Peluang Puan Maharani di Pilpres 2024: Antara Survei dan Kekuatan Politik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setelah mengulas tentang Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, hari ini SINDOnews membahas tentang sejauh mana peluang Puan Maharani maju pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024.
Ya, wanita yang kini menjabat sebagai Ketua DPR ini adalah salah satu tokoh yang namanya seringkali masuk bursa Pilpres 2024 di berbagai lembaga survei belakangan ini.
Puan adalah putri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri atau cucu dari Presiden Pertama atau sang Proklamator Soekarno.
Perempuan kelahiran 6 September 1973 itu juga pernah menjabat Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) kabinet Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).
Di kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP, pemilik nama lengkap Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi ini menjabat Ketua bidang Politik dan Keamanan. Nah, berdasarkan survei berbagai lembaga yang dihimpun SINDOnews, nama Puan Maharani tak mampu masuk sepuluh besar bakal calon presiden (capres).
Seperti survei terbaru dari Indonesia Political Opinion (IPO) yang dilakukan 12-23 Oktober 2020 dan diumumkan pada Rabu 28 Oktober 2020, Puan Maharani berada di urutan ke-12 dari 13 nama bakal Capres, yakni dengan elektabilitas 1,9%.
Sementara itu, berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan 24-30 September 2020 dan diumumkan pada Minggu 25 Oktober 2020, elektabilitas Puan Maharani hanya 0,9% atau berada di peringkat ke-11 dari 15 nama yang ada. Pada survei Indikator Politik Indonesia bulan Juli 2020, elektabilitas Puan Maharani sebesar 2,0%, kemudian 0,8% pada Mei 2020 dan 1,4% pada Februari 2020.
Lalu, lembaga Voxpopuli Research Center mencatat elektabilitas Puan Maharani mengalami kenaikan dari semula 0,4% pada Juni 2020 menjadi 1,7% pada Oktober 2020 atau peringkat ke-11 dari 15 nama bakal capres.
( )
Lain hal dengan survei Indometer yang mencatat elektabilitas Puan Maharani turun dari 1,2% pada Juli 2020 menjadi 1,1% di bulan Oktober 2020 alias peringkat ke-12 dari 13 nama yang ada.
Puan Maharani juga berada di urutan ke-12 atau yang terakhir pada survei Election and Strategic (indEX) Research yang diumumkan pada Agustus 2020 dengan elektabilitas 0,6%.
Dalam survei di Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) yang dilakukan 14-21 Juni 2020 juga demikian. Puan Maharani pada survei SPIN itu juga berada di urutan ke-12 atau yang terakhir dengan elektabilitas 1,1% .
Pengamat Politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing mengatakan secara konstitusional, Puan memiliki hak untuk menjadi kandidat Pilpres 2024. "Ini analisa saya, Puan Maharani punya kemampuan, punya kepantasan, dan punya kewajaran menjadi calon presiden 2024," ujar Emrus Sihombing kepada SINDOnews, Rabu 28 Oktober 2020.
Alasannya, kata Emrus, Puan memiliki pengalaman yang cukup di dalam partai, lembaga legislatif maupun di pemerintahan. "Bukan kah kalau menjadi calon presiden adalah utama pengalaman di bidang legislatif dan pengalaman di bidang eksekutif. Nah saya melihat pengalaman beliau ini menurut pandangan saya sudah sangat luar biasa," ujar Emrus.( )
Dia juga menilai wajar jika PDIP mengusung Puan Maharani di Pilpres 2024. "Kemudian juga kita harus melihat Puan Maharani juga keturunan biologis dari Bung Karno, artinya ada trah Bung Karno. Kita melihat dia anak ideologis dari Bung Karno juga," kata Direktur Eksekutif Lembaga Emrus Corner ini.
Menurut dia, keturunan biologis belum tentu ideologis. "Dia saya pikir menurut pengamatan saya, adalah ajaran-ajaran Bung Karno saya kira meresap sanubari dan pikiran beliau, dan kita melihat bahwa PDIP maupun Bung Karno saya kira mendapat hati di tengah masyarakat Indonesia. Nah berbasis kepada analisa saya tadi, saya berpendapat sangat mumpuni Bu Puan Maharani diusulkan menjadi bakal calon presiden 2024," kata Emrus.
Namun, kata Emrus, calon wakil presiden pasangan Puan Maharani harus memiliki tingkat akseptabilitas publik tinggi. "Supaya bisa nanti bersaing siapapun pasangan bersaingnya," katanya.
Sementara itu, peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes membeberkan beberapa keuntungan Puan Maharani. "Puan diuntungkan karena PDIP dapat mencalonkan presiden secara langsung tanpa harus berkoalisi karena memiliki 22,2 persen kursi di DPR," ujar Arya Fernandes.
Keuntungan lainnya, kata Arya, Puan Maharani adalah Putri Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP. "Dalam PDIP, faktor Ketua Umum punya hak prerogatif untuk menentukan calon presiden. Di AD/ART PDIP tidak ada kontestasi untuk memperebutkan tiket pencapresan, karena ditentukan langsung oleh ketua umumm, sehingga ini menyulitkan langkah tokoh non-darah biru, seperti Ganjar," ujar Arya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai Puan Maharani lebih cocok sebagai calon wakil presiden (Cawapres). "Puan merupakan golden girl (anak emas) Megawati dan PDIP. Bisa saja PDIP akan mendorong di Pilpres 2024 nanti sebagai cawapres karena jika capres sangat berat," kata ujang.
Ya, wanita yang kini menjabat sebagai Ketua DPR ini adalah salah satu tokoh yang namanya seringkali masuk bursa Pilpres 2024 di berbagai lembaga survei belakangan ini.
Puan adalah putri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri atau cucu dari Presiden Pertama atau sang Proklamator Soekarno.
Perempuan kelahiran 6 September 1973 itu juga pernah menjabat Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) kabinet Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).
Di kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP, pemilik nama lengkap Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi ini menjabat Ketua bidang Politik dan Keamanan. Nah, berdasarkan survei berbagai lembaga yang dihimpun SINDOnews, nama Puan Maharani tak mampu masuk sepuluh besar bakal calon presiden (capres).
Seperti survei terbaru dari Indonesia Political Opinion (IPO) yang dilakukan 12-23 Oktober 2020 dan diumumkan pada Rabu 28 Oktober 2020, Puan Maharani berada di urutan ke-12 dari 13 nama bakal Capres, yakni dengan elektabilitas 1,9%.
Sementara itu, berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan 24-30 September 2020 dan diumumkan pada Minggu 25 Oktober 2020, elektabilitas Puan Maharani hanya 0,9% atau berada di peringkat ke-11 dari 15 nama yang ada. Pada survei Indikator Politik Indonesia bulan Juli 2020, elektabilitas Puan Maharani sebesar 2,0%, kemudian 0,8% pada Mei 2020 dan 1,4% pada Februari 2020.
Lalu, lembaga Voxpopuli Research Center mencatat elektabilitas Puan Maharani mengalami kenaikan dari semula 0,4% pada Juni 2020 menjadi 1,7% pada Oktober 2020 atau peringkat ke-11 dari 15 nama bakal capres.
( )
Lain hal dengan survei Indometer yang mencatat elektabilitas Puan Maharani turun dari 1,2% pada Juli 2020 menjadi 1,1% di bulan Oktober 2020 alias peringkat ke-12 dari 13 nama yang ada.
Puan Maharani juga berada di urutan ke-12 atau yang terakhir pada survei Election and Strategic (indEX) Research yang diumumkan pada Agustus 2020 dengan elektabilitas 0,6%.
Dalam survei di Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) yang dilakukan 14-21 Juni 2020 juga demikian. Puan Maharani pada survei SPIN itu juga berada di urutan ke-12 atau yang terakhir dengan elektabilitas 1,1% .
Pengamat Politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing mengatakan secara konstitusional, Puan memiliki hak untuk menjadi kandidat Pilpres 2024. "Ini analisa saya, Puan Maharani punya kemampuan, punya kepantasan, dan punya kewajaran menjadi calon presiden 2024," ujar Emrus Sihombing kepada SINDOnews, Rabu 28 Oktober 2020.
Alasannya, kata Emrus, Puan memiliki pengalaman yang cukup di dalam partai, lembaga legislatif maupun di pemerintahan. "Bukan kah kalau menjadi calon presiden adalah utama pengalaman di bidang legislatif dan pengalaman di bidang eksekutif. Nah saya melihat pengalaman beliau ini menurut pandangan saya sudah sangat luar biasa," ujar Emrus.( )
Dia juga menilai wajar jika PDIP mengusung Puan Maharani di Pilpres 2024. "Kemudian juga kita harus melihat Puan Maharani juga keturunan biologis dari Bung Karno, artinya ada trah Bung Karno. Kita melihat dia anak ideologis dari Bung Karno juga," kata Direktur Eksekutif Lembaga Emrus Corner ini.
Menurut dia, keturunan biologis belum tentu ideologis. "Dia saya pikir menurut pengamatan saya, adalah ajaran-ajaran Bung Karno saya kira meresap sanubari dan pikiran beliau, dan kita melihat bahwa PDIP maupun Bung Karno saya kira mendapat hati di tengah masyarakat Indonesia. Nah berbasis kepada analisa saya tadi, saya berpendapat sangat mumpuni Bu Puan Maharani diusulkan menjadi bakal calon presiden 2024," kata Emrus.
Namun, kata Emrus, calon wakil presiden pasangan Puan Maharani harus memiliki tingkat akseptabilitas publik tinggi. "Supaya bisa nanti bersaing siapapun pasangan bersaingnya," katanya.
Sementara itu, peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes membeberkan beberapa keuntungan Puan Maharani. "Puan diuntungkan karena PDIP dapat mencalonkan presiden secara langsung tanpa harus berkoalisi karena memiliki 22,2 persen kursi di DPR," ujar Arya Fernandes.
Keuntungan lainnya, kata Arya, Puan Maharani adalah Putri Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP. "Dalam PDIP, faktor Ketua Umum punya hak prerogatif untuk menentukan calon presiden. Di AD/ART PDIP tidak ada kontestasi untuk memperebutkan tiket pencapresan, karena ditentukan langsung oleh ketua umumm, sehingga ini menyulitkan langkah tokoh non-darah biru, seperti Ganjar," ujar Arya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai Puan Maharani lebih cocok sebagai calon wakil presiden (Cawapres). "Puan merupakan golden girl (anak emas) Megawati dan PDIP. Bisa saja PDIP akan mendorong di Pilpres 2024 nanti sebagai cawapres karena jika capres sangat berat," kata ujang.
(dam)