Indonesia Akan Produksi Vaksin Covid-19 Sebanyak 1 Miliar Dosis per Tahun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemeristek) menggandeng tiga perusahaan swasta yang siap berinvestasi dengan kombinasi kapasitas produksi dosis vaksin Covid-19 mencapai 1 miliar per tahun.
Dengan begitu, ke depan Indonesia seharusnya bisa menjadi salah satu produsen vaksin utama di dunia dan regional. “Dari tiga perusahaan swasta tersebut, kami hitung berapa kapasitas produksi yang mereka sanggup untuk berinvestasi ternyata mereka sanggup 1 miliar dosis per tahun,” kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta kemarin.
Bambang menuturkan, tiga perusahaan swasta tersebut sudah mulai mengurus izin ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk cara pembuatan obat yang baik (good manufacturing practices). Namun, dia tidak menyebutkan secara spesifik nama dari tiga perusahaan swasta tersebut. (Baca: Berdoa Keburukan untuk Orang yang Menzalimi)
Namun, sejumlah perusahaan swasta dalam potensi kerja sama dengan industri farmasi swasta di bawah koordinasi PT Bio Farma adalah PT Kalbe Farma, PT Sanbe Farma, PT Daewoong Infion, PT Biotis Prima Agrisindo, dan PT Tempo Scan Pacific.
Peran perusahaan swasta tersebut penting untuk mendukung kemandirian produksi vaksin, terutama vaksin Merah Putih dalam rangka memenuhi kebutuhan vaksin nasional. “Kami bisa pastikan nanti vaksin Merah Putih 100% bisa diproduksi dalam negeri dan nantinya menyediakan kebutuhan vaksin Covid-19 tidak hanya tahun ini, tapi juga tahun-tahun berikutnya,” tutur Bambang.
Menurutnya, ada kemungkinan daya tahan tubuh yang ditimbulkan pada vaksinasi pertama tidak akan bertahan seumur hidup sehingga perlu ada “booster” atau vaksinasi ulang untuk mencegah infeksi Covid-19 di masa mendatang. Untuk itu, vaksin akan dibutuhkan di waktu-waktu mendatang sehingga kapasitas produksi harus siap sedia. (Baca juga: DPR Dorong Pengembangan Pendidikan Indonesia Timur)
“Kalau kita bicara kesehatan masyarakat, harusnya Indonesia dengan penduduk demikian besar itu sudah harus mengarah kepada kesehatan yang preventif, jadi mencegah seseorang itu terkena penyakit dan salah satu instrumen untuk preventif adalah vaksin,” ungkapnya.
Produksi vaksin tidak bisa hanya mengandalkan kapasitas badan usaha milik negara PT Bio Farma sebab vaksin akan dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk memenuhi kebutuhan 270 juta penduduk Indonesia, apalagi jika diperlukan revaksinasi pada masa akan datang.
Untuk itu, PT Bio Farma meningkatkan kapasitas produksi vaksin hingga 250 juta dosis per tahun. Bio Farma juga berencana membentuk konsorsium bersama perusahaan swasta dalam negeri untuk bisa memproduksi vaksin Merah Putih dengan kapasitas yang lebih besar.
Lebih jauh Bambang mengatakan, saat ini vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman sedang dalam proses uji coba di hewan. Vaksin yang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman ini menggunakan platform subunit protein rekombinan. Akhir 2020 uji coba vaksin Merah Putih pada hewan ini diharapkan akan selesai. “Prosesnya di bulan Oktober ini mereka sedang mempersiapkan untuk uji pada hewan. Uji di hewan yang kita harapkan bisa selesai dan tentunya mudah-mudahan hasilnya memuaskan,” ungkapnya. (Baca juga: Air Kelapa Bisa Cegah Keparahan Covid-19)
Setelah selesai proses uji coba pada hewan, bibit vaksin Merah Putih akan diserahkan kepada Bio Farma untuk proses uji klinis tahap I, II, III. “Nah, setelah akhir tahun rencananya bibit vaksin yang sudah kita anggap teruji pada hewan tersebut atau sel mamalia tersebut ini akan diserahkan kepada Bio Farma sebagai pihak yang nantinya akan melakukan produksi skala kecil, terutama untuk keperluan uji klinis ya. Kita akan mengikuti semua prosedurnya uji klinis tahap I , II ,dan III,” jelas Bambang.
Pemerintah, katanya, memperkirakan anggaran per uji klinis vaksin Merah Putih sebesar Rp30 miliar hingga Rp40 miliar sehingga akan ada ratusan miliar yang nanti digelontorkan pemerintah bila dikalikan dengan jumlah kandidat vaksin yang diuji coba. “Mungkin lebih besar nanti kalau sudah uji klinis. Per uji klinis bisa Rp30-40 miliar. Nilai ini bisa dikalikan jumlah vaksin yang diuji,” tandasnya.
Bambang mengutarakan, pemerintah telah menyiapkan anggaran tersebut. Untuk tahap awal, pemerintah sudah menggelontorkan sebesar Rp10 miliar. Anggaran itu digunakan untuk riset dan pengembangan vaksin yang dilakukan di laboratorium Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. (Baca juga: Satgas tegaskan Pandemi Corona Tak Kenal Kata Libur)
Dalam proses pembuatan vaksin Merah Putih, pemerintah melibatkan sejumlah lembaga dan institusi perguruan tinggi di dalam negeri. Tercatat ada enam institusi dan lembaga yang bergabung dalam tahapan awal produksi vaksin. Enam institusi tersebut mengembangkan vaksin dengan platform dan metode masing-masing (lihat grafis).
Bambang mengutarakan, penyerahan bibit vaksin kepada Bio Farma pada awal tahun depan merupakan target tercepat yang diharapkan pemerintah. Setelah penyerahan tersebut, pihak Bio Farma akan melakukan tindak lanjut proses vaksinasi tersebut. “Diperkirakan bisa paling cepat di awal tahun depan bisa diserahkan bibit vaksinnya ke Bio Farma. Itu adalah yang dari Eijkman dan UI karena tahapannya sudah mendekati atau sudah masuk ke tahap uji hewan,” ungkap Bambang.
Sementara itu, jumlah orang yang sembuh dari Covid-19 pada 27 Oktober 2020 bertambah 4.576 orang. Dengan demikian, total sebanyak 322.248 orang sembuh dari Covid-19. Angka rata-rata kesembuhan saat ini terus naik, kini tembus 81,3%. Untuk penambahan kasus Covid-19 bertambah 3.520 kasus sehingga akumulasi sebanyak 396.454 orang. (Baca juga: Wisata Lokal Akan Jadi Primadona)
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, angka kesembuhan akhir-akhir ini memang terus mengalami perbaikan. Namun, jika dibandingkan pekan lalu, itu terus mengalami perlambatan. “Namun jumlah kesembuhan di pekan ini mengalami perlambatan sebesar 6,4% dari pekan sebelumnya,” katanya.
Dia mengatakan bahwa hal ini merupakan kabar kurang baik dan sudah seharusnya angka kesembuhan terus dijaga. “Ini adalah kabar kurang baik. Seharusnya, jumlah kesembuhan harus terus kita jaga agar terus bertambah,” tuturnya.
Wiku juga mengapresiasi provinsi yang terus meningkatkan angka kesembuhannya. Lima provinsi tersebut adalah Riau naik 1.894 kasus, Sumatera Barat naik 587 kasus, Sulawesi Tenggara naik 542 kasus, Sulawesi Selatan naik 127 kasus, dan Jambi naik 81 kasus. “Sementara persentase kesembuhan tertinggi di tingkat nasional adalah Gorontalo dengan angka 94,47%, Bali dengan angka 89,8%, Kalimantan Selatan dengan angka 89,5%, Jawa Timur dengan angka 88,16%, dan Maluku Utara sebesar 88,12%,” sebutnya. (Lihat videonya: Tolak Omnibus Law, Ribuan Buruh Kembali Turun ke Jalan)
Dia meminta agar seluruh daerah berlomba-lomba dalam mencapai angka kesembuhan tertinggi. “Dimohon kepada seluruh provinsi yang telah disebutkan agar terus mempertahankan dan meningkatkan angka kesembuhan. Kepada provinsi lainnya, berlomba-lombalah untuk mencapai angka kesembuhan yang tertinggi,” pungkasnya. (Dita Angga/Suparjo Ramalan/Binti Mufarida)
Lihat Juga: Deretan Brevet dan Tanda Jasa Komjen Dharma Pongrekun, Sosok yang Sebut Covid-19 Konspirasi
Dengan begitu, ke depan Indonesia seharusnya bisa menjadi salah satu produsen vaksin utama di dunia dan regional. “Dari tiga perusahaan swasta tersebut, kami hitung berapa kapasitas produksi yang mereka sanggup untuk berinvestasi ternyata mereka sanggup 1 miliar dosis per tahun,” kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta kemarin.
Bambang menuturkan, tiga perusahaan swasta tersebut sudah mulai mengurus izin ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk cara pembuatan obat yang baik (good manufacturing practices). Namun, dia tidak menyebutkan secara spesifik nama dari tiga perusahaan swasta tersebut. (Baca: Berdoa Keburukan untuk Orang yang Menzalimi)
Namun, sejumlah perusahaan swasta dalam potensi kerja sama dengan industri farmasi swasta di bawah koordinasi PT Bio Farma adalah PT Kalbe Farma, PT Sanbe Farma, PT Daewoong Infion, PT Biotis Prima Agrisindo, dan PT Tempo Scan Pacific.
Peran perusahaan swasta tersebut penting untuk mendukung kemandirian produksi vaksin, terutama vaksin Merah Putih dalam rangka memenuhi kebutuhan vaksin nasional. “Kami bisa pastikan nanti vaksin Merah Putih 100% bisa diproduksi dalam negeri dan nantinya menyediakan kebutuhan vaksin Covid-19 tidak hanya tahun ini, tapi juga tahun-tahun berikutnya,” tutur Bambang.
Menurutnya, ada kemungkinan daya tahan tubuh yang ditimbulkan pada vaksinasi pertama tidak akan bertahan seumur hidup sehingga perlu ada “booster” atau vaksinasi ulang untuk mencegah infeksi Covid-19 di masa mendatang. Untuk itu, vaksin akan dibutuhkan di waktu-waktu mendatang sehingga kapasitas produksi harus siap sedia. (Baca juga: DPR Dorong Pengembangan Pendidikan Indonesia Timur)
“Kalau kita bicara kesehatan masyarakat, harusnya Indonesia dengan penduduk demikian besar itu sudah harus mengarah kepada kesehatan yang preventif, jadi mencegah seseorang itu terkena penyakit dan salah satu instrumen untuk preventif adalah vaksin,” ungkapnya.
Produksi vaksin tidak bisa hanya mengandalkan kapasitas badan usaha milik negara PT Bio Farma sebab vaksin akan dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk memenuhi kebutuhan 270 juta penduduk Indonesia, apalagi jika diperlukan revaksinasi pada masa akan datang.
Untuk itu, PT Bio Farma meningkatkan kapasitas produksi vaksin hingga 250 juta dosis per tahun. Bio Farma juga berencana membentuk konsorsium bersama perusahaan swasta dalam negeri untuk bisa memproduksi vaksin Merah Putih dengan kapasitas yang lebih besar.
Lebih jauh Bambang mengatakan, saat ini vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman sedang dalam proses uji coba di hewan. Vaksin yang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman ini menggunakan platform subunit protein rekombinan. Akhir 2020 uji coba vaksin Merah Putih pada hewan ini diharapkan akan selesai. “Prosesnya di bulan Oktober ini mereka sedang mempersiapkan untuk uji pada hewan. Uji di hewan yang kita harapkan bisa selesai dan tentunya mudah-mudahan hasilnya memuaskan,” ungkapnya. (Baca juga: Air Kelapa Bisa Cegah Keparahan Covid-19)
Setelah selesai proses uji coba pada hewan, bibit vaksin Merah Putih akan diserahkan kepada Bio Farma untuk proses uji klinis tahap I, II, III. “Nah, setelah akhir tahun rencananya bibit vaksin yang sudah kita anggap teruji pada hewan tersebut atau sel mamalia tersebut ini akan diserahkan kepada Bio Farma sebagai pihak yang nantinya akan melakukan produksi skala kecil, terutama untuk keperluan uji klinis ya. Kita akan mengikuti semua prosedurnya uji klinis tahap I , II ,dan III,” jelas Bambang.
Pemerintah, katanya, memperkirakan anggaran per uji klinis vaksin Merah Putih sebesar Rp30 miliar hingga Rp40 miliar sehingga akan ada ratusan miliar yang nanti digelontorkan pemerintah bila dikalikan dengan jumlah kandidat vaksin yang diuji coba. “Mungkin lebih besar nanti kalau sudah uji klinis. Per uji klinis bisa Rp30-40 miliar. Nilai ini bisa dikalikan jumlah vaksin yang diuji,” tandasnya.
Bambang mengutarakan, pemerintah telah menyiapkan anggaran tersebut. Untuk tahap awal, pemerintah sudah menggelontorkan sebesar Rp10 miliar. Anggaran itu digunakan untuk riset dan pengembangan vaksin yang dilakukan di laboratorium Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. (Baca juga: Satgas tegaskan Pandemi Corona Tak Kenal Kata Libur)
Dalam proses pembuatan vaksin Merah Putih, pemerintah melibatkan sejumlah lembaga dan institusi perguruan tinggi di dalam negeri. Tercatat ada enam institusi dan lembaga yang bergabung dalam tahapan awal produksi vaksin. Enam institusi tersebut mengembangkan vaksin dengan platform dan metode masing-masing (lihat grafis).
Bambang mengutarakan, penyerahan bibit vaksin kepada Bio Farma pada awal tahun depan merupakan target tercepat yang diharapkan pemerintah. Setelah penyerahan tersebut, pihak Bio Farma akan melakukan tindak lanjut proses vaksinasi tersebut. “Diperkirakan bisa paling cepat di awal tahun depan bisa diserahkan bibit vaksinnya ke Bio Farma. Itu adalah yang dari Eijkman dan UI karena tahapannya sudah mendekati atau sudah masuk ke tahap uji hewan,” ungkap Bambang.
Sementara itu, jumlah orang yang sembuh dari Covid-19 pada 27 Oktober 2020 bertambah 4.576 orang. Dengan demikian, total sebanyak 322.248 orang sembuh dari Covid-19. Angka rata-rata kesembuhan saat ini terus naik, kini tembus 81,3%. Untuk penambahan kasus Covid-19 bertambah 3.520 kasus sehingga akumulasi sebanyak 396.454 orang. (Baca juga: Wisata Lokal Akan Jadi Primadona)
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, angka kesembuhan akhir-akhir ini memang terus mengalami perbaikan. Namun, jika dibandingkan pekan lalu, itu terus mengalami perlambatan. “Namun jumlah kesembuhan di pekan ini mengalami perlambatan sebesar 6,4% dari pekan sebelumnya,” katanya.
Dia mengatakan bahwa hal ini merupakan kabar kurang baik dan sudah seharusnya angka kesembuhan terus dijaga. “Ini adalah kabar kurang baik. Seharusnya, jumlah kesembuhan harus terus kita jaga agar terus bertambah,” tuturnya.
Wiku juga mengapresiasi provinsi yang terus meningkatkan angka kesembuhannya. Lima provinsi tersebut adalah Riau naik 1.894 kasus, Sumatera Barat naik 587 kasus, Sulawesi Tenggara naik 542 kasus, Sulawesi Selatan naik 127 kasus, dan Jambi naik 81 kasus. “Sementara persentase kesembuhan tertinggi di tingkat nasional adalah Gorontalo dengan angka 94,47%, Bali dengan angka 89,8%, Kalimantan Selatan dengan angka 89,5%, Jawa Timur dengan angka 88,16%, dan Maluku Utara sebesar 88,12%,” sebutnya. (Lihat videonya: Tolak Omnibus Law, Ribuan Buruh Kembali Turun ke Jalan)
Dia meminta agar seluruh daerah berlomba-lomba dalam mencapai angka kesembuhan tertinggi. “Dimohon kepada seluruh provinsi yang telah disebutkan agar terus mempertahankan dan meningkatkan angka kesembuhan. Kepada provinsi lainnya, berlomba-lombalah untuk mencapai angka kesembuhan yang tertinggi,” pungkasnya. (Dita Angga/Suparjo Ramalan/Binti Mufarida)
Lihat Juga: Deretan Brevet dan Tanda Jasa Komjen Dharma Pongrekun, Sosok yang Sebut Covid-19 Konspirasi
(ysw)