Rocky Gerung Ungkap Dua Motif di Balik Bintang Mahaputera Gatot Nurmantyo

Jum'at, 06 November 2020 - 07:33 WIB
loading...
Rocky Gerung Ungkap Dua Motif di Balik Bintang Mahaputera Gatot Nurmantyo
Rocky Gerung membaca ada dua motif pemerintah di balik rencana pemberian Bintang Mahaputera kepada Gatot Nurmantyo. Foto/ist
A A A
JAKARTA - Pemerintah punya alasan normatif atas rencana penganugerahan tanda jasa Bintang Mahaputera kepada mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo . Tetapi Rocky Gerung membaca ada setidaknya dua motif lain di baliknya. Pertama, dia menduga istana merasa bersalah dan kedua, sedang mempraktikkan politik pecah belah.

Pengamat dan aktivis politik ini mengungkapkan, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) telah menjadi bulan-bulanan opini miring yang dialamatkan oleh pemerintah. KAMI dituduh sebagai sponsor kerusuhan demonstrasi buruh dan mahasiswa yang menolak UU Cipta Kerja.

Tetapi, lanjut Rocky, belakangan mulai terungkap bahwa tuduhan itu keliru. Walaupun tidak terungkap, dia melihat gestur orang istana seperti Mahfud MD dan Luhut Pandjaitan menunjukkan perubahan. Lagipula, penghargaan untuk Gatot itu dengan sendirinya telah menghapus tuduhan terhadap KAMI.

(Baca: Refly Harun: Gatot Nurmantyo Memang Harus Dijinakkan)

”Penghargaan itu kan semacam simbol dari negara untuk menghargai prestasi seseorang. Jadi sebetulnya negara mengakui bahwa Gatot Nurmantyo bukan perusuh. Dengan kata lain, KAMI juga bukan perusuh mengingat posisi Gatot sebagai panglima KAMI di jajaran presidium,” kata Rocky dalam video wawancara berjudul Gatot Akan Pakai Bintang Mahaputera untuk Deklarasi Kami, yang diunggah di akun youtube Rocky Gerung Official, Kamis (5/11/2020) malam.

Karena itu, niat baik pemerintah memberikan Bintang Mahaputera untuk Gatot meski direspons positif, sepanjang niat baik itu diteruskan pula pada para aktivis KAMI yang sedang mendekam di sel tahanan atas tuduhan menghasut demo anarkistis.

Mestinya, kata Rocky, pemerintah mengumumkan juga di hari yang sama bahwa penangkapan Syahganda dkk itu keliru. ”Jadi aneh kalau Gatot dapat penghargaan, sedangkan Syahganda, Jumhur dan Anton Permana dapat borgol. Jangan sampai Gatot mendapatkan medali tetapi borgol Syahganda dan yang lain tidak dilepas,” ujar Rocky.

(Baca: Rocky Gerung soal Habib Rizieq: Dia Sudah Pemimpin, Faktanya Punya Pengikut)

Kalau sampai Syahganda dkk tidak dilepas, maka wajar saja kalau ada anggapan istana sedang berpolitik untuk melemahkan apa yang dianggap sebagai ancaman terhadap kekuasaannya. ”Nah, di situ orang akan anggap istana sedang memecah belah KAMI, ada yang diborgol dan ada yang dikasih medali,” ujar Rocky.

Politik pecah belah inilah, kata Rocky, yang menjadi kekhawatiran masyarakat sipil. Apalagi sudah terbukti dalam pemerintah jago untuk urusan itu. ”Karena istana kan punya keahlian untuk memecah belah kelompok-kelompok yang sudah dipraktikkan berkali-kali,” kata dia.

(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1574 seconds (0.1#10.140)