Memacu Teknologi 4.0 dalam Pertanian

Selasa, 28 Januari 2020 - 06:05 WIB
Memacu Teknologi 4.0 dalam Pertanian
Memacu Teknologi 4.0 dalam Pertanian
A A A
Kuntoro Boga Andri Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian

"PEMBANGUNAN pertanian ini harus lebih maju, tidak boleh stuck (macet), apalagi mundur. Pertanian juga harus makin mandiri. Ada tantangan baru yang harus kita jawab dari masa ke masa dan era ini dengan teknologi." Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat menghadiri rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI pada November 2019. Pernyataan menteri pertanian itu tentu memiliki makna penting dalam penyusunan kebijakan dan program pembangunan pertanian ke depan.

Sejak menjabat sebagai mentan, Syahrul memang tak pernah berhenti menegaskan cita-cita "Pertanian Maju, Mandiri, dan Modern". Satu di antara elemen penting untuk mencapai cita-cita tersebut adalah penggunaan teknologi. Upaya Syahrul saat ini untuk menggiatkan implementasi teknologi. Dia menegaskan bahwa sektor ini tak semata kegiatan individual yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Pertanian adalah sebuah industri terbesar di dunia. Komoditas pertanian adalah sumber daya terpenting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Dan, pertanian turut berevolusi seiring dengan penemuan-penemuan penting di dunia industri. Era Pertanian 4.0

Kita tengah memasuki era Industri 4.0 yang lekat dengan penggunaan Internet of Things (IoT) di dalam berbagai sektor, tidak terkecuali pertanian. Kebutuhan pangan yang semakin tinggi hingga ledakan populasi dunia menuntut sistem pertanian yang lebih cerdas dibanding sebelumnya. Pertanian presisi, pemanfaatan drones untuk pertanian, pemantauan ternak, dan rumah kaca cerdas merupakan implementasi dari teknologi IoT untuk bertani lebih efisien dan berkelanjutan di tengah berbagai hambatan dalam peningkatan produktivitas pertanian.

Pertanian memiliki tantangan untuk menyediakan bahan pangan yang dapat dijangkau oleh seluruh populasi dunia. Hal ini semakin penting mengingat tantangan terhadap keterbatasan lahan pertanian, perubahan cuaca, dan peningkatan dampak lingkungan akibat praktik pertanian intensif. Dari sudut pandang permasalahan lingkungan, smart agriculture berbasis IoT dapat memberikan manfaat besar, termasuk dalam penggunaan air yang lebih efisien, atau optimalisasi input dan perawatan tanaman.

Adapun aplikasi smart agriculture dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu (a) precision agriculture atau pertanian presisi, (b) agricultural drones atau pemanfaatan drones untuk pertanian, (c) livestock monitoring atau pemantauan ternak, dan (d) smart greenhouses atau rumah kaca cerdas. Pertanian presisi merupakan satu di antara bentuk aplikasi IoT yang paling terkenal di sektor pertanian. Banyak perusahaan dunia di bidang pertanian telah memanfaatkan teknik ini untuk efisiensi kinerja dan capaian produksi. Sebagai contoh pertanian presisi yang fokus pada solusi agronomi ultramodern dalam pengelolaan irigasi dan suplai nutrisi presisi.

Tidak hanya itu, aplikasi IoT nirkabel juga mulai digunakan untuk pemantauan ternak. Data mengenai lokasi dan kesehatan ternak berbasis IoT dapat membantu peternak untuk mengidentifikasi hewan yang sakit sehingga bisa dipisahkan dari kawanan lebih cepat agar mencegah penyebaran penyakit. Server berbentuk cloud dapat diciptakan untuk mengakses sistem dari jarak jauh manakala diperlukan. Pertanian berbasis IoT membuat para pengambil kebijakan (stakeholders ) memperoleh real-time data yang bermanfaat. Proses ini akan memangkas seluruh aktivitas yang membutuhkan periode waktu tertentu dan jumlah tenaga kerja yang cukup besar pada skala industri pertanian. Karena itu, industri pertanian saat ini harus sadar akan potensi pasar IoT untuk aplikasi di dunia pertanian. Terkoneksinya perangkat dan tersedianya database yang terhubung secara real-time antarpengambil kebijakan (stakeholder ) diharapkan mampu menentukan kebijakan yang tepat untuk optimalisasi produksi pada agroindustri. Serta, dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengusaha dari sektor swasta dalam rangka pelaksanaan investasi pada sektor agroindustri.

Aplikasi sistem IoT ini membuat masyarakat tidak perlu datang atau turun langsung ke lapangan untuk budi daya secara langsung. IoT dapat membantu masyarakat mendapatkan data tanaman yang tidak mendapatkan cukup air, nutrisi, maupun serangan penyakit. Seluruh informasi tersebut bisa diakses melalui perangkat telepon pintar (smartphone ).

Berbekal teknologi, petani mampu mengurangi kendala jarak dan waktu dalam budi daya pertanian. Selain itu, teknologi juga mampu mereduksi peran manusia dalam sektor budi daya sehingga meminimalkan kebutuhan tenaga kerja dalam proses budi daya. Bahkan dengan permodelan yang valid, peran tenaga kerja berkeahlian khusus seperti paramedik veteriner dapat tergantikan oleh teknologi. Karena, status kesehatan ternak dapat terpantau dan teranalisis dengan menggunakan model algoritma.

Implementasi Teknologi IoT Indonesia tentunya beruntung memiliki para peneliti dan perekayasa teknologi yang unggul. Para inventor teknologi unggul kita sudah bisa merancang dan menciptakan teknologi pertanian berbasis IoT. Kementerian Pertanian juga sangat mendorong kehadiran start up yang mengakomodasi penggunaan teknologi IoT. Setiap teknologi berbasis IoT yang dihasilkan dari internal dan eksternal Kementerian Pertanian terus dirangsang untuk tumbuh dan berkembang.

Kementerian Pertanian dengan para peneliti dan perekayasa teknologi di Badan Penelitian dan Pengembangan Penelitian (Balitbangtan) selama ini tidak hanya berfungsi sebagai kreator dan inventor, tapi juga diseminator teknologi. Balitbangtan melalui unit pelaksana teknis (UPT) di daerah terus didorong menyampaikan teknologi terbaru, termasuk alat dan mesin pertanian berbasis IoT. Peran nyata tersebut harus didukung dan difasilitasi melalui kemitraan dengan sejumlah kelompok pemangku kepentingan antara lain pemerintah daerah, perguruan tinggi, maupun lembaga swadaya masyarakat.

Selain itu, Keberadaan Komando Strategis Pertanian (Kostratani) sebagai bentuk revitalisasi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) juga bisa menjadi tumpuan Kementan dalam mendiseminasikan teknologi 4.0 di kalangan pelaku usaha pertanian. Sebagai pusat edukasi dan informasi, para penyuluh kostratani wajib berpartisipasi untuk mendesiminasikan dan mendampingi para petani dalam penerapan teknologi maju berbasis IoT.

Pemanfaatan teknologi ini seharusnya terus didorong dan diaplikasikan dalam lingkup yang lebih luas, tak semata demi kepentingan penelitian dan uji coba. Peningkatan produktivitas pertanian yang bersumber dari efisiensi dan efektivitas proses budi daya tentu akan memperkuat status ketahanan pangan nasional.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4836 seconds (0.1#10.140)