Menristek Tegaskan Indonesia Butuh 400 Juta Vaksin Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, Indonesia membutuhkan hingga 400 juta vaksin Corona (Covid-19) .
(Baca juga: Kasus Positif Secara Nasional Naik 32,9% Dalam Sepekan)
Untuk mewujudkan vaksin sebanyak itu, Bambang menegaskan, karenanya diperlukan kemandirian pengembangan vaksin Covid-19 menjadi penting.
(Baca juga: Dokter Terus Berguguran, Pemerintah Diminta Fokus dan Serius Atasi Corona)
"Seperti kita ketahui, dalam rangka pengadaan vaksin Covid-19 di Indonesia, kita mencoba mengembangkan vaksin dengan pendekatan cepat, efektif dan mandiri," kata Bambang dalam Konferensi Pers di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Rabu (2/9/2020).
"Kenapa kemandirian penting? Karena Indonesia adalah negara dengan penduduk 260 juta yang tentunya semuanya membutuhkan vaksin," tambahnya.
(Baca juga: 153 Instansi Gelar Tes Seleksi Kompetensi Dasar CPNS Hari Ini)
Bambang menjelaskan, ada kemungkinan apabila vaksinasi dilakukan lebih dari 1 kali per orang, maka kebutuhan vaksin Covid-19 ini bisa mencapai jumlah di atas 300 sampai 400 juta ampul.
"Otomatis ini membutuhkan kemandirian baik dalam proses produksi maupun juga dalam sisi pengembangan bibit vaksinnya," jelasnya.
Dia mengatakan, dalam rangka pengembangan vaksin Covid-19, pihaknya akan membentuk sebuah konsorsium. "Pertama menyampaikan mengenai perkembangan vaksin merah putih, di mana Kami akan segera membentuk konsorsium vaksin merah putih," ungkapnya.
Menurutnya, pengembangan vaksin merah putih dilakukan oleh Lembaga Eijkman. "Nah dalam rangka pengembangan bibit vaksin, di sinilah Kami di Indonesia dengan segenap kekuatan di bidang penelitian dan pengembangan, berupaya mengembangkan vaksin merah putih. Di mana salah satunya sedang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman yang berada di bawah Kemenristek BRIN," kata Bambang.
Bambang mengatakan Lembaga Eijkman saat ini sedang mengerjakan vaksin dengan platform subunit protein rekombinan baik yang berbasis sel mamalia maupun berbasis sel ragi.
"Dan selain itu juga mulai mengembangkan pendekatan inactivated virus atau virus yang dilemahkan. Jadi ada 3 platform yang akan dikembangkan oleh Lembaga Eijkman," tuturnya.
(Baca juga: Kasus Positif Secara Nasional Naik 32,9% Dalam Sepekan)
Untuk mewujudkan vaksin sebanyak itu, Bambang menegaskan, karenanya diperlukan kemandirian pengembangan vaksin Covid-19 menjadi penting.
(Baca juga: Dokter Terus Berguguran, Pemerintah Diminta Fokus dan Serius Atasi Corona)
"Seperti kita ketahui, dalam rangka pengadaan vaksin Covid-19 di Indonesia, kita mencoba mengembangkan vaksin dengan pendekatan cepat, efektif dan mandiri," kata Bambang dalam Konferensi Pers di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Rabu (2/9/2020).
"Kenapa kemandirian penting? Karena Indonesia adalah negara dengan penduduk 260 juta yang tentunya semuanya membutuhkan vaksin," tambahnya.
(Baca juga: 153 Instansi Gelar Tes Seleksi Kompetensi Dasar CPNS Hari Ini)
Bambang menjelaskan, ada kemungkinan apabila vaksinasi dilakukan lebih dari 1 kali per orang, maka kebutuhan vaksin Covid-19 ini bisa mencapai jumlah di atas 300 sampai 400 juta ampul.
"Otomatis ini membutuhkan kemandirian baik dalam proses produksi maupun juga dalam sisi pengembangan bibit vaksinnya," jelasnya.
Dia mengatakan, dalam rangka pengembangan vaksin Covid-19, pihaknya akan membentuk sebuah konsorsium. "Pertama menyampaikan mengenai perkembangan vaksin merah putih, di mana Kami akan segera membentuk konsorsium vaksin merah putih," ungkapnya.
Menurutnya, pengembangan vaksin merah putih dilakukan oleh Lembaga Eijkman. "Nah dalam rangka pengembangan bibit vaksin, di sinilah Kami di Indonesia dengan segenap kekuatan di bidang penelitian dan pengembangan, berupaya mengembangkan vaksin merah putih. Di mana salah satunya sedang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman yang berada di bawah Kemenristek BRIN," kata Bambang.
Bambang mengatakan Lembaga Eijkman saat ini sedang mengerjakan vaksin dengan platform subunit protein rekombinan baik yang berbasis sel mamalia maupun berbasis sel ragi.
"Dan selain itu juga mulai mengembangkan pendekatan inactivated virus atau virus yang dilemahkan. Jadi ada 3 platform yang akan dikembangkan oleh Lembaga Eijkman," tuturnya.
(maf)