Kemenkes Catat 84.734 Kasus DBD hingga September, Pulau Jawa Tertinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Didik Budijanto mengatakan hingga minggu ke-37 tahun 2020 tercatat ada 84.734 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) . Kasus DBD tertinggi tersebar di Pulau Jawa.
"Sebaran secara sampai dengan minggu ke-37 tahun 2020 luar biasa, seluruh Jawa semua warnanya merah delima. Artinya persebaran kasus DBD tinggi. Sementara di Papua menunjukkan hijau semua, ini kasus DBD rendah namun ada kasus malaria di sana," ungkap Didik dalam webinar, Selasa (15/9/2020).
Didik menyampaikan bahwa kasus DBD sejak tahun 2015 hingga 2020 mengalami naik turun. "Kalau kita lihat dari data pokok kasus demam berdarah ini sejak tahun 2015 sampai dengan pertengahan minggu ke-37 tahun 2020 ini, memang jumlah penderita ada naik turunnya," katanya.
Pada tahun 2015, kasus DBD tercatat sebanyak 129.650 kasus, tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus, di tahun 2017 sebanyak 68.407 kasus, tahun 2018 sebanyak 65.602 kasus, tahun 2019 sebanyak 138.127 kasus, dan di minggu ke-37 tahun 2020 sebanyak 84.734 kasus.
( ).
"Kalau di awal 2015 sekitar 129 ribu sekian, pada tahun 2019 yang kemarin 138 ribu sekian dan sekarang ini ada minggu ke-37 itu sudah mencapai 84.700 sekian pada bulan ke-9 ya. Ini memang harus kita antisipasi, kita sikapi dengan perubahan iklim," jelas Didik.
Didik mengungkapkan, batas incident rate DBD yakni 49 per 100.000 penduduk. Saat ini di minggu ke-37 tahun 2020 incident rate DBD yakni 31,23. "Kalau dari incident ratenya 49 per 100.000 penduduk, maka mungkin (jumlah kasus) tahun 2015 sudah mendekati."
( ).
"Tapi kalau kita lihat di tahun 2019 ini masih di atas ya 51,48 per 100.000 penduduk. Tapi kalau dilihat dari minggu ke-37 tahun 2020, mudah-mudahan nggak nambah lagi, berarti kita bisa mencapai 31,23 per 100.000, oleh karena itu perlu kita antisipasi," kata Didik.
Sementara, kasus penderita DBD yang meninggal di tahun ini tercatat sudah sebanyak 581 orang. "Sedangkan jumlah penderita yang meninggal naik turun-naik turun. Sempat menurun pada tahun 2018 tetapi meningkat lagi pada tahun 2019. Saat ini sudah malah mendekati tahun 2019 akhir tahun, padahal kita baru minggu ke-37, sebanyak 581," kata Didik.
"Sedangkan case fatality rate-nya terjadi penurunan, menurun tetapi ya mudah-mudahan nanti bisa menurun. Ini membuktikan bahwa pelayanan kesehatan sudah beroperasi dengan bagus."
"Sebaran secara sampai dengan minggu ke-37 tahun 2020 luar biasa, seluruh Jawa semua warnanya merah delima. Artinya persebaran kasus DBD tinggi. Sementara di Papua menunjukkan hijau semua, ini kasus DBD rendah namun ada kasus malaria di sana," ungkap Didik dalam webinar, Selasa (15/9/2020).
Didik menyampaikan bahwa kasus DBD sejak tahun 2015 hingga 2020 mengalami naik turun. "Kalau kita lihat dari data pokok kasus demam berdarah ini sejak tahun 2015 sampai dengan pertengahan minggu ke-37 tahun 2020 ini, memang jumlah penderita ada naik turunnya," katanya.
Pada tahun 2015, kasus DBD tercatat sebanyak 129.650 kasus, tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus, di tahun 2017 sebanyak 68.407 kasus, tahun 2018 sebanyak 65.602 kasus, tahun 2019 sebanyak 138.127 kasus, dan di minggu ke-37 tahun 2020 sebanyak 84.734 kasus.
( ).
"Kalau di awal 2015 sekitar 129 ribu sekian, pada tahun 2019 yang kemarin 138 ribu sekian dan sekarang ini ada minggu ke-37 itu sudah mencapai 84.700 sekian pada bulan ke-9 ya. Ini memang harus kita antisipasi, kita sikapi dengan perubahan iklim," jelas Didik.
Didik mengungkapkan, batas incident rate DBD yakni 49 per 100.000 penduduk. Saat ini di minggu ke-37 tahun 2020 incident rate DBD yakni 31,23. "Kalau dari incident ratenya 49 per 100.000 penduduk, maka mungkin (jumlah kasus) tahun 2015 sudah mendekati."
( ).
"Tapi kalau kita lihat di tahun 2019 ini masih di atas ya 51,48 per 100.000 penduduk. Tapi kalau dilihat dari minggu ke-37 tahun 2020, mudah-mudahan nggak nambah lagi, berarti kita bisa mencapai 31,23 per 100.000, oleh karena itu perlu kita antisipasi," kata Didik.
Sementara, kasus penderita DBD yang meninggal di tahun ini tercatat sudah sebanyak 581 orang. "Sedangkan jumlah penderita yang meninggal naik turun-naik turun. Sempat menurun pada tahun 2018 tetapi meningkat lagi pada tahun 2019. Saat ini sudah malah mendekati tahun 2019 akhir tahun, padahal kita baru minggu ke-37, sebanyak 581," kata Didik.
"Sedangkan case fatality rate-nya terjadi penurunan, menurun tetapi ya mudah-mudahan nanti bisa menurun. Ini membuktikan bahwa pelayanan kesehatan sudah beroperasi dengan bagus."
(zik)