Membuka Pintu Capres Alternatif

Selasa, 01 September 2020 - 08:09 WIB
loading...
A A A
Isu menurunkan atau menghapus presidential threshold pada pilpres mendatang kian relevan seiring munculnya sejumlah figur potensial untuk menjadi capres. Mereka adalah para kepala daerah yang kinerjanya dinilai menonjol selama menangani pandemi Covid-19.

Kepala daerah tersebut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Survei terakhir yang dilakukan lembaga Indikator Politik Indonesia pada Juli 2020 menunjukkan nama-nama ini ada di deretan papan atas figur capres dengan elektabilitas tertinggi. (Baca juga: Ngamuk di Acara Agustusan, 22 Anggota Ormas Dibekuk)

Jika presidential threshold turun menjadi 10% atau bahkan 5%, figur kepala daerah ini berpeluang mengendarai sejumlah partai politik menengah, di antaranya NasDem, PAN, PKB, dan PKS. Parpol menengah ini cukup membutuhkan dua anggota koalisi untuk bisa mengusung pasangan calon. Namun, jika presidential threshold tetap 20%, hampir bisa dipastikan pintu bagi mereka akan tertutup.

M Qodari mengatakan, jika UU Pemilu belum diubah dan presidential threshold masih sama, capres adalah orang yang berasal atau didukung parpol besar seperti PDIP, Gerindra, atau Golkar. “Kecenderungannya parpol akan mencalonkan kader sendiri. Tapi, bukan mustahil figur di luar itu, seperti Giring. Tapi, ada syaratnya, yakni harus punya elektabilitas tinggi sebagai capres seperti Jokowi pada 2013-2014,” ucapnya.

Pendidikan Politik

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP PDIP Arif Wibowo ikut mengomentari munculnya Giring sebagai capres. Apa yang dilakukan PSI itu disebutnya bagus karena mempunyai strategi yang diharapkan bisa memantik hasil dalam bentuk dukungan publik atau dukungan elektoral. Namun, menurut Arif, ada beberapa hal yang perlu dipastikan oleh PSI. Pertama, PSI harus menjadi peserta pemilu dulu. Kedua, PSI bisa memperoleh kursi DPR. Sepanjang Undang-Undang Nomor 7/2017 tentang Pemilu tidak diubah, PSI tidak bisa mencalonkan presiden pada 2024 mendatang. “Artinya, tidak hanya ditawarkan kepada masyarakat, tetapi juga kepada partai-partai. Saran saya ya sebaiknya PSI melobi partai-partai itu, siapa tahu ada yang mau mencalonkan Giring pada 2024 nanti,” ucapnya.

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan, kemunculan capres alternatif di pilpres hal yang sehat bagi demokrasi. Publik memang perlu mengenal capresnya sejak awal. “Apresiasi buat Giring dan PSI yang sudah berani jujur menyampaikan keinginannya untuk maju pada 2024, ini justru sehat bagi demokrasi, tidak ada lagi beli kucing dalam karung,” ungkapnya. (Lihat videonya: Seorang Pemuda Jadi Korban Penembakan di Jakarta Utara)

Bahkan, Mardani mengajak semua calon presiden untuk tampil, menyampaikan gagasan dan menyampaikan pola pikir atau kerangka kerja untuk Indonesia maju, serta menyampaikan gagasannya soal bagaimana menangani Covid-19. “Parpol jangan ragu, harus berani mengajukan capres,” katanya.

Di lain pihak, Koordinator Juru Bicara PSI Dara A Kesuma menjelaskan, alasan PSI mengumumkan pencalonan Giring sejak jauh-jauh hari karena pihaknya ingin memberikan pendidikan politik agar para calon pemimpin negara tidak hanya muncul mendekati pemilu. "PSI sekaligus ingin memberikan alternatif calon pemimpin kepada rakyat,” ujarnya. (Kiswondari/Bakti)
(ysw)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1194 seconds (0.1#10.140)