Di Jepang, Jazuli Juwaini Beberkan Sikap Kritis PKS kepada Kekuasaan

Jum'at, 07 Februari 2020 - 13:25 WIB
Di Jepang, Jazuli Juwaini Beberkan Sikap Kritis PKS kepada Kekuasaan
Di Jepang, Jazuli Juwaini Beberkan Sikap Kritis PKS kepada Kekuasaan
A A A
JAKARTA - Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini didaulat menjadi pembicara tunggal Seminar Akademik di Universitas Kyoto di Jepang, 5-6 Februari 2020. Seminar itu fokus membahas perjalanan politik Fraksi PKS di DPR RI dengan topik "The Past, Present, and Future of The Prosperous Justice Party (PKS) in The Indonesia's Parliament (DPR)".

Jazuli membawakan subtansi buku karyanya "Risalah Perjuangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR RI. Seminar yang dihadiri profesor, peneliti, doktor dan mahasiswa S2 dan S3 ini adalah forum kajian politik kawasan Asia Tenggara dari Universitas Kyoto dan mitra bestarinya.

"Terus terang saya surprise dengan dengan perspektif dan pemahaman profesor dan para peneliti yang kritis dan tajam tentang politik Indonesia dan PKS. Saya senang dan menikmati semua perspektif, apresiasi, kritik, dan masukan. Ini memperkaya PKS dan kami terbuka dengan semua itu," kata Jazuli seusai menjawab semua pertanyaan diskusi yang berlangsung tiga jam.

Jazuli menyampaikan panjang lebar konteks politik Indonesia dikaitkan karakter kemajemukan bangsa hingga mempengaruhi perjalanan politik PKS. Jazuli menjelaskan identitas, visi misi, dan garis perjuangan Fraksi PKS yang terus eksis dan dinamis di pemerintahan maupun di parlemen pusat dan daerah.

"Alhamdulillah PKS terus berkiprah sejak pertama ikut pemilu tahun 1999 pascareformasi dan selalu menempatkan wakilnya di DPR dan DPRD. Dalam rentang itu, posisi dan sikap PKS dinamis," katanya.

Dia mengatakan, PKS pernah di dalam pemerintahan dan kini memilih di luar pemerintahan dengan kesadaran penuh menjaga sistem demokrasi agar tetap sehat dalam kerangka checks and balances. "Untuk itu Fraksi PKS membangun sikap politik yang kritis dan konstruktif terhadap kekuasaan," kata Jazuli.

Peserta seminar antusias bertanya dan mendalami perkembangan politik PKS mulai dari sikap-sikap terhadap sejumlah isu dan kebijakan sebagai oposisi hingga membahas identitas, karakter, dan program fraksi serta diferensiasinya dengan partai politik lain. Pertanyaan soal sistem pilkada, pileg, dan pilpres di Indonesia ke depan juga mengemuka. Juga seputar legislasi RKUHP, UU KPK, hingga soal reforma agraria, perlindungan hak asasi, dan isu pemulangan WNI yang pernah bergabung dengan ISIS.

"PKS sebagai partai politik terus membuka diri dan berkolaborasi dengan elemen politik lain baik di tingkat nasional maupun internasional. Karena, kunci membangun bangsa yang besar dan majemuk seperti Indonesia adalah komunikasi politik, karena kami sadar Indonesia tidak bisa dibangun sendirian. Demikian halnya dalam kita membangun peradaban dunia yang damai dan berkeadilan," kata Jazuli. (Baca Juga: Pansus Jiwasraya, Cara Demokrat dan PKS Yakinkan Fraksi Lain Diuji).

Maka itu, kata Jazuli, PKS dan fraksi serius membangun komunikasi dan jejaring dengan komunitas internasional. Fraksi PKS menggagas kunjungan resmi Fraksi PKS ke Fraksi-Fraksi negara berpengaruh di berbagai kawasan. Fraksi PKS juga menginisiasi program Ambassador Talks menghadirkan duta besar negara sahabat.

Termasuk memenuhi undangan kampus, lembaga riset, dan lembaga think tank seperti ke CSEAS Universitas Kyoto ini bagian dari upaya Fraksi PKS membangun jejaring dan komunikasi dengan komunitas akademis Internasional. "Sehingga bukan saja kami bisa mengenalkan dan memahamkan risalah perjuangan Fraksi PKS dan politik Indonesia, akan tetapi juga agar kami mendapatkan feed back dan masukan untuk kemajuan PKS khususnya dan negara Indonesia pada umumnya," pungkasnya.

Hadir dalam seminar antara lain Profesor Okamoto Masaki (ahli politik CSEAS Universitas Kyoto), Profesor Marcus Mietzner (ahli politik ANU Australia), Profesor Yasuko Kobayashi (ahli Politik Universitas Nanzan), Dr. Dede Utomo (Universitas Cornell USA). Di sana, Jazuli menerima penghargaan dari Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Universitas Kyoto di Jepang.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2711 seconds (0.1#10.140)