Kesadaran Jaga Jarak Masyarakat Masih Rendah

Sabtu, 17 Oktober 2020 - 06:35 WIB
loading...
Kesadaran Jaga Jarak Masyarakat Masih Rendah
Polisi melakukan kapanye penerapanprotokol kesehatan di pusat perbelanjaan di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Foto: dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Upaya menyadarkan masyarakat agar terhindar dari paparan Covid-19 dan memutus mata rantai penyebarannya tidaklah mudah. Pasalnya kedisiplinan menerapkan perilaku baru sesuai dengan protokol kesehatan tidak sepenuhnya dijalankan secara sungguh-sungguh.

Berdasarkan evaluasi Satgas Covid-19, dari tiga perilaku kunci atau 3 M yang diharapkan, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun, kesadaran menjaga jarak dan menghindari kerumunan masih rendah.



Data menyebutkan, pada bulan April kesadaran masyarakat untuk menjaga jarak sebesar 72% dan pada bulan September naik menjadi 74%. Namun angka ini masih di bawah rata-rata kesadaran masyarakat terhadap perubahan perilaku yang lain seperti mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan masker. (Baca: Inilah 10 Adab Bicara Agar Lisan Terjaga)

Sebagai informasi, kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan dengan sabun pada bulan April sebesar 80%, tetapi lalu turun menjadi 75%. Adapun kesadaran menggunakan masker pada bulan April sebesar 80%, tetapi tercatat pada bulan September naik menjadi 92%.

“Hanya saja memang yang selalu rendah dari dulu adalah kemampuan kita mencegah menjaga jarak dan menghindari kerumunan itu yang menjadi masalah,” ujar Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19, Sonny B Harmadi dalam diskusi “Sosialisasi Iman, Aman dan Imun Hadapi Covid-19” secara virtual di Media Center Satgas Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, kemarin.

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo tak pernah berhenti mengingatkan masyarakat untuk melaksanakan 3 M, termasuk menjaga jarak. Dia menandaskan, hanya dengan disiplin melaksanakan tiga kunci perilaku itulah masyarakat diharapkan tidak terpapar Covid-19 dan terhindar dari risiko yang diakibatkannya.

“Supaya kita aman, kita patuh pada protokol kesehatan. Apa itu, yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan serta cuci tangan sesering mungkin dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Atau kalau tidak ada tempat cuci tangan yang layak bisa menggunakan hand sanitizer,” katanya. (Baca juga: Kemendikbud akan Kembangkan SMK untuk Bangun Desa)

Mantan Danjen Kopassus itu mengingatkan, Covid-19 merupakan virus yang tidak kelihatan, tetapi dapat dirasakan dampaknya. Bahkan korban jiwa secara global telah mencapai lebih dari 1 juta orang. Adapun yang terdampak atau yang terpapar Covid-19 telah mencapai lebih dari 37 juta orang di seluruh dunia.

Adapun di Tanah Air yang sudah terpapar virus ini telah mencapai lebih dari 350.000 orang dan yang wafat sudah lebih dari 12.000 orang. “Sebuah angka yang sangat besar sekali. Memang angka kesembuhan itu mengalami peningkatan, yaitu sudah ada sekitar kurang dari 275.000 warga negara kita yang telah sembuh dari bahaya Covid ini,” ungkap Doni.

Namun Doni juga menggariskan bahwa mematuhi protokol kesehatan saja belum cukup, tetapi harus dilengkapi dengan iman. “Ya itu saja belum cukup, harus dilengkapi dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wataala, kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Kita harus bersabar, kita bersabar menghadapi musibah ini. Dengan bersabar diharapkan kita bisa mengendalikan diri,” katanya.

Dia lantas menuturkan, perjuangan dengan patuh pada protokol kesehatan belumlah sebanding dengan perjuangan, pengorbanan, dan penderitaan para dokter yang merawat pasien di rumah sakit untuk melayani pasien apakah itu pasien Covid dan non-Covid. (Baca juga: Perkuat Imunitas agar Tetap Sehat Selama Pandemi)

“Karena ternyata tidak sedikit dokter umum yang juga akhirnya wafat karena melayani pasien yang bukan pasien Covid ternyata tanpa diketahui pasien tersebut adalah OTG orang tanpa gejala. Yang mana orang tanpa gejala pun dapat menulari orang lain, termasuk para dokter,” ungkap Doni.

Lebih jauh dia juga mengingatkan pentingnya meningkatkan imunitas tubuh agar tidak terpapar Covid-19. Hal ini bisa dicapai dengan cara olahraga yang teratur, istirahat yang cukup, tidak boleh begadang, memakan makanan yang bervitamin, tidak gampang panik, dan menjaga hati selalu bergembira.

“Nah, manakala metode kewajiban kita untuk menjaga keamanan dengan mematuhi protokol kesehatan juga wajib meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wataala serta wajib meningkatkan imunitas tubuh kita, maka kita semuanya insyaallah akan terhindar dari musibah Covid ini,” papar Doni.

Sebagai informasi, hingga kemarin kasus Covid-19 terus bertambah. Tercatat suspek Covid-19 hingga 16 Oktober 2020 saat ini sebanyak 157.672 orang. Jumlah ini bertambah dari hari sebelumnya pada 15 Oktober 2020 sebanyak 154.926 orang. Itu terjadi setelah kasus suspek bertambah sebanyak 2.746 orang.

Sementara itu tercatat kasus Covid-19 bertambah 4.301 kasus sehingga akumulasi sebanyak 353.461 orang. Jumlah ini merupakan hasil tracing melalui pemeriksaan sebanyak 41.541 spesimen yang dilakukan dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM). (Baca juga: Kejagung Dalami Kasus Dugaan Korupsi Maryono)

Selain itu dilaporkan kasus yang sembuh dari Covid-19 pada hari ini tercatat bertambah 3.883 orang sehingga total sebanyak 277.544 orang sembuh. Sementara itu jumlah yang meninggal kembali bertambah 79 orang sehingga total yang meninggal menjadi 12.347 orang.

Masyarakat sebagai Ujung Tombak

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 Sonny B. Harmadi mengatakan ujung tombak untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 adalah masyarakat. Masyarakat menjadi agen pengubah perilaku yang berperan memutus mata rantai penularan Covid-19.

“Jadi begini kan di Satuan Tugasnya ada dua bidang ya yang berada di ujung tombak untuk memutus rantai penularan, termasuk juga bidang komunikasi publik sebetulnya. Jadi di bidang perubahan perilaku itu kita menempatkan masyarakat untuk menjadi duta, menjadi agen perubahan perilaku, berperan serta di dalam memutus rantai penularan Covid-19,” ungkap Sonny dalam diskusi “Sosialisasi Iman, Aman dan Imun Hadapi Covid-19” secara virtual di Media Center Satgas Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, kemarin. (Lihat videonya: Pernyataan Bank Dunia Mengenai Undang-Undang Cipta Kerja)

Kunci selanjutnya barulah penanganan kesehatan dengan 3T, testing, tracing, treating atau treatment, yang arahnya memutus rantai dengan melacak siapa saja yang positif. “Nah kalau di perubahan perilaku dengan 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun itu kita berusaha memutus rantai penularan Covid-19,” tambah Sonny.

Sonny pun mengatakan dengan totalitas mematuhi protokol kesehatan diharapkan masyarakat tidak lagi tertular Covid-19 . Dalam pandangannya, selama 7 bulan menghadapi Covid, respons kesadaran masyarakat mematuhi protokol kesehatan semakin meningkat. (Binti Mufarida)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1779 seconds (0.1#10.140)