Cerita Salim Said tentang Hobi Membaca dan Koleksi 10 Ribu Buku
loading...
A
A
A
JAKARTA - Prof Salim Said yang dikenal sebagai penulis, pengamat militer, dan kritikus film , buka-bukaan tentang hobi membaca dan jumlah buku yang dimiliknya. Menurut Salim, koleksi bukunya sekitar 10 ribu.
Dalam salah satu bagian wawancara dengan Helmy Yahya yang ditayangkan di channel YouTube Helmy Yahya Bicara, Jumat (11/9/2020), Salim Said tak menampik anggapan Helmy Yahya bahwa dia orang yang gila baca. "Kalau saya nggak gila baca, saya sudah gila sekarang, karena nggak keluar rumah kan? Makanya saya membaca saja," kata Salim.
Menurut Salim, dia gila baca lantaran pengaruh ayahnya. "Itu ajaran bapak saya almarhum. Ayah saya itu kalau saya minta beli bola, belum tentu dikasih, kami kan bukan orang kaya. Tapi kalau buku dikasih," tambah Salim di tayangan YouTube berjudul 'Jago Apa aja, Mulai dari Politik, Ekonomi, Film, Militer, Hingga Timur Tengah. Asal Jangan Ngitung' tersebut.
( ).
Soal jumlah koleksi bukunya sampai saat ini, Salim menyebut sekitar 10 ribu. "Koleksi buku saya sekitar 10 ribu. Saya kumpulkan sejak saya SMA," katanya.
Buku-buku tersebut, kata Salim, berisi tentang apa yang menjadi minatnya selama ini, seperti film, teater, sosiologi, psikologi, politik, dan militer.
( ).
Pria yang lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan pada tahun 1943 ini pun punya keinginan yang belum terwujud. "Saya tidak ingin ketika saya meninggal buku itu tercecer. Anak-anak saya nggak ada yang tertarik. Jadi harus dicarikan tempat," kata Salim.
Menurut Salim, dia sedang berusaha agar buku-bukunya itu disimpan di sebuah corner di perpustakaan . Awalnya, ada pembicaraan dengan Perpustakaan Nasional. Namun, menurutnya, sepertinya Perpustakaan Nasional punya persepsi lain terhadap apa yang disebut corner. Menurutnya, corner adalah sudut khusus di sebuah perpustakaan yang menyimpan koleksi buku orang-orang tertentu. Di berbagai perpustakaan itu ada.
"Jadi sekarang, saya sedang berusaha mendekati Gubernur DKI. Karena, DKI itu katanya punya perpusatakaan yang bagus. Kalau mereka mau terima hibah saya, wakaf saya, saya akan serahkan kepada mereka, ketika saya sudah meninggal. Maksud saya, prosesnya dimulai dari sekarang, buku-buku yang tidak lagi mendesak saya pakai, saya serahkan ke sana, ditambah terus-menerus, sesuai perkembangan kalau saya tidak memanfaatkan lagi dan saya masih hidup ya bawa aja.Tapi kalau saya masih manfaatkan, tunggu sampai saya meninggal," paparnya.
Dalam salah satu bagian wawancara dengan Helmy Yahya yang ditayangkan di channel YouTube Helmy Yahya Bicara, Jumat (11/9/2020), Salim Said tak menampik anggapan Helmy Yahya bahwa dia orang yang gila baca. "Kalau saya nggak gila baca, saya sudah gila sekarang, karena nggak keluar rumah kan? Makanya saya membaca saja," kata Salim.
Menurut Salim, dia gila baca lantaran pengaruh ayahnya. "Itu ajaran bapak saya almarhum. Ayah saya itu kalau saya minta beli bola, belum tentu dikasih, kami kan bukan orang kaya. Tapi kalau buku dikasih," tambah Salim di tayangan YouTube berjudul 'Jago Apa aja, Mulai dari Politik, Ekonomi, Film, Militer, Hingga Timur Tengah. Asal Jangan Ngitung' tersebut.
( ).
Soal jumlah koleksi bukunya sampai saat ini, Salim menyebut sekitar 10 ribu. "Koleksi buku saya sekitar 10 ribu. Saya kumpulkan sejak saya SMA," katanya.
Buku-buku tersebut, kata Salim, berisi tentang apa yang menjadi minatnya selama ini, seperti film, teater, sosiologi, psikologi, politik, dan militer.
( ).
Pria yang lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan pada tahun 1943 ini pun punya keinginan yang belum terwujud. "Saya tidak ingin ketika saya meninggal buku itu tercecer. Anak-anak saya nggak ada yang tertarik. Jadi harus dicarikan tempat," kata Salim.
Menurut Salim, dia sedang berusaha agar buku-bukunya itu disimpan di sebuah corner di perpustakaan . Awalnya, ada pembicaraan dengan Perpustakaan Nasional. Namun, menurutnya, sepertinya Perpustakaan Nasional punya persepsi lain terhadap apa yang disebut corner. Menurutnya, corner adalah sudut khusus di sebuah perpustakaan yang menyimpan koleksi buku orang-orang tertentu. Di berbagai perpustakaan itu ada.
"Jadi sekarang, saya sedang berusaha mendekati Gubernur DKI. Karena, DKI itu katanya punya perpusatakaan yang bagus. Kalau mereka mau terima hibah saya, wakaf saya, saya akan serahkan kepada mereka, ketika saya sudah meninggal. Maksud saya, prosesnya dimulai dari sekarang, buku-buku yang tidak lagi mendesak saya pakai, saya serahkan ke sana, ditambah terus-menerus, sesuai perkembangan kalau saya tidak memanfaatkan lagi dan saya masih hidup ya bawa aja.Tapi kalau saya masih manfaatkan, tunggu sampai saya meninggal," paparnya.
(zik)