Lindungi Keluarga Kita
loading...
A
A
A
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingatkan, selain perkantoran, penanganan covid juga harus fokus pada keluarga. Dalam pandangannya, selama ini pencegahan penularan selalu fokus di tempat-tempat publik. Padahal, tempat-tempat privat juga berpotensi menjadi klaster penularan.
“Klaster keluarga karena di rumah kita sudah merasa aman. Justru di situlah, yang kita harus hati-hati. Dalam perjalanan masuk kantor, kita juga sudah merasa aman, sehingga kita juga lupa di dalam kantor protokol kesehatan,” pungkasnya.
Tiga Aktivitas Penyebab Utama
Analis data yang juga merupakan inisiator pandemic talks, Firdza Radiany, menjelaskan bahwa klaster keluarga terjadi ketika salah satu anggota keluarga yang biasanya beraktivitas di luar rumah terkena virus atau terpapar virus, lalu menularkan ke dalam anggota keluarga lainnya, sehingga dalam rumah tersebut seluruh anggotanya itu terkena Covid-19 pada akhirnya,” jelasnya. (Baca juga: Bisnis Esek-esek Terancam Tinggal Cerita Gara-gara Teledildonik)
Dia mengungkapkan, ada tiga faktor utama dari aktivitas-aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya kasus Covid-19 dari klaster keluarga. Faktor dimaksud antara lain orang tua membiarkan anak-anak bermain bersama dalam kompleks. "Karena anak-anak ini dalam jurnal ilmiah terbukti berperan sebagai pembawa virus atau carrier virus,” kata Firdza dalam diskusi di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Jakarta, kemarin.
Faktor selanjutnya, perilaku warga masih sering berkumpul seperti silaturahmi, rapat warga, arisan keluarga, acara agama, atau bahkan olahraga bersama pingpong, badminton. Selain itu, banyak masyarakat masih melakukan liburan ke tempat wisata yang berada di zona merah. “Jadi, dia balik ke dalam lingkungan sosialnya, mereka tidak tahu bahwa mereka membawa virus,” jelas Firdza.
Sebelumnya, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito kembali mengingatkan bahwa salah satu penyebab terjadinya peningkatan kasus akhir-akhir ini karena masyarakat tidak menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin. Apalagi, kata Wiku, saat masyarakat sedang ke tempat wisata, masyarakat cenderung tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan.
“Rupanya masyarakat, mereka pergi ke tempat wisata dan mungkin tidak menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin. Dan tak terlihat, akhirnya penyakitnya jadi meningkat drastis di saat-saat ini. Jadi, ini pelajaran buat kita semuanya dengan kondisi yang ada,” katanya. (Lihat videonya: Inilah Kriteria Wanita Muslimah yang Dirindukan Surga)
Dia juga menyoroti rendahnya disiplin jaga jarak, seperti saat makan siang bersama kolega. Ditegaskan hal-hal seperti ini penting untuk betul-betul disiplin, karena justru di tempat yang lengah itulah akhirnya kita bisa tertular. “Dan terutama apabila di keluarga kita atau di sekitar kita ada orang tua, ibu hamil, atau anak-anak yang punya risiko tinggi, itu betul-betul kita harus menghindari jangan sampai terjadi kontak dengan mereka. Karena belum tentu kita tidak bebas dari covid. Itu selalu harus dijaga,” tegas Wiku.
Selain disiplin terhadap protokol kesehatan, Wiku juga mengingatkan pentingnya menjaga imunitas tubuh. “Dan untuk itu juga, modal yang setiap manusia memiliki atau masyarakat milik itu adalah imunitas individu atau daya tahan individu. Dan imunitas ini adalah bekal kesehatan yang dimiliki yang relatif mudah dan murah, karena adanya di diri kita untuk bisa menjaganya.” (Binti Mufarida/Dita Angga)
“Klaster keluarga karena di rumah kita sudah merasa aman. Justru di situlah, yang kita harus hati-hati. Dalam perjalanan masuk kantor, kita juga sudah merasa aman, sehingga kita juga lupa di dalam kantor protokol kesehatan,” pungkasnya.
Tiga Aktivitas Penyebab Utama
Analis data yang juga merupakan inisiator pandemic talks, Firdza Radiany, menjelaskan bahwa klaster keluarga terjadi ketika salah satu anggota keluarga yang biasanya beraktivitas di luar rumah terkena virus atau terpapar virus, lalu menularkan ke dalam anggota keluarga lainnya, sehingga dalam rumah tersebut seluruh anggotanya itu terkena Covid-19 pada akhirnya,” jelasnya. (Baca juga: Bisnis Esek-esek Terancam Tinggal Cerita Gara-gara Teledildonik)
Dia mengungkapkan, ada tiga faktor utama dari aktivitas-aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya kasus Covid-19 dari klaster keluarga. Faktor dimaksud antara lain orang tua membiarkan anak-anak bermain bersama dalam kompleks. "Karena anak-anak ini dalam jurnal ilmiah terbukti berperan sebagai pembawa virus atau carrier virus,” kata Firdza dalam diskusi di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Jakarta, kemarin.
Faktor selanjutnya, perilaku warga masih sering berkumpul seperti silaturahmi, rapat warga, arisan keluarga, acara agama, atau bahkan olahraga bersama pingpong, badminton. Selain itu, banyak masyarakat masih melakukan liburan ke tempat wisata yang berada di zona merah. “Jadi, dia balik ke dalam lingkungan sosialnya, mereka tidak tahu bahwa mereka membawa virus,” jelas Firdza.
Sebelumnya, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito kembali mengingatkan bahwa salah satu penyebab terjadinya peningkatan kasus akhir-akhir ini karena masyarakat tidak menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin. Apalagi, kata Wiku, saat masyarakat sedang ke tempat wisata, masyarakat cenderung tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan.
“Rupanya masyarakat, mereka pergi ke tempat wisata dan mungkin tidak menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin. Dan tak terlihat, akhirnya penyakitnya jadi meningkat drastis di saat-saat ini. Jadi, ini pelajaran buat kita semuanya dengan kondisi yang ada,” katanya. (Lihat videonya: Inilah Kriteria Wanita Muslimah yang Dirindukan Surga)
Dia juga menyoroti rendahnya disiplin jaga jarak, seperti saat makan siang bersama kolega. Ditegaskan hal-hal seperti ini penting untuk betul-betul disiplin, karena justru di tempat yang lengah itulah akhirnya kita bisa tertular. “Dan terutama apabila di keluarga kita atau di sekitar kita ada orang tua, ibu hamil, atau anak-anak yang punya risiko tinggi, itu betul-betul kita harus menghindari jangan sampai terjadi kontak dengan mereka. Karena belum tentu kita tidak bebas dari covid. Itu selalu harus dijaga,” tegas Wiku.
Selain disiplin terhadap protokol kesehatan, Wiku juga mengingatkan pentingnya menjaga imunitas tubuh. “Dan untuk itu juga, modal yang setiap manusia memiliki atau masyarakat milik itu adalah imunitas individu atau daya tahan individu. Dan imunitas ini adalah bekal kesehatan yang dimiliki yang relatif mudah dan murah, karena adanya di diri kita untuk bisa menjaganya.” (Binti Mufarida/Dita Angga)