Memadukan Kecerdasan, Daya Juang, dan Spiritualitas
loading...
A
A
A
Banyak atlet peserta lomba yang di awal (start) bagus dan memilki potensi fisik yang kuat ternyata banyak yang terdampar di tengah perlintasan tidak mencapai garis finish. Kenapa ini bisa terjadi? Karena mereka tidak memiliki daya juang yang tangguh dan tidak mampu mengatasi persoalan di tengah perjalanan yang memang terkadang semuanya terjadi di luar dugaan.
Kalau mereka frustasi dan tidak siap dengan cobaan seperti ini sudah dapat dipastikan mereka akan gagal melampaui perlintasan dan tidak pernah mencapai garis finish. Model seperti ini tidak hanya terjadi di area perlombaan tetapi terjadi pula dalam proses pembelajaran dan fakta kehidupan.
Terkait dengan bahasan ini, ada kisah menarik yang pernah disajikan di sebuah majalah populer Luar Biasa yang pimpinan redaksinya Andri Wongso. Diceritakan pada sebuah even perlombaan awak media memberikan penghargaan dan apresiasi yang luar biasa kepada seorang atlit yang memasuki garis finish paling akhir dibandingkan peserta lomba lainnya.
Hal ini tidak lazim seperti biasanya yang selalu dielu-elukan, dipeluk, dicium dan diberikan karangan bunga adalah atlet yang mencapai garis finish pertama. Ternyata penghargaan ini diberikan kepada seseorang yang memiliki daya juang yang mengagumkan.
Betapa tidak, hanya tinggal seorang diri, terseok-seok, berlumuran darah, bercucuran keringat dan air mata tetap semangat menuju ke garis finish. Dan yang paling mengagumkan ketika ditanya kenapa Anda tetap bersemangat menuju garis finish dan tidak mungkin menjadi sang juara karena peserta lainnya sudah mencapai lebih dulu, jawabannya, "Saya diutus negara ke sini bukan untuk start, tetapi untuk finish".
Ini pembelajaran kehidupan yang luar biasa. Kita dalam menilai sesuatu tidak boleh hanya melihat hasil akhirnya saja tetapi juga harus melihat proses yang dilaluinya.
Kita tidak boleh hanya memberikan apresiasi kepada anak-anak didik yang lulus tercepat atau tinggi hasil ujianya atau cum laude wisudanya. Anak-anak yang bekerja keras karena pelbagai keterbatasan namun tetap bekerja keras dan tegar menghadapi cobaan hingga bisa menyelesaikan studi sebagaimana teman-temannya, orang-orang seperti ini saya kira juga layak diberi penghargaan.
Spiritualitas
Banyak pengertian dan definisi tentang spiritualitas yang dikemukakan bebrapa pakar. Dari sisi makna kata spiritualitas berasal dari kata spirit yang maknanya jiwa. Sehingga spiritualitas selalu dihubungkan dengan pengalaman jiwa atau moralitas manusia.
Kita coba mengambil definisi salah satu ilmuwan yakni Dewit-Weaver (Dalam McEven, 2004) yang menyatakan bahwa spiritualitas sebagai bagian dari dalam individu (core of individuals) yang tidak terlihat (unseen, invisible) yang berkontribusi terhadap keunikan serta dapat menyatu dengan nilai-nilai transendental (suatu kekuatan yang maha tinggi/high power dengan Tuhan/God) yang memberikan makna, tujuan, dan keterhubungan.
Ternyata disamping modal kecerdasan intelektualitas dan daya juang, ada faktor lain yang mendasarinya dan ini juga sangat menentukan. Di balik kesuksesan dan pencapaian puncak prestasi seseorang juga ditentukan faktor spiritualitas.
Kalau mereka frustasi dan tidak siap dengan cobaan seperti ini sudah dapat dipastikan mereka akan gagal melampaui perlintasan dan tidak pernah mencapai garis finish. Model seperti ini tidak hanya terjadi di area perlombaan tetapi terjadi pula dalam proses pembelajaran dan fakta kehidupan.
Terkait dengan bahasan ini, ada kisah menarik yang pernah disajikan di sebuah majalah populer Luar Biasa yang pimpinan redaksinya Andri Wongso. Diceritakan pada sebuah even perlombaan awak media memberikan penghargaan dan apresiasi yang luar biasa kepada seorang atlit yang memasuki garis finish paling akhir dibandingkan peserta lomba lainnya.
Hal ini tidak lazim seperti biasanya yang selalu dielu-elukan, dipeluk, dicium dan diberikan karangan bunga adalah atlet yang mencapai garis finish pertama. Ternyata penghargaan ini diberikan kepada seseorang yang memiliki daya juang yang mengagumkan.
Betapa tidak, hanya tinggal seorang diri, terseok-seok, berlumuran darah, bercucuran keringat dan air mata tetap semangat menuju ke garis finish. Dan yang paling mengagumkan ketika ditanya kenapa Anda tetap bersemangat menuju garis finish dan tidak mungkin menjadi sang juara karena peserta lainnya sudah mencapai lebih dulu, jawabannya, "Saya diutus negara ke sini bukan untuk start, tetapi untuk finish".
Ini pembelajaran kehidupan yang luar biasa. Kita dalam menilai sesuatu tidak boleh hanya melihat hasil akhirnya saja tetapi juga harus melihat proses yang dilaluinya.
Kita tidak boleh hanya memberikan apresiasi kepada anak-anak didik yang lulus tercepat atau tinggi hasil ujianya atau cum laude wisudanya. Anak-anak yang bekerja keras karena pelbagai keterbatasan namun tetap bekerja keras dan tegar menghadapi cobaan hingga bisa menyelesaikan studi sebagaimana teman-temannya, orang-orang seperti ini saya kira juga layak diberi penghargaan.
Spiritualitas
Banyak pengertian dan definisi tentang spiritualitas yang dikemukakan bebrapa pakar. Dari sisi makna kata spiritualitas berasal dari kata spirit yang maknanya jiwa. Sehingga spiritualitas selalu dihubungkan dengan pengalaman jiwa atau moralitas manusia.
Kita coba mengambil definisi salah satu ilmuwan yakni Dewit-Weaver (Dalam McEven, 2004) yang menyatakan bahwa spiritualitas sebagai bagian dari dalam individu (core of individuals) yang tidak terlihat (unseen, invisible) yang berkontribusi terhadap keunikan serta dapat menyatu dengan nilai-nilai transendental (suatu kekuatan yang maha tinggi/high power dengan Tuhan/God) yang memberikan makna, tujuan, dan keterhubungan.
Ternyata disamping modal kecerdasan intelektualitas dan daya juang, ada faktor lain yang mendasarinya dan ini juga sangat menentukan. Di balik kesuksesan dan pencapaian puncak prestasi seseorang juga ditentukan faktor spiritualitas.