Ahli Infeksi Ingatkan Tujuh Tanda Bahaya DBD saat Pandemi Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ahli Infeksi dan Pediatri Tropik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Mulya Rahma Karyanti mengingatkan tujuh tanda bahaya demam berdarah dengue (DBD) di tengah pandemi virus corona COVID-19. Menurutnya, meski penyebarannya sama-sama berasal dari virus, tapi virus DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang disertai dengan keluhan berbeda.
"Jadi kalau untuk kasus DBD , perjalanannya memang satu minggu, penyebabnya virus, virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ya penularannya," katanya di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 , Graha BNPB, Jakarta (22/6/2020).
Karyanti mengingatkan masyarakat bahwa gejala DBD dan COVID-19 berbeda. "Pada DBD memang gejala bisa saja terjadi tapi 10-15%, kecil presentasi. Dan tidak sesak tidak distress. Tidak seperti Covid, kan lebih ke sistem napas atas yang keluhannya. Tapi ini lebih demam dan perdarahan kulit yang harus diwaspadai. Dan apapun seperti mimisan, gusi berdarah atau memar itu harus diwaspadai," katanya. ( )
Selain itu, DBD biasanya keluhannya demam tinggi mendadak kadang disertai dengan muka merah dan nyeri kepala, nyeri di belakang mata, muntah-muntah dan biasanya bisa disertai dengan perdarahan. “Itu yang tidak ada pada Covid. Perdarahan spontan, mimisan, gusi berdarah atau timbul bintik-bintik merah di kulit bisa terjadi ya,” kata Karyanti.
"Namun, kalau hari ketiga tidak turun-turun juga, obatnya DBD sebenarnya adalah cairan, ketika dia kurang minum akhirnya pasti ada gejala-gejala, tanda bahaya warning sign kita sebutnya," kata Karyanti.
Ia mengatakan ada tujuh warning sign penting untuk mengetahui tingkat paling bahaya dari DBD . Ditandai di hari ketiga yakni timbul seperti sakit perut terasa nyeri, kemudian letargi atau lemas, perdarahan spontan, ada pembesaran hati, ada penumpukan cairan, dan dari pemeriksaan laboratorium biasanya ada peningkatan hematokrit. "Ini yang bermakna sama trombosit yang makin turun di bawah 100.000. Itu tingkat bahaya sekali DBD," ujarnya.( )
Ia pun mengatakan fase kritis dari pasien DBD ada di hari ketiga. “Yang kita takut di hari ketiga justru yang bahaya DBD yang kita sebut fase kritis. Karena di saat hari itu, biasanya bisa terjadi kebocoran dari pembuluh darah," kata Karyanti.
Kebocoran dari pembuluh darah ini yang membuat aliran darah ke otak berkurang, sehingga pasien DBD akan lemas dan tidur terus seharian. Asupan makan, minum sulit sehingga akan muntah-muntah, yang menimbulkan dehidrasi dan tidak buang air kecil lebih dari 46 jam.
"Nah itu tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai oleh orang tua, jika ada keluarga yang ada timbul gejala warning sign tadi, segera bawa ke rumah sakit," kata Karyanti.
"Jadi kalau untuk kasus DBD , perjalanannya memang satu minggu, penyebabnya virus, virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ya penularannya," katanya di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 , Graha BNPB, Jakarta (22/6/2020).
Karyanti mengingatkan masyarakat bahwa gejala DBD dan COVID-19 berbeda. "Pada DBD memang gejala bisa saja terjadi tapi 10-15%, kecil presentasi. Dan tidak sesak tidak distress. Tidak seperti Covid, kan lebih ke sistem napas atas yang keluhannya. Tapi ini lebih demam dan perdarahan kulit yang harus diwaspadai. Dan apapun seperti mimisan, gusi berdarah atau memar itu harus diwaspadai," katanya. ( )
Selain itu, DBD biasanya keluhannya demam tinggi mendadak kadang disertai dengan muka merah dan nyeri kepala, nyeri di belakang mata, muntah-muntah dan biasanya bisa disertai dengan perdarahan. “Itu yang tidak ada pada Covid. Perdarahan spontan, mimisan, gusi berdarah atau timbul bintik-bintik merah di kulit bisa terjadi ya,” kata Karyanti.
"Namun, kalau hari ketiga tidak turun-turun juga, obatnya DBD sebenarnya adalah cairan, ketika dia kurang minum akhirnya pasti ada gejala-gejala, tanda bahaya warning sign kita sebutnya," kata Karyanti.
Ia mengatakan ada tujuh warning sign penting untuk mengetahui tingkat paling bahaya dari DBD . Ditandai di hari ketiga yakni timbul seperti sakit perut terasa nyeri, kemudian letargi atau lemas, perdarahan spontan, ada pembesaran hati, ada penumpukan cairan, dan dari pemeriksaan laboratorium biasanya ada peningkatan hematokrit. "Ini yang bermakna sama trombosit yang makin turun di bawah 100.000. Itu tingkat bahaya sekali DBD," ujarnya.( )
Ia pun mengatakan fase kritis dari pasien DBD ada di hari ketiga. “Yang kita takut di hari ketiga justru yang bahaya DBD yang kita sebut fase kritis. Karena di saat hari itu, biasanya bisa terjadi kebocoran dari pembuluh darah," kata Karyanti.
Kebocoran dari pembuluh darah ini yang membuat aliran darah ke otak berkurang, sehingga pasien DBD akan lemas dan tidur terus seharian. Asupan makan, minum sulit sehingga akan muntah-muntah, yang menimbulkan dehidrasi dan tidak buang air kecil lebih dari 46 jam.
"Nah itu tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai oleh orang tua, jika ada keluarga yang ada timbul gejala warning sign tadi, segera bawa ke rumah sakit," kata Karyanti.
(abd)