Merampungkan Proyeksi Indonesia

Rabu, 07 Oktober 2020 - 06:05 WIB
loading...
A A A
Hingga Indonesia yang diharapkan menjadi rumah bersama bisa segera terwujud menaungi seluruh penghuninya dengan optimalisasi "kamar-kamar" yang ada.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan ke depan untuk merampungkan proyeksi Indonesia. Salah satunya adalah pemerataan pembangunan, baik fisik maupun nonfisik. Pada masa pandemi, sangat terlihat dan terasa dampak dari pembangunan yang tidak merata. Sebagian daerah memiliki fasilitas layak untuk kebutuhan penanganan Covid-19 (seperti isolasi), sementara sebagian wilayah lain tak memiliki fasilitas yang dibutuhkan.

Pun demikian dengan pembangunan nonfisik seperti data kependudukan dengan segala kriteria dan klasifikasi yang ada; siapa saja yang membutuhkan bantuan? Ada berapa jumlahnya? Bantuan apa untuk kelompok yang mana? Semua pertanyaan di atas acap menjadi gelap gulita karena lemahnya data. Hingga akhirnya banyak bantuan yang tidak terdistribusikan secara tepat sasaran. Sangat miris karena perdebatan soal data kerap kali terjadi, seperti pada momen pemilihan umum. Bahkan, tidak jarang yang berkembang menjadi sengketa dan gugatan ke pengadilan. Kondisi ini terasa sangat menyedihkan mengingat usia Republik yang sudah hampir satu abad. Tapi, sistem data kependudukan belum baik dan efektif hingga hari ini.

Pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan adalah pekerjaan besar berikutnya yang harus segera diselesaikan setelah pandemi berlalu. Ketidakmerataan pendidikan bisa dilihat dari infrastruktur sekolah yang banyak tidak memenuhi kategori sekolah sehat sesuai dengan protokol kesehatan. Alih-alih sistem pendidikan untuk kebutuhan pembelajaran jarak jauh dengan para siswa yang berada di rumah masing-masing, di sebagian kota besar, sistem pembelajaran jarak jauh masih bisa berjalan (walau banyak kekurangan). Sementara di sebagian tempat yang lain (seperti di perdesaan dan pedalaman) pelajaran jarak jauh sama sekali tidak bisa berjalan karena kurangnya infrastruktur penunjang, seperti terkait jaringan internet, komputer atau laptop dan yang lainnya.

Problem yang tak kalah berat justru terkait dengan mutu pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari rasionalitas publik, khususnya dalam merespons pandemi seperti Covid-19. Tingginya jumlah masyarakat yang tidak terlalu memerhatikan bahaya Covid-19 menunjukkan lemahnya rasionalitas publik. Sementara lemahnya rasionalitas publik salah satunya disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan.

Pekerjaan besar yang tak kalah mendesak setelah Covid-19 berlalu adalah penataan sistem kerja pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sebagian kepala daerah bersikap tak ubahnya presiden kecil. Bahkan, kadang-kadang nyaris menihilkan keberadaan pemerintahan pusat. Mirisnya adalah semua ini terjadi salah satunya karena lemahnya manajemen dari pemerintah pusat yang kadang-kadang terasa tidak menguasai persoalan bahkan cenderung disorientasi.

Pekerjaan besar lain adalah tata kelola pemerintahan yang bersih dengan adanya aparat negara yang amanah. Hingga masyarakat dapat memercayai secara penuh bahwa yang dilakukan aparat negara untuk kepentingan publik semata-mata (termasuk dengan mengikuti seluruh arahan dan kebijakan yang ada). Meminjam istilah ulama terkemuka pada abad pertengahan yang sangat kaya dengan ilmu pemerintahan, Ibnu Taymiyyah, ada hubungan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah harus menjalankan segala tugas yang ada secara amanah hingga dipercaya oleh masyarakat.

Sementara masyarakat harus menaati kebijakan pemerintah hingga tercapai kemaslahatan bersama. Dan, hal besar terakhir yang mendesak dilakukan setelah pandemi adalah upaya-upaya untuk merangkul sebagian warga yang belum menerima Indonesia dengan semua sistem yang berlaku, apa pun alasannya. Indonesia dianugerahi wilayah yang sangat luas, tapi tak jarang terasa sangat sempit ketika berhadapan dengan sebagian masyarakat yang belum menerima NKRI. Seakan sudah tidak ada ruang lagi untuk menampung dan merangkul mereka agar tetap berada di bawah naungan NKRI. Padahal, mereka sama-sama mengalami tumpah darah di atas bumi Nusantara.

Upaya persuasif dan dialog dengan mereka sangat penting dilakukan. Tidak hanya karena orang-orang seperti ini sudah ada sejak awal pendirian Republik, lebih daripada itu, karena dialog merupakan elemen dasar yang berhasil mempertahankan Indonesia tetap kokoh, bahkan walaupun diterjang pandemi dahsyat seperti sekarang. Tanpa dialog mungkin sudah dari dulu Indonesia ambruk, minimal wilayahnya berkurang. Tapi, karena dialog, Indonesia bisa tetap berdiri kokoh seperti sekarang.

Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1696 seconds (0.1#10.140)