Wiku Paparkan Cara Kerja 3 Alat Tes untuk Temukan Kasus Positif Corona

Selasa, 05 Mei 2020 - 12:33 WIB
loading...
Wiku Paparkan Cara Kerja...
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito saat ini ada tiga alat yang digunakan untuk menemukan kasus positif. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Dalam rangka menemukan kasus positif virus Corona di Indonesia. Pemerintah terus melakukan tracing contact dengan tes dari berbagai alat dan metode. (Baca juga: Jokowi Ingatkan Jangan Sampai Muncul Gelombang Kedua Covid-19)

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito saat ini ada tiga alat yang digunakan untuk menemukan kasus positif. “Jadi memang untuk bisa mengetahui virus ini berada dimana, kita perlu melakukan testing. Testing yang ada yang menggunakan suatu alat dengan suatu proses tertentu dan biasanya diambil sampelnya dari manusia yang terpapar. Dan tesnya ada beberapa jenis, mungkin selama ini yang diketahui itu ada tiga sebenarnya tesnya,” ungkap Wiku di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha BNPB Jakarta (5/5/2020).

Pertama, adalah tes yang menggunakan gold standard atau yang paling utama disebut dengan artificial atau Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR). Artificial PCR ini, kata Wiku memiliki sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi sekitar 95%. “Artificial inilah yang dipakai di seluruh dunia untuk memastikan apabila sampel berupa swapnya diambil dari hidung atau tenggorokan itu bisa dites dan menunjukkan positif atau negatif terhadap virus SARS-Cov 2 ini,” katanya.

Kedua adalah Tes Cepat Molekuler. Ini merupakan tes lain yang juga disebut sebagai sistem lain. Tes cepat molekuler ini disebut sistem yang tertutup atau close system. Sedangkan PCR disebut sebagai open system sehingga memerlukan reagen dan sampel.

Wiku menambahkan, dengan menggunakan tes ini hasil yang didapatkan lebih cepat dan akurat untuk menemukan kasus positif Corona. “Ini sebuah tes yang relatif cepat, lalu dilakukannya secara molekuler dan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi sekitar 95%,” ucapnya.

Sebenarnya alat ini, kata Wiku dulunya dipakai untuk mengetes penyakit-penyakit lain. Misalnya tuberkulosis, HIV, dan penyakit lainnya. Alat ini menggunakan cartridge atau kaset yang khusus untuk COVID. “Kalau ini dipakai maka hasilnya lebih cepat keluarnya dan sangat spesifik dan sensitif,” kata Wiku.

Wiku mengatakan alat ini sebenarnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia dan tersebar di banyak tempat. “Hanya masalahnya cartridge atau kasetnya itu kesulitan kita mendapatkannya karena persaingan di dunia perlu itu,” jelasnya.

Ketiga adalah Rapid Test atau Rapid Diagnostic Test (RDT). RDT ini ada dua tipe, pertama RDT yang mengetes adanya antibodi dalam tubuh. Satu lagi adalah RDT antigen. “Tapi jumlah antigen di dunia ini sangat sedikit. Jadi yang sering dipakai adalah RDT antibodi dimana rapid test ini bisa mendeteksi adanya antibodi terhadap Covid yang telah muncul di penderita,” kata Wiku.

Wiku menjelaskan biasanya antibodi itu muncul setelah orang tersebut terpapar, terinfeksi dan mulai tubuhnya melawan. Cara bentuk melawannya biasanya yang bisa dilihat secara luar adalah mulai timbul gejala batuk, demam dan lain-lain. “Disitulah letaknya rapid test ini bisa mendeteksi antibodi nya,” jelasnya.

Tetapi rapid test ini, ungkap Wiku memiliki kelemahan. Proses tes bisa cepat, tapi punya kelemahan yakni sensitivitasnya dan spesifisitas nya tidak tinggi hanya sekitar 60-80%. Sehingga akibatnya, kalau tidak spesifik bisa saja sensitif menemukan sesuatu yang positif. Tetapi setelah dites dengan yang gold standard yaitu Artificial PCR tadi bisa saja hasilnya lain. Wiku menegaskan maka dari itulah pentingnya memiliki suatu sistem dalam pengujian.

“Kalau sampai tesnya positif di rapid test itu harus di-follow up dengan tes menggunakan artificial PCR untuk memastikan hasilnya. Jadi itu adalah secara umum kita memiliki 3 dan masing-masing punya kelebihan dan kelemahannya,” kata Wiku.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1709 seconds (0.1#10.140)