Krisis Pandemi, Pemerintah Dinilai Tepat Terus Bangun Rasa Optimisme
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Melchias Markus Mekeng menilai, apa yang dilakukan pemerintah saat ini melalui Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah benar. Menurut dia, pemerintah bukan tidak paham seperti dikritik Faisal Basri, tetapi yang dibangun adalah optimisme di tengah krisis .
(Baca juga: 100 Dokter Wafat, Reisa Broto Asmoro Ingatkan Pandemi Belum Tamat)
Kata dia, pemerintah tidak mungkin hanyut dalam resesi dengan membangun narasi pesimisme, tetapi harus yakin dengan berbagai kebijakan yang diambil. (Baca juga: Pemeriksaan Covid-19 di RI Hanya 46,85% dari Standar WHO)
"Dunia ini memang tidak seindah yang dibayangkan atau yang dikatakan. Tetapi kan optimisme harus dibangkitkan. Kalau pemerintah tidak bangun optimisme dalam situasi seperti sekarang ini, ya rusak negara ini," ujar Mekeng di Jakarta, Selasa (1/9/2020).
Menurut dia, yang dilakukan pemerintah saat ini adalah mencegah supaya pertumbuhan ekonomi di kuartal III (Juli-September) dan kuartal IV (Oktober-Desember) tidak turun ke minus yang lebih tinggi lagi. Dia mengatakan, pemerintah sedang bekerja membalikan pertumbuhan ekonomi dari minus 5,32 persen pada kuartal II (April-Juni), turun ke minus 1 persen atau nol persen pada kuartal III, bahkan bila perlu menjadi positif.
"Kalau dia (ekonomi, Red) turun dari minus 5,32 persen menjadi minus 3 persen seperti disampaikan Basri, tentu itu dampak dari program-program yang dilakukan selama ini. Tentu ini merupakan signal dari perbaikan ekonomi kita," kata mantan Ketua Komisi XI DPR ini.
Mekeng menambahkan, negara ini sedang mencari momentum atau tren agar terjadi pembalikan dari pertumbuhan ekonomi. Caranya dengan melahirkan berbagai kebijakan konkrit yang bisa menggerakan perekonomian.
Dia memberikan contoh, penggelontoran anggaran yang besar ke usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), membentuk program kartu prakerja yang mencapai Rp2,4 juta per orang, Bantuan Langsung Tunai (BLT) Rp600.000 per orang, dan relaksasi serta restrukturisasi kredit dari perbankan.
"Itu semua program-program untuk pemulihan ekonomi. Kalau kita bicara sebagai orang pemerintah, tentunya kita harus memberikan harapan optimisme kepada masyarakat. Bahwa optimisme itu dibangun karena sedang menjalankan program pemulihan ekonomi nasional. Menko Perekonomian bukan tidak tahu. Bukan tidak ngerti ekonomi," tuturnya.
Dia menilai, Airlangga Hartarto sangat mengerti, tetapi angle-nya dari pemerintah yang harus memberikan optimisme kepada masyarakat. "Masa harus ciptakan pesimisme. Nanti masyarakat tidak semangat dan hanya meratapi akan hadirnya resesi," imbuhnya.
(Baca juga: 100 Dokter Wafat, Reisa Broto Asmoro Ingatkan Pandemi Belum Tamat)
Kata dia, pemerintah tidak mungkin hanyut dalam resesi dengan membangun narasi pesimisme, tetapi harus yakin dengan berbagai kebijakan yang diambil. (Baca juga: Pemeriksaan Covid-19 di RI Hanya 46,85% dari Standar WHO)
"Dunia ini memang tidak seindah yang dibayangkan atau yang dikatakan. Tetapi kan optimisme harus dibangkitkan. Kalau pemerintah tidak bangun optimisme dalam situasi seperti sekarang ini, ya rusak negara ini," ujar Mekeng di Jakarta, Selasa (1/9/2020).
Menurut dia, yang dilakukan pemerintah saat ini adalah mencegah supaya pertumbuhan ekonomi di kuartal III (Juli-September) dan kuartal IV (Oktober-Desember) tidak turun ke minus yang lebih tinggi lagi. Dia mengatakan, pemerintah sedang bekerja membalikan pertumbuhan ekonomi dari minus 5,32 persen pada kuartal II (April-Juni), turun ke minus 1 persen atau nol persen pada kuartal III, bahkan bila perlu menjadi positif.
"Kalau dia (ekonomi, Red) turun dari minus 5,32 persen menjadi minus 3 persen seperti disampaikan Basri, tentu itu dampak dari program-program yang dilakukan selama ini. Tentu ini merupakan signal dari perbaikan ekonomi kita," kata mantan Ketua Komisi XI DPR ini.
Mekeng menambahkan, negara ini sedang mencari momentum atau tren agar terjadi pembalikan dari pertumbuhan ekonomi. Caranya dengan melahirkan berbagai kebijakan konkrit yang bisa menggerakan perekonomian.
Dia memberikan contoh, penggelontoran anggaran yang besar ke usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), membentuk program kartu prakerja yang mencapai Rp2,4 juta per orang, Bantuan Langsung Tunai (BLT) Rp600.000 per orang, dan relaksasi serta restrukturisasi kredit dari perbankan.
"Itu semua program-program untuk pemulihan ekonomi. Kalau kita bicara sebagai orang pemerintah, tentunya kita harus memberikan harapan optimisme kepada masyarakat. Bahwa optimisme itu dibangun karena sedang menjalankan program pemulihan ekonomi nasional. Menko Perekonomian bukan tidak tahu. Bukan tidak ngerti ekonomi," tuturnya.
Dia menilai, Airlangga Hartarto sangat mengerti, tetapi angle-nya dari pemerintah yang harus memberikan optimisme kepada masyarakat. "Masa harus ciptakan pesimisme. Nanti masyarakat tidak semangat dan hanya meratapi akan hadirnya resesi," imbuhnya.