Sindiran Megawati ke KAMI Cuma 'Balas Pantun' Politik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyatakan banyak yang ingin menjadi presiden saat menyinggung pembentukan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) oleh sejumlah tokoh dan aktivis seperti mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, apa yang disampaikan Megawati ini disebut balas pantun politik biasa, yakni saling tuding ada sesuatu. "KAMI menilai pemerintah gagal. Bagi Mega, di KAMI ada yang kebelet jadi presiden. Saling tuding politik saja," ujarnya kepada SINDOnews, Jumat (28/8/2020).
( Baca juga: Megawati Dinilai Sedang Cemas Elektabilitas Puan Masih Rendah ).
Adi juga menilai, pernyataan Megawati itu sebagai bentuk reaksi terhadap KAMI yang kerap mengkritik keras pemerintah. Kata Adi, perempuan yang akrab disapa Mega itu melihat di KAMI ternyata ada orang yang 'ngebet' jadi presiden juga. "Itu bentuk serangan balik ke KAMI," ujar analis politik asal UIN Jakarta ini.
( ).
Menurutnya, semua orang memang ingin menjadi presiden, termasuk tokoh yang berada di barisan KAMI tersebut. "Cuma kan tak mudah. Minimal butuh dukungan 20 persen parpol untuk daftar dan menang kompetisi," tandasnya.
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, apa yang disampaikan Megawati ini disebut balas pantun politik biasa, yakni saling tuding ada sesuatu. "KAMI menilai pemerintah gagal. Bagi Mega, di KAMI ada yang kebelet jadi presiden. Saling tuding politik saja," ujarnya kepada SINDOnews, Jumat (28/8/2020).
( Baca juga: Megawati Dinilai Sedang Cemas Elektabilitas Puan Masih Rendah ).
Adi juga menilai, pernyataan Megawati itu sebagai bentuk reaksi terhadap KAMI yang kerap mengkritik keras pemerintah. Kata Adi, perempuan yang akrab disapa Mega itu melihat di KAMI ternyata ada orang yang 'ngebet' jadi presiden juga. "Itu bentuk serangan balik ke KAMI," ujar analis politik asal UIN Jakarta ini.
( ).
Menurutnya, semua orang memang ingin menjadi presiden, termasuk tokoh yang berada di barisan KAMI tersebut. "Cuma kan tak mudah. Minimal butuh dukungan 20 persen parpol untuk daftar dan menang kompetisi," tandasnya.
(zik)