Punya Banyak Prestasi, Nurdin Abdullah Layak Diperhitungkan di 2024
loading...
A
A
A
Selain itu, survei yang dilakukan Script Survei Indonesia (SSI) pada 2-15 Agustus 2020 mencatat 63,13% masyarakat daerah itu puas terhadap kinerja Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan di bawah kendali Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman.(
)
Kemudian, nama Nurdin Abdullah masuk dalam lima besar jajaran gubernur terbaik sesuai hasil survei Indikator Politik Indonesia melalui hasil survei opinion leader bertajuk Efek Kepemimpinan dan Kelembagaan dalam penanganan Covid-19. Secara rinci, untuk skor koordinasi kerja, Nurdin Abdullah berada di urutan ke lima dengan 64 persen.
Selanjutnya, kategori sense of crisis dengan persentase 64,4% serta kategori komunikasi kepada warga dengan persentase 64,1%. Lalu, berdasarkan survei Median yang diambil pekan pertama dan kedua April 2020, Nurdin Abdullah berada di urutan 15 atau 8 terbawah dari 22 kepala daerah yang disurvei dengan 0,5%.
Pengamat politik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara menilai Nurdin Abdullah (NA) adalah satu contoh kepala daerah di luar pulau Jawa yang punya prestasi dan kinerja mumpuni, tidak kalah dengan kepala daerah lainnya yang sering muncul di berbagai survei.
"Sebagai Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), NA punya sederet penghargaan sebagai tokoh perubahan dan pembagunan daerah, akademisi, sampai sosok penumbang dinasti politik di Sulsel," ujar Igor Dirgantara kepada SINDOnews, Sabtu 31 Oktober 2020.
Namun, kata Igor, ketokohan Nurdin Abdullah seakan tenggelam dibanding kepala daerah dari pulau Jawa, seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Khofifah Indar Parawansa.
"Padahal NA punya modal untuk tampil sebagai figur yang pantas diperhitungkan. NA digadang sebagai the next Jusuf Kalla di pentas politik nasional," ujar Igor yang juga Director Survey and Polling Indonesia (SPIN) ini.( )
Igor mengatakan, mungkin karena Nurdin Abdullah bukan kepala daerah dari Pulau Jawa yang berpenduduk besar, seperti contohnya Ganjar Pranowo di Jawa Tengah yang lebih mudah dipoles untuk dimunculkan sebagai kandidat potensial 2024.
"Sejatinya, NA dan Ganjar sama-sama diusung oleh PDIP dan sukses memenangkan Pemilihan Gubernur," kata Igor.
Namun, diakui Igor, nama Ganjar lebih mentereng di survei dan pemberitaan media ketimbang Nurdin Abdullah. Igor mengatakan, Ganjar juga lebih piawai memasarkan diri di media sosial. "Marketing politik NA terlihat lemah dan tidak equivalen dengan segudang prestasinya sebagai Gubernur pertama di Indonesia yang bergelar Profesor pertanian," tutur Igor.
Igor berpendapat, seandainya Nurdin Abdullah adalah ketua umum sebuah partai politik seperti Jusuf Kalla memimpin Partai Golkar, maka bisa diprediksi namanya otomatis akan masuk sebagai capres atau cawapres di 2024. "Namun, hal itu sebenarnya bukanlah alasan yang signifikan," katanya.
Kemudian, nama Nurdin Abdullah masuk dalam lima besar jajaran gubernur terbaik sesuai hasil survei Indikator Politik Indonesia melalui hasil survei opinion leader bertajuk Efek Kepemimpinan dan Kelembagaan dalam penanganan Covid-19. Secara rinci, untuk skor koordinasi kerja, Nurdin Abdullah berada di urutan ke lima dengan 64 persen.
Selanjutnya, kategori sense of crisis dengan persentase 64,4% serta kategori komunikasi kepada warga dengan persentase 64,1%. Lalu, berdasarkan survei Median yang diambil pekan pertama dan kedua April 2020, Nurdin Abdullah berada di urutan 15 atau 8 terbawah dari 22 kepala daerah yang disurvei dengan 0,5%.
Pengamat politik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara menilai Nurdin Abdullah (NA) adalah satu contoh kepala daerah di luar pulau Jawa yang punya prestasi dan kinerja mumpuni, tidak kalah dengan kepala daerah lainnya yang sering muncul di berbagai survei.
"Sebagai Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), NA punya sederet penghargaan sebagai tokoh perubahan dan pembagunan daerah, akademisi, sampai sosok penumbang dinasti politik di Sulsel," ujar Igor Dirgantara kepada SINDOnews, Sabtu 31 Oktober 2020.
Namun, kata Igor, ketokohan Nurdin Abdullah seakan tenggelam dibanding kepala daerah dari pulau Jawa, seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Khofifah Indar Parawansa.
"Padahal NA punya modal untuk tampil sebagai figur yang pantas diperhitungkan. NA digadang sebagai the next Jusuf Kalla di pentas politik nasional," ujar Igor yang juga Director Survey and Polling Indonesia (SPIN) ini.( )
Igor mengatakan, mungkin karena Nurdin Abdullah bukan kepala daerah dari Pulau Jawa yang berpenduduk besar, seperti contohnya Ganjar Pranowo di Jawa Tengah yang lebih mudah dipoles untuk dimunculkan sebagai kandidat potensial 2024.
"Sejatinya, NA dan Ganjar sama-sama diusung oleh PDIP dan sukses memenangkan Pemilihan Gubernur," kata Igor.
Namun, diakui Igor, nama Ganjar lebih mentereng di survei dan pemberitaan media ketimbang Nurdin Abdullah. Igor mengatakan, Ganjar juga lebih piawai memasarkan diri di media sosial. "Marketing politik NA terlihat lemah dan tidak equivalen dengan segudang prestasinya sebagai Gubernur pertama di Indonesia yang bergelar Profesor pertanian," tutur Igor.
Igor berpendapat, seandainya Nurdin Abdullah adalah ketua umum sebuah partai politik seperti Jusuf Kalla memimpin Partai Golkar, maka bisa diprediksi namanya otomatis akan masuk sebagai capres atau cawapres di 2024. "Namun, hal itu sebenarnya bukanlah alasan yang signifikan," katanya.