Krisis Pandemi, Pemerintah Dinilai Tepat Terus Bangun Rasa Optimisme

Selasa, 01 September 2020 - 13:21 WIB
loading...
Krisis Pandemi, Pemerintah...
Anggota DPR Melchias Markus Mekeng menilai, yang dilakukan pemerintah saat ini melalui Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah benar. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Melchias Markus Mekeng menilai, apa yang dilakukan pemerintah saat ini melalui Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah benar. Menurut dia, pemerintah bukan tidak paham seperti dikritik Faisal Basri, tetapi yang dibangun adalah optimisme di tengah krisis .

(Baca juga: 100 Dokter Wafat, Reisa Broto Asmoro Ingatkan Pandemi Belum Tamat)

Kata dia, pemerintah tidak mungkin hanyut dalam resesi dengan membangun narasi pesimisme, tetapi harus yakin dengan berbagai kebijakan yang diambil. (Baca juga: Pemeriksaan Covid-19 di RI Hanya 46,85% dari Standar WHO)

"Dunia ini memang tidak seindah yang dibayangkan atau yang dikatakan. Tetapi kan optimisme harus dibangkitkan. Kalau pemerintah tidak bangun optimisme dalam situasi seperti sekarang ini, ya rusak negara ini," ujar Mekeng di Jakarta, Selasa (1/9/2020).

Menurut dia, yang dilakukan pemerintah saat ini adalah mencegah supaya pertumbuhan ekonomi di kuartal III (Juli-September) dan kuartal IV (Oktober-Desember) tidak turun ke minus yang lebih tinggi lagi. Dia mengatakan, pemerintah sedang bekerja membalikan pertumbuhan ekonomi dari minus 5,32 persen pada kuartal II (April-Juni), turun ke minus 1 persen atau nol persen pada kuartal III, bahkan bila perlu menjadi positif.

"Kalau dia (ekonomi, Red) turun dari minus 5,32 persen menjadi minus 3 persen seperti disampaikan Basri, tentu itu dampak dari program-program yang dilakukan selama ini. Tentu ini merupakan signal dari perbaikan ekonomi kita," kata mantan Ketua Komisi XI DPR ini.

Mekeng menambahkan, negara ini sedang mencari momentum atau tren agar terjadi pembalikan dari pertumbuhan ekonomi. Caranya dengan melahirkan berbagai kebijakan konkrit yang bisa menggerakan perekonomian.

Dia memberikan contoh, penggelontoran anggaran yang besar ke usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), membentuk program kartu prakerja yang mencapai Rp2,4 juta per orang, Bantuan Langsung Tunai (BLT) Rp600.000 per orang, dan relaksasi serta restrukturisasi kredit dari perbankan.

"Itu semua program-program untuk pemulihan ekonomi. Kalau kita bicara sebagai orang pemerintah, tentunya kita harus memberikan harapan optimisme kepada masyarakat. Bahwa optimisme itu dibangun karena sedang menjalankan program pemulihan ekonomi nasional. Menko Perekonomian bukan tidak tahu. Bukan tidak ngerti ekonomi," tuturnya.

Dia menilai, Airlangga Hartarto sangat mengerti, tetapi angle-nya dari pemerintah yang harus memberikan optimisme kepada masyarakat. "Masa harus ciptakan pesimisme. Nanti masyarakat tidak semangat dan hanya meratapi akan hadirnya resesi," imbuhnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, program yang dijalankan pemerintah telah dibahas bersama DPR. Artinya program pemulihan ekonomi bukan sesuka hati pemerintah tetapi mendapat masukan dan pertimbangan dari parlemen.

Di samping itu, program-program yang diluncurkan untuk membangkitkan daya beli masyarakat. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih besar disokong oleh konsumsi masyarakat. Pemerintah memang sedang menarik investasi dengan berbagai cara.

Namun belum banyak berhasil dalam situasi krisis seperti sekarang. Maka yang dikerjakan saat ini adalah menjalankan progran konkrit berupa dukungan besar ke UMKM karena UMKM menjadi motor penggerak ekonomi.

UMKM yang hidup dan bergerak penuh akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan demikian bisa meningkatkan konsumsi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Jadi apa yang disampaikan Menko Perekonomian dilihat dari sisi pemerintah. Bahwa ada orang atau pengamat mengatakan itu salah, ya orang itu melihat dari sisi lain. Jadi angle melihatnya berbeda. Tapi bukan tidak ngerti ekonomi. Semua orang juga bisa baca dari angka-angka yang ada, bukan hanya pengamat. Tapi kan pemerintah harus membangun optimisme," katanya.

Mantan Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR ini mengharapkan dalam situasi krisis seperti sekarang, para pengamat atau pengkritik tidak hanya nyinyir atau kritik ke pemerintah. Menurut dia, kritik boleh tapi sangat dihargai jika disertai solusi atau tawaran jalan keluar.

Pasalnya, orang pinggir jalan juga bisa melakukan kritik. Bedanya yang di pinggir jalan, biasanya asal kritik saja, sementara pengamat atau tokoh tentu mempunyai banyak pengetahuan yang bisa memberikan tawaran solusi.

"Ini persoalan bangsa. Krisis ini bukan hanya Indonesia tetapi seluruh dunia. Mari kita sama-sama bekerja untuk memperbaiki kondisi saat ini," pungkasnya.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1361 seconds (0.1#10.140)