Paket Isolasi Mandiri Covid-19, Bisnis Legit Berisiko Tinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penyebaran virus Sars Cov-II sangat cepat dan sudah banyak terkonfirmasi positif Covid-19 . Di Indonesia sampai hari ini, jumlah orang positif Covid-19 sebanyak 225.030. Orang sembuh 161.065 dan meninggal dunia 8.965 orang. Covid-19 dikenal dengan penyakit seribu wajah. Gejalanya bisa berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang tanpa gejala, terlihat sehat. Ada yang mengalami sesak hingga harus dibantu dengan ventilator.
Bagi pasien yang masuk kategori sedang dan berat itu harus dirawat di rumah sakit (RS) rujukan. Sementara itu, orang tanpa gejala dan gejala ringan bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Sejumlah RS swasta membuka layanan atau perawatan untuk orang tanpa gejala dan ringan ini. Salah satunya, RS Pelni Jakarta yang menyediakan program staysolation.
Kepala Divisi Pengembangan RS Pelni Didid Winnetouw mengatakan program ini tidak ada kaitannya dengan kondisi saat ini, di mana orang positif Covid-19 sangat banyak. Program ini sudah dilaksanakan sejak akhir Mei lalu. Dia menyebut sudah lebih dari 200 orang pasien yang ditangani.
RS Pelni bekerja sama dengan hotel-hotel untuk dijadikan safehouse. Jaraknya antara 3-5 kilometer (km). Hal itu untuk berjaga-jaga jika ada kondisi darurat, evakuasi ke RS Pelni bisa cepat. “Evakuasinya ke RS Pelni karena kebetulan RS ini juga rujukan Covid-19. Tim kami cukup lengkap untuk assessment dan penanganan,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Selasa (15/9/2020).
(Baca: Paket Isolasi Mandiri Penderita Covid-19, Bisnis Baru RS Swasta)
RS Pelni tidak sembarangan memilih safehouse. Mereka yang bekerja sama harus memenuhi sejumlah syarat, seperti kebersihan, bangunan, sarana dan prasarana, sumber daya manusia (SDM), dan tanggung jawab untuk menjalankan protokol Covid-19.
Didid menerangkan pihaknya akan melakukan screening terhadap setiap calon pasien. RS Pelni akan mengirim link dokumen untuk diisi. Kemudian, beberapa hal akan dikonfirmasi melalui video call, seperti adakah keluhan batuk hingga mengganggu aktivitas dan membuat tidak bisa tidur.
Dia memastikan calon pasien tidak bisa ujug-ujug datang untuk dirawat. Mereka harus sudah memegang hasil tes polymerase chain reaction (PCR) positif. Bisa juga yang sedang menunggu hasil tes PCR atau yang baru pulang dari wilayah zona merah.
“Setiap keluhan akan kami klarifikasi. Ini bagian kami memastikan ke depannya baik-baik saja di safehouse. Kami cukup detail menyiapkan pasien-pasien ini. Mudah-mudahan semua berjalan lancar,” tuturnya.
(Baca: Soal Layanan Isolasi Mandiri, ARSSI Tak Setuju Disebut Bisnis RS)
Bagi pasien yang masuk kategori sedang dan berat itu harus dirawat di rumah sakit (RS) rujukan. Sementara itu, orang tanpa gejala dan gejala ringan bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Sejumlah RS swasta membuka layanan atau perawatan untuk orang tanpa gejala dan ringan ini. Salah satunya, RS Pelni Jakarta yang menyediakan program staysolation.
Kepala Divisi Pengembangan RS Pelni Didid Winnetouw mengatakan program ini tidak ada kaitannya dengan kondisi saat ini, di mana orang positif Covid-19 sangat banyak. Program ini sudah dilaksanakan sejak akhir Mei lalu. Dia menyebut sudah lebih dari 200 orang pasien yang ditangani.
RS Pelni bekerja sama dengan hotel-hotel untuk dijadikan safehouse. Jaraknya antara 3-5 kilometer (km). Hal itu untuk berjaga-jaga jika ada kondisi darurat, evakuasi ke RS Pelni bisa cepat. “Evakuasinya ke RS Pelni karena kebetulan RS ini juga rujukan Covid-19. Tim kami cukup lengkap untuk assessment dan penanganan,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Selasa (15/9/2020).
(Baca: Paket Isolasi Mandiri Penderita Covid-19, Bisnis Baru RS Swasta)
RS Pelni tidak sembarangan memilih safehouse. Mereka yang bekerja sama harus memenuhi sejumlah syarat, seperti kebersihan, bangunan, sarana dan prasarana, sumber daya manusia (SDM), dan tanggung jawab untuk menjalankan protokol Covid-19.
Didid menerangkan pihaknya akan melakukan screening terhadap setiap calon pasien. RS Pelni akan mengirim link dokumen untuk diisi. Kemudian, beberapa hal akan dikonfirmasi melalui video call, seperti adakah keluhan batuk hingga mengganggu aktivitas dan membuat tidak bisa tidur.
Dia memastikan calon pasien tidak bisa ujug-ujug datang untuk dirawat. Mereka harus sudah memegang hasil tes polymerase chain reaction (PCR) positif. Bisa juga yang sedang menunggu hasil tes PCR atau yang baru pulang dari wilayah zona merah.
“Setiap keluhan akan kami klarifikasi. Ini bagian kami memastikan ke depannya baik-baik saja di safehouse. Kami cukup detail menyiapkan pasien-pasien ini. Mudah-mudahan semua berjalan lancar,” tuturnya.
(Baca: Soal Layanan Isolasi Mandiri, ARSSI Tak Setuju Disebut Bisnis RS)