Serangan 9/11 yang Menggoncang Dunia (6)

Senin, 21 September 2020 - 10:29 WIB
loading...
Serangan 9/11 yang Menggoncang Dunia (6)
Imam Shamsi Ali, Imam/Direktur Jamaica Muslim Center, Presiden Nusantara Foundation. Foto/Dok. Pribadi
A A A
Imam Shamsi Ali
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center
Presiden Nusantara Foundation

SATU kelebihan Presiden Bush adalah kepribadian yang hangat. Seperti yang pernah saya sebutkan terdahulu ketika bertemu di gedung Saint Patrick di New York. Dia ramah, hangat dalam menyapa, dan senang bercanda.

Kehadirannya di Islamic Center di Washington DC, ibu kota negara super power dunia itu juga tidak terlalu terasa kaku dan menegangkan. Suasana terasa cair walau mungkin suasana menegangjan. Tidak jauh beda ketika bertemu di New York sehari sebelumnya. (Baca juga: Serangan Nine Eleven yang Menggoncang Dunia (Bagian 5))

Islamic Center di Washington DC sesungguhnya bukanlah masjid Raya seperti yang kita kenal di Indonesia. Karena di Amerika tidak ada yang dinamakan masjid Raya. Bahkan secara jamaah ada masjid-masjid lain yang lebih besar dari pada Islamic Center tersebut.

Hanya saja memang Islamic Center ini adalah salah satu masjid tertua di Washington dan dipandang penting karena seolah menjadi representasi dunia Islam. Walaupun kenyataannya lagi-lagi Saudilah yang lebih dominan, termasuk dalam pendanaan dan pengelolaan.

Pertemuan di Islamic Center itu dimulai dengan pertemuan tertutup antara Presiden Bush dan Perwakilan-Perwakilan organisasi Islam. Ada sekitar 10 tokoh-tokoh Islam yang hadir, mewakili komunitas Muslim yang sangat ragam. Sayang nampaknya tidak ada seorangpun wakil dari Indonesia.

Nihad Awad, salah satunya yang hadir di pertemuan tersebut. Dia merupakan seorang Muslim keturunan Palestina, sekaligus menjabat sebagai Direktur Eksekutif dari CAIR atau Council on American-Islamic Relations. Sebuah organisasi nasional Amerika yang sangat gigih memperjuangkan hak-hak sipil warga Muslim di Amerika.

Suatu ketika dia menyampaikan bahwa pada pertemuan tertutup itu Komunitas Muslim juga mempergunakan untuk menyampaikan kepada Bush bahwa pada pemilihan beberapa bulan sebelumnya Komunitas Muslim Amerika, minus Afro Amerika, memberikan suaranya secara penuh kepada Presiden Bush.

Alasan utama Komunitas Muslim selain “Afro American” secara bulat mendukung Bush saat itu adalah karena lawan capersnya saat itu, Al Gore, memilih Liberman, seorang Senator dari Connecticut yang beragama Yahudi. Karena keYahudiannyalah sehingga masyarakat Muslim non Afro pantang memberikan dukungannya.

Ini sekaligus mengindikasikan bahwa saat itu Komunitas Muslim Amerika masih menjadikan isu-isu global sebagai prioritàs dalam perjuangan mereka. Salah satunya adalah isu Palestina. Sehingga seringkali dukungan politik misalnya selalu dikaitkan dengan kepentingan dunia Islam. Sementara isu-isu yang mereka hadapi dalam negeri kadang justeru diabaikan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1363 seconds (0.1#10.140)