Kongres Demokrat Ajang Pertarungan AHY-EBY Memperebutkan Kursi Ketum

Jum'at, 13 Maret 2020 - 07:04 WIB
Kongres Demokrat Ajang Pertarungan AHY-EBY Memperebutkan Kursi Ketum
Kongres Demokrat Ajang Pertarungan AHY-EBY Memperebutkan Kursi Ketum
A A A
JAKARTA - Ajang Kongres V Partai Demokrat yang digelar akhir pekan ini diprediksi bakal berjalan seru. Figur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edy Baskoro Yudhoyono (EBY) diprediksi bakal bertarung memperebutkan kursi ketua umum yang ditinggalkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dua bersaudara tersebut sejauh ini menjadi calon terkuat untuk memimpin Partai Demokrat lima tahun mendatang. Kendati demikian, AHY dipandang mempunyai peluang sedikit lebih besar. Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Dedi Kurnia Syah Putra mengatakan, melihat kronologis politik SBY dalam mengader kedua putranya, kemungkinan besar tongkat estafet akan jatuh ke AHY.

"Dengan asumsi AHY paling tidak kan sudah berkorban kariernya di militer dengan harapan dia akan dapat posisi di politik, dimulai dari Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Sebetulnya SBY sudah paham bahwa seorang AHY tidak bisa sukses sejak awal. Untuk itu, kemudian SBY secara khusus mendampingi AHY melakukan konsolidasi ke daerah-daerah, kemudian juga ke internal Demokrat dan sebagainya," ucap Dedi kepada SINDO Media kemarin.

Untuk EBY atau lebih populer dengan sebutan Ibas, sejak awal lebih mapan di parlemen karena sudah lebih dulu terjun ke politik dibandingkan AHY. Namun, dalam konteks kepemimpinan Demokrat, Ibas dinilai tidak akan terlalu diperhitungkan oleh SBY sebagai pucuk kepemimpinan Demokrat. (Baca: Pintu Sudah Ditutup, Kursi Ketua Umum untuk Trah SBY)

"Ini juga membaca karakter dari AHY sendiri yang sudah dipromosikan sebagai proses regenerasi kepemimpinan nasional, tentu lebih punya kans dibandingkan Ibas. Karena penunjukan atau pengaderan AHY secara khusus ini di kancah nasional, karakter itu memang lebih kuat di AHY dibandingkan di Ibas," tuturnya.

Dedi tidak menampik bahwa Ibas juga memiliki kekuatan di internal Demokrat karena memang lebih dulu terjun ke politik. Namun, hal yang perlu dipahami di internal parpol, boleh jadi dia punya kekuatan atau pengaruh di internal parpol, tapi apakah dia punya daya elektoral di parpol tersebut secara nasional.

“Ibas mungkin punya pengaruh di internal dalam artian kepada kader, tetapi apakah Ibas bisa punya pengaruh suara yang banyak dan memengaruhi daerah-daerah yang berada di luar kekuatan Ibas. Tetapi, kalau AHY, paling tidak sudah punya bukti sekurang-kurangnya ketika dia menjadi Komandan Kogasma, dia punya upaya yang sangat luar biasa sekali dalam mendulang suara Demokrat secara nasional," urainya.

Hal inilah yang membedakan antara AHY dengan Ibas. "AHY punya peluang karena memang sejak awal sudah di-setting sebagai tren untuk kepemimpinan di Demokrat. Apalagi kalau memang SBY sendiri yang melakukan treatment, maka mau tidak mau peluang itu memang lebih mengemuka," katanya.

Direktur Eksekutif Indonesia Public Opinion (IPO) ini menuturkan, melihat kronologi yang ada, diperkirakan tidak akan terjadi pertarungan yang sangat signifikan di Demokrat karena keduanya adalah keluarga. "Mungkin saja secara internal di luar kekuatan SBY sebagai ketua umum dan orang tua, mereka melakukan konstelasi politik yang cukup menegangkan, tetapi bagaimanapun SBY pasti akan melakukan upaya-upaya supaya tidak ada kontestasi yang mengemuka," tuturnya.

Menurut Dedi, kalau sampai terlihat terjadi kontestasi dan keduanya sampai bersaing, sebetulnya ini akan berpengaruh pada citra SBY yang bakal dianggap tidak bisa mengendalikan dua putranya. "Dan, tentu ini buruk bagi Demokrat karena seolah-olah Demokrat itu menjadi perebutan keluarga," ucapnya.

Hal yang lebih memungkinkan adalah kalau sampai terjadi kontestasi di antara keduanya, Ibas tidak perlu muncul ke depan, namun lebih baik Ibas mempunyai tokoh yang dijagokan dan merepresentasikan kepentingan Ibas. Dedi mengatakan, sebenarnya di internal Demokrat ada tokoh lain yang memiliki potensi yakni Sekjen Demokrat Hinca Pandjaitan yang merupakan tokoh senior dan punya nama di Demokrat. Namun, melihat kronologi yang terjadi di Demokrat, sampai saat ini memang ada semacam ketenangan yang dimungkinkan sengaja diciptakan oleh SBY. (Baca juga: Figur SBY Buka Peluang Bagi AHY untuk Memimpin Partai Demokrat)

Ketua Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengakui bahwa sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (EBY) diakui ketokohannya oleh para kader Demokrat. Namun, soal pencalonan keduanya sebagai ketua umum (ketum) Demokrat, hal itu bisa dilihat pada Sabtu (14/3/2020) besok saat pendaftaran calon ketum. “Kita belum tahu siapa yang akan maju karena sampai saat ini belum ada yang deklarasi menyatakan akan maju. Jadi, kita tunggu saja sampai Sabtu nanti siapa yang mendaftar,” katanya.

Ferdinand menjelaskan, dukungan para pemilik suara secara resmi akan disampaikan dalam surat rekomendasi calon ketum dari para pengurus daerah dan cabang. Sementara surat dukungan itu bersifat rahasia sebelum disampaikan pada saat pandangan umum di kongres. “Jadi, suara-suara lisan bisa saja beda dengan sikap resmi pengurus secara kolektif. Maka itu, kita tunggu saja nanti,” imbuh Ferdinand.

Ketua DPP Partai Demokrat Didik Mukrianto menilai proyeksi AHY sebagai pemimpin Demokrat selanjutnya sudah final bagi kader dan pemilik suara Demokrat. Dia juga berharap bahwa seluruh kader dan pengurus Demokrat bisa memahami kebutuhan dasar partai ini dan tetap solid.

“Kami segenap kader dan pengurus Partai Demokrat sangat memahami standing kebutuhan mendasar partai kita ke depan. Tidak ada hal yang paling utama kecuali tetap bergandengan tangan, tetap solid dalam satu visi dan tujuan untuk menyongsong kemenangan dalam setiap pertarungan politik,” kata Didik.

Menurut Didik, segenap pengurus dan kader Demokrat sangat rasional dan menyadari bahwa pilar utama untuk mewujudkan harapan tersebut adalah lahirnya pemimpin yang visioner, cakap, dan kuat. Didik menyebut bahwa yang memenuhi semua kriteria tersebut adalah AHY. Seluruh kader serta pengurus Demokrat sudah sepakat bahwa AHY sebagai ketum Demokrat selanjutnya adalah final. “Dan, semua kader PD, DPC, DPD, dan DPP mempunyai cara pandang yang sama bahwa The Next Leader di PD yang diyakini mampu memimpin menuju kejayaan PD ke depan adalah Mas AHY. Pandangan ini adalah pandangan final dan rasional,” tandasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarif Hasan menyebut bahwa tidak akan ada perebutan kekuasaan dalam hal ini posisi ketua umum (ketum) dalam Kongres Partai Demokrat yang akan digelar dalam beberapa hari ke depan. “Memang (kongres) akan dilakukan di Jakarta ya. Insya Allah direncanakan hari Sabtu-Minggu ya,” kata Syarif di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, kemarin.

Syarif menjelaskan, agenda Kongres Demokrat akan sama dengan partai lainnya, tetapi Kongres Demokrat lebih pada acara internal. Dia pun mengaku belum tahu apakah Presiden Joko Widodo akan diundang ke perhelatan terbesar partai itu. “Belum ini, akan diatur sama steering committee ya,” ujar Wakil Ketua MPR itu.

Mantan Menteri Koperasi dan UMKM ini menjamin bahwa Kongres Demokrat nanti tidak akan ada kericuhan dan pasti berjalan dengan lancar karena tidak ada perebutan kekuasaan dalam Kongres Demokrat. “Enggak ada (perebutan kekuasaan),” tandas Syarif. (Kiswondari/Abdul Rochim)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5416 seconds (0.1#10.140)