Jalan Sepi Nan Terjal Akademisi Publik?

Rabu, 22 Januari 2025 - 17:31 WIB
loading...
A A A
Di era digital, informasi bergerak dengan sangat cepat melalui portal berita dan media sosial. Media cetak kini memerlukan langkah tambahan agar tulisannya dapat menjangkau khalayak lebih luas, seperti diunggah ke grup WhatsApp atau media sosial lainnya.

Sementara itu, banyak intelektual global, seperti Hamid Dabashi dari Amerika Serikat, lebih memilih menulis di portal berita digital seperti Al Jazeera. Langkah ini mencerminkan keunggulan media digital dalam menjangkau pembaca yang lebih beragam. (Rosdiansyah, 2024)

Selain tulisan, media video juga mulai menjadi pilihan diseminasi ilmu. Akademisi dapat memanfaatkan platform video untuk menyampaikan gagasan, yang pada dasarnya juga merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat—salah satu elemen dari Tridharma Perguruan Tinggi. Namun, sayangnya, pengakuan atas upaya ini masih minim di Indonesia.

Sementara itu, menulis jurnal ilmiah memang memerlukan kerja keras, mulai dari penelitian hingga penyajian dalam format akademis yang ketat. Namun, jurnal-jurnal ini sering kali hanya dibaca oleh penulis lain atau peneliti yang membutuhkan referensi. Sebaliknya, tulisan di media massa menggunakan bahasa populer yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat umum, sehingga memiliki potensi dampak yang jauh lebih besar, masih minimalis.

Konsep Spiral of Silence yang dikemukakan oleh Elisabeth Noelle-Neumann dapat membantu menjelaskan mengapa akademisi yang aktif menulis di media massa memiliki potensi besar untuk memengaruhi opini publik, meskipun penghargaan akademik terhadap karya-karya tersebut masih rendah.

Spiral of Silence menunjukkan bahwa individu cenderung diam jika mereka merasa pandangan mereka tidak populer atau tidak sejalan dengan opini mayoritas. Namun, ketika suara tertentu semakin sering terdengar, terutama melalui media massa, suara tersebut dapat mematahkan kebisuan dan mendorong orang lain untuk berbicara atau mendukung pandangan yang sama.

Dalam konteks akademisi, tulisan yang diterbitkan di media massa berfungsi untuk mematahkan "spiral kebisuan" di ruang publik, terutama pada isu-isu yang memerlukan intervensi berbasis ilmu pengetahuan. Akademisi yang aktif menulis tidak hanya memberikan informasi tetapi juga membuka ruang diskusi yang lebih luas di masyarakat. Jejak digital dari tulisan-tulisan ini berkontribusi pada edukasi publik dan membangun legitimasi intelektual di luar lingkup akademik semata.

Tulisan di media massa juga memberikan keuntungan strategis bagi akademisi. Sebagai contoh, akademisi yang sering menulis opini dan terlibat dalam diskusi publik akan memiliki nilai tawar yang lebih kuat, baik dalam bidang politik, pemerintahan, maupun kebijakan publik.

Dengan membangun rekam jejak yang konsisten di media massa, seorang akademisi dapat membentuk persepsi publik tentang kepakaran mereka sebagai portofolio publik. Hal ini memberikan pengaruh yang signifikan dalam mempercepat perhatian publik terhadap isu-isu tertentu, termasuk yang berkaitan dengan kebijakan, seperti tunjangan kinerja (tukin, pen).

Dengan demikian, meskipun penghargaan akademik terhadap tulisan di media massa saat ini masih minim, kontribusi yang dihasilkan jauh melampaui sekadar angka kredit. Tulisan-tulisan ini adalah bentuk edukasi, inspirasi, dan amal jariyah yang menciptakan nilai sosial, sekaligus membangun legitimasi akademisi sebagai bagian dari intelektual publik. Lebih dari itu, tulisan di media massa adalah senjata yang ampuh untuk mematahkan kebisuan dan menciptakan dialog yang lebih inklusif dan konstruktif di masyarakat.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Idulfitri dan Nyepi...
Idulfitri dan Nyepi sebagai Momentum Energi Cinta dan Perdamaian Umat
PMII dan Tantangan Kaderisasi...
PMII dan Tantangan Kaderisasi di Era Ketidakpastian
Nasib Pengawas Sekolah...
Nasib Pengawas Sekolah di Ujung Tanduk?
Ruh Perlawanan dan Tanda-Tanda...
Ruh Perlawanan dan Tanda-Tanda Zaman
BPI Danantara: Peluang...
BPI Danantara: Peluang atau Tantangan untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?
Dari Deflasi menuju...
Dari Deflasi menuju Resesi: Lampu Kuning Ekonomi Indonesia
Ijtihad Tepuk Nyamuk:...
Ijtihad 'Tepuk Nyamuk': Logika Radikal-Terorisme
Gebrakan Efisiensi Anggaran...
Gebrakan Efisiensi Anggaran Prabowo-Gibran, Jantung Ekonomi Kerakyatan
Integritas
Integritas
Rekomendasi
10 Provinsi Gelar Pemutihan...
10 Provinsi Gelar Pemutihan pajak Kendaraan pada Tahun 2025
Manis-Pahit Debut Ole...
Manis-Pahit Debut Ole Romeny: Gol Perdana, Lalu Penentu Kemenangan!
SIG Berangkatkan 2.160...
SIG Berangkatkan 2.160 Pemudik, Buka Posko Mudik di 4 Provinsi
Berita Terkini
Prabowo Salat Id di...
Prabowo Salat Id di Masjid Istiqlal, Kendaraan Rantis hingga Paspampres Disiagakan
58 menit yang lalu
Jelang Lebaran, Serambi...
Jelang Lebaran, Serambi My Pertamina Bagi-bagi THR untuk Anak-anak
1 jam yang lalu
H-1 Lebaran, Arus Lalin...
H-1 Lebaran, Arus Lalin di Tol Cipali dan Pantura Cirebon Ramai Lancar
3 jam yang lalu
Kemenko Polkam Nilai...
Kemenko Polkam Nilai Kebijakan WFA Efektif Urai Kepadatan Mudik Lebaran
4 jam yang lalu
Prabowo Salat Idulfitri...
Prabowo Salat Idulfitri di Masjid Istiqlal Dilanjutkan Open House di Istana
7 jam yang lalu
3 Letjen TNI Teman Seangkatan...
3 Letjen TNI Teman Seangkatan Jenderal Agus Subiyanto, Salah Satunya Peraih Adhi Makayasa
9 jam yang lalu
Infografis
Selama Ramadan, Penggunaan...
Selama Ramadan, Penggunaan Bahu Jalan Tol Dalam Kota Dimajukan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved