Pengamat Prediksi Ketegangan Militer Turun Jika Joe Biden Jadi Presiden
loading...
A
A
A
JAKARTA - Donald Trump dan Joe Biden tengah bersaing sengit guna mendapatkan kursi Presiden Amerika Serikat. Pertarungan politik itu tak lepas menjadi sorotan karena akan memiliki dampak terhadap dunia, tak terkecuali bidang militer dan pertahanan.
Pengamat Militer dan Pertahanan Connie Rahakundini Bakrie menuturkan, bila Joe Biden memenangkan kontenstasi politik negeri Paman Sam, tensi dan persona militer akan sedikit berkurang. Hal itu dikarenakan fokus Biden yang lebih mengarah kepada masalah ekonomi. "Biden ini kalau kita lihat dari isu kawasan, dia akan cenderung lebih berorientasi pada peningkatan trade ekonomi kepada Tiongkok. Jadi secara militeristik, tensinya ya agak berkurang. Keliatannya mendorong hubungan itu lebih kepada soft power," ujarnya ketika dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (5/11/2020). (Baca juga: Joe Biden Lebih Dialogis, Tensi Ketegangan di LCS Diharapkan Menurun)
Lebih lanjut Connie menjelaskan, Biden merupakan sosok yang lebih mengedepankan inovasi dan moderenisasi ketimbang Donald Trump. Nantinya, militer Indonesia akan lebih sering berhadapan dengan hal-hal yang berbau teknologi Artificial Intelligence (AI). "Kalau dilihat dari masalah pertahanan, sepertinya dia orang yang lebih kepada inovasi, kepada artificial intelligence. Jadi kita akan cenderung ketemu lawan atau militer yang di Indo-Pasifik nanti lebih ke arah sana, seperti pesawat tidak berawak, atau kemampuan AI lainnya," tuturnya. (Baca juga: Momentum AS Kokohkan Pimpin Dunia)
Menurutnya, hal itulah yang sebenarnya lebih berbahaya. Connie menduga, Biden tidak akan mengikuti langkah Trump yang cenderung fokus membangun pangkalan militer di daerah sekutunya. "Ini berpotensi mengerikan, dalam arti kekuatan yang musti kita bangun adalah pengawasan antikecerdasan buatan. Dia juga akan mengurangi pembangunan pangkalan militer model Trump. Kalau kita berbicara Trump itu akan betul-betul menguatkan penyebaran pangkalan militer, seperti di Guam dan di Papua Nugini. Apakah ini akan makin diperkuat dengan Biden saya kurang yakin," katanya. (Baca juga: Tim Kampanye Biden Nyatakan Siap Bertarung dengan Trump di Mahkamah Agung)
Tak hanya itu, sambung Connie, bilamana Biden menang, Amerika tak segan-segan memutus kerja sama militernya dengan Arab Saudi atau Yaman. Menurutnya, hal itulah yang harus dipertimbangkan, Biden akan melanjutkannya ke arah mana. "Dia mungkin juga mengakhiri dukungan militer kepada perang-perang yang dipimpin Arab Saudi atau Yaman. Penjualan senjata ke Riyadh yang secara historis menjadi mitranya Amerika, akan diakhiri. Kita harus berpikir kalau Biden ini akan melarikannya kemana?" ungkapnya.
Pengamat Militer dan Pertahanan Connie Rahakundini Bakrie menuturkan, bila Joe Biden memenangkan kontenstasi politik negeri Paman Sam, tensi dan persona militer akan sedikit berkurang. Hal itu dikarenakan fokus Biden yang lebih mengarah kepada masalah ekonomi. "Biden ini kalau kita lihat dari isu kawasan, dia akan cenderung lebih berorientasi pada peningkatan trade ekonomi kepada Tiongkok. Jadi secara militeristik, tensinya ya agak berkurang. Keliatannya mendorong hubungan itu lebih kepada soft power," ujarnya ketika dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (5/11/2020). (Baca juga: Joe Biden Lebih Dialogis, Tensi Ketegangan di LCS Diharapkan Menurun)
Lebih lanjut Connie menjelaskan, Biden merupakan sosok yang lebih mengedepankan inovasi dan moderenisasi ketimbang Donald Trump. Nantinya, militer Indonesia akan lebih sering berhadapan dengan hal-hal yang berbau teknologi Artificial Intelligence (AI). "Kalau dilihat dari masalah pertahanan, sepertinya dia orang yang lebih kepada inovasi, kepada artificial intelligence. Jadi kita akan cenderung ketemu lawan atau militer yang di Indo-Pasifik nanti lebih ke arah sana, seperti pesawat tidak berawak, atau kemampuan AI lainnya," tuturnya. (Baca juga: Momentum AS Kokohkan Pimpin Dunia)
Menurutnya, hal itulah yang sebenarnya lebih berbahaya. Connie menduga, Biden tidak akan mengikuti langkah Trump yang cenderung fokus membangun pangkalan militer di daerah sekutunya. "Ini berpotensi mengerikan, dalam arti kekuatan yang musti kita bangun adalah pengawasan antikecerdasan buatan. Dia juga akan mengurangi pembangunan pangkalan militer model Trump. Kalau kita berbicara Trump itu akan betul-betul menguatkan penyebaran pangkalan militer, seperti di Guam dan di Papua Nugini. Apakah ini akan makin diperkuat dengan Biden saya kurang yakin," katanya. (Baca juga: Tim Kampanye Biden Nyatakan Siap Bertarung dengan Trump di Mahkamah Agung)
Tak hanya itu, sambung Connie, bilamana Biden menang, Amerika tak segan-segan memutus kerja sama militernya dengan Arab Saudi atau Yaman. Menurutnya, hal itulah yang harus dipertimbangkan, Biden akan melanjutkannya ke arah mana. "Dia mungkin juga mengakhiri dukungan militer kepada perang-perang yang dipimpin Arab Saudi atau Yaman. Penjualan senjata ke Riyadh yang secara historis menjadi mitranya Amerika, akan diakhiri. Kita harus berpikir kalau Biden ini akan melarikannya kemana?" ungkapnya.
(cip)