“Keefektivitisan ini berarti seumur hidup kita imun pada Covid-19. Pada periode tertentu imunitasnya akan habis sehingga daya tahan tubuh tidak terjamin. Di masa depan, perlu vaksinasi lagi,” pungkasnya.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro menyatakan kementeriannya telah memberikan tambahan anggaran sebesar Rp10 miliar kepada Eijkman untuk pengembangan vaksin Covid-19. Eijkman merupakan salah satu lembaga yang memiliki peralatan laboratorium lengkap untuk meneliti virus Sars Cov-II.
“Nanti agak besar itu di uji klinis. Kita menganggarkan Rp300 miliar agar bisa dilakukan secara lancar. Berikutnya, kalau sudah sampai pabrik, itu tergantung pada Bio Farma berapa biaya produksi per dosisnya,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan SINDOnews, Jumat (6/11/2020).
(Baca: Pastikan Vaksin COVID-19 Halal, Pemerintah Libatkan Organisasi Keagamaan)
Bambang menerangkan kemungkinan vaksin dari Eijkman ini bisa diproduksi massal pada kuartal IV tahun 2021. Saat ini, uji coba pada hewan telah memasuki tahap akhir.
Bambang menjelaskan dengan sokongan dana dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) diharapkan harga vaksin dalam negeri ini bisa lebih murah.
Sementara itu, vaksin dari luar negeri akan lebih mahal karena ada biaya-biaya lain yang harus dibayar, seperti riset dan paten.
“Kami mendukung siapapun yang mengembangkan vaksin merah putih untuk uji klinis. Kita sudah mendapatkan dukungan dari swasta yang ingin ikut dalam pengembangan vaksin Covid-19,” tuturnya.
(Baca: Penularan COVID-19 Masih Terjadi, Apa Kabar Vaksin Merah Putih?)
Kemenristek memastikan pengembangan vaksin dalam negeri mengedepankan prinsip kehati-hatian tingkat tinggi. Tetap berprinsip pada keamanan dan efektivitas vaksin untuk kekebalan tubuh manusia.
Semua produsen berpegang teguh pada itu, seperti kasus pengembangan AstraZeneca sempat dihentikan karena ada relawan yang sakit. Keamanan dalam pengembanagn vaksin tidak dikompromikan.
“Keefektivitisan ini berarti seumur hidup kita imun pada Covid-19. Pada periode tertentu imunitasnya akan habis sehingga daya tahan tubuh tidak terjamin. Di masa depan, perlu vaksinasi lagi,” pungkasnya.
(muh)