Paket Isolasi Mandiri Covid-19, Bisnis Legit Berisiko Tinggi

Selasa, 15 September 2020 - 20:38 WIB
loading...
Paket Isolasi Mandiri Covid-19, Bisnis Legit Berisiko Tinggi
Ruang isolasi Covid-19 salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 Surabaya, Jawa Timur. Isolasi mandiri kini menjadi ladang bisnis baru RS swasta meskipun berisiko tinggi. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Penyebaran virus Sars Cov-II sangat cepat dan sudah banyak terkonfirmasi positif Covid-19 . Di Indonesia sampai hari ini, jumlah orang positif Covid-19 sebanyak 225.030. Orang sembuh 161.065 dan meninggal dunia 8.965 orang. Covid-19 dikenal dengan penyakit seribu wajah. Gejalanya bisa berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang tanpa gejala, terlihat sehat. Ada yang mengalami sesak hingga harus dibantu dengan ventilator.

Bagi pasien yang masuk kategori sedang dan berat itu harus dirawat di rumah sakit (RS) rujukan. Sementara itu, orang tanpa gejala dan gejala ringan bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Sejumlah RS swasta membuka layanan atau perawatan untuk orang tanpa gejala dan ringan ini. Salah satunya, RS Pelni Jakarta yang menyediakan program staysolation.

Kepala Divisi Pengembangan RS Pelni Didid Winnetouw mengatakan program ini tidak ada kaitannya dengan kondisi saat ini, di mana orang positif Covid-19 sangat banyak. Program ini sudah dilaksanakan sejak akhir Mei lalu. Dia menyebut sudah lebih dari 200 orang pasien yang ditangani.

RS Pelni bekerja sama dengan hotel-hotel untuk dijadikan safehouse. Jaraknya antara 3-5 kilometer (km). Hal itu untuk berjaga-jaga jika ada kondisi darurat, evakuasi ke RS Pelni bisa cepat. “Evakuasinya ke RS Pelni karena kebetulan RS ini juga rujukan Covid-19. Tim kami cukup lengkap untuk assessment dan penanganan,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Selasa (15/9/2020).

(Baca: Paket Isolasi Mandiri Penderita Covid-19, Bisnis Baru RS Swasta)

RS Pelni tidak sembarangan memilih safehouse. Mereka yang bekerja sama harus memenuhi sejumlah syarat, seperti kebersihan, bangunan, sarana dan prasarana, sumber daya manusia (SDM), dan tanggung jawab untuk menjalankan protokol Covid-19.

Didid menerangkan pihaknya akan melakukan screening terhadap setiap calon pasien. RS Pelni akan mengirim link dokumen untuk diisi. Kemudian, beberapa hal akan dikonfirmasi melalui video call, seperti adakah keluhan batuk hingga mengganggu aktivitas dan membuat tidak bisa tidur.

Dia memastikan calon pasien tidak bisa ujug-ujug datang untuk dirawat. Mereka harus sudah memegang hasil tes polymerase chain reaction (PCR) positif. Bisa juga yang sedang menunggu hasil tes PCR atau yang baru pulang dari wilayah zona merah.

“Setiap keluhan akan kami klarifikasi. Ini bagian kami memastikan ke depannya baik-baik saja di safehouse. Kami cukup detail menyiapkan pasien-pasien ini. Mudah-mudahan semua berjalan lancar,” tuturnya.

(Baca: Soal Layanan Isolasi Mandiri, ARSSI Tak Setuju Disebut Bisnis RS)

RS Pelni akan menjemput setiap pasien positif Covid-19. Pelni sudah bekerja sama dengan puskesmas-puskesmas di wilayah DKI Jakarta. Namun, semua dikembalikan lagi pasien apakah mau dijemput atau datang sendiri. Jika datang sendiri, Pelni mengingatkan transportasi menuju safehouse harus dilakukan sesuai prosedur agar tidak menularkan ke orang lain.

Didid menjelaskan mekanisme penanganan selama di safe house akan disesuaikan dengan hasil screening dan wawancara awal. “Dengan adanya screening bisa diketahui pasien mana yang membutuhkan kunjungan tiap hari. Mana pasien yang memerlukan perhatian khusus. Artinya, yang memerlukan kunjungan setiap hari,” paparnya.

Secara umum, tidak semua pasien dikunjungi setiap hari karena mayoritas tanpa gejala. Namun, tenaga medis tetap siaga sewaktu-waktu untuk menghadapi situasi darurat dan melakukan evakuasi. Dokter dan perawat pasti akan mendatangi pasien pada hari pertama. Ini untuk menentukan skema terapi selama isolasi.

Kunjungan kedua dilakukan pada hari keenam. Ini sekaligus melakukan tes swab ulang. Hasilnya akan keluar pada hari berikutnya. Jika negatif, boleh pulang dengan catatan harus isolasi selama tujuh hari di rumah. Jika hasilnya positif, tetap menjalani isolasi. “Kunjungan berikutnya kami lakukan tujuh hari sekali untuk dipantau kondisi kesehatan dan swab ulang,” katanya.

(Baca: Tarif Swab Test Semua Rumah Sakit Akan Distandardisasi)

Covid-19 merupakan penyakit yang sulit ditebak. Ada yang datang tanpa gejala, tiba-tiba beberapa hari kemudian bergejala. Selama membuka program ini, menurut Didid, hanya tiga pasien yang dievakuasi ke RS Pelni karena ada perubahan kondisi, seperti demam, asma, dan mengalami stress atau panik.

Didid mengklaim pihaknya tidak mempunyai dan menjual paket isolasi mandiri. Alasannya, susah untuk menentukan biaya karena kondisi pasien berbeda-beda, misal memiliki penyakit batuk, diare, hipertensi. Atau untuk lansia, RS Pelni akan melakukan pemeriksaan darah dan detak jantung terlebih dahulu.

“Kami tidak melakukan paket. Yang kami buat rate akomodasi. Rate kamar sudah ada standarnya, tetapi kalau layanan kesehatan agak susah kami paketkan. Range-nya untuk 10 hari sekitar Rp10-15 juta. Itu semua, termasuk swab ulang dua kali, ada vitamin dan obat,” pungkasnya.

.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1348 seconds (0.1#10.140)