Pendaratan 178 Prajurit Kopassus saat Operasi Naga Berantakan, LB Moerdani Balikkan Keadaaan Ringkus 500 Pasukan Musuh
loading...
A
A
A
Sayangnya, operasi tersebut bocor oleh siaran radio Australia. Hal ini membuat Operasi Naga tidak berjalan sesuai rencana. Pasukan Belanda yang mengetahui informasi tersebut kemudian melakukan pengadangan dan penyergapan terhadap Benny dan pasukannya.
Akibatnya, perjalanan pasukan Naga yang dipimpin Benny menuju pusat pertahanan Belanda di Merauke menemui banyak rintangan. Tidak hanya alam tapi juga harus bertempur dengan Marinir Belanda.
Salah satunya, pertempuran yang terjadi pada 28 Juni 1962. Saat itu, dua perahu motor Marinir Belanda tiba-tiba menyerang pasukan Benny Moerdani yang sedang beristirahat di Sungai Kumbai. Pertempuran jarak dekat pun tak dapat dielakkan.
Benny yang tidak menduga bakal mendapat serangan mendadak tersebut, langsung berlindung dan menginstruksikan anak buahnya untuk menyelamatkan diri. Dalam penyergapan tersebut, Jenderal Kopassus ini nyaris tewas karena topi rimbanya tertembak. Beruntung, nyawanya masih bisa selamat.
Saat berupaya menyelamatkan diri dari penyergapan itu, mantan Panglima ABRI ini tidak menyadari jika jaketnya sedang dilepas. Sedangkan senjata, radio dan dokumen lainnya yang diikatkan di tubuhnya berhasil di selamatkan.
Dalam perjalanan menuju pusat pertahanan Belanda di Merauke pasukan ini harus seringkali terpaksa melakukan kontak senjata dengan Koninklijke Marine seperti yang terjadi pada 28 Juni.
Dikutip dari buku “Kopassus untuk Indonesia”, Benny bersama pasukan Naga berhasil memukul mundur pasukan Marinir Belanda. "Yang dipakai Benny adalah strategi kucing. Kalau bertemu ya bertempur. Kalau tidak ya kucing-kucingan. Tujuan kami sebagai umpan supaya Belanda memecah konsentrasi pasukannya yang di Biak dan terbukti berhasil,” kenang Brigjen TNI (Purn) Aloysius Benedictus Mboi yang saat Operasi Naga masih berpangkat Letnan Satu.
Pasukan Naga yang sudah siap di pinggir sungai segera menembak dan bergerak cepat pindah tempat. Musuh berhasil dipukul mundur dan melarikan diri ke arah Merauke.
Sementara upaya diplomasi terus berjalan, meskipun pemerintah Belanda pada awal Juli sudah mengisyaratkan kesediaan untul berdamai, Washington tidaklah demikian. Di hutan hutan Merauke pertempuran tetap terjadi sengit.
Bahkan Belanda sempat mengeluarkan pengumuman untuk siapa saja yang bisa meringkus Kapten Benny Moerdani akan diberi hadiah 500 gulen. "500 gulden untuk informasi atau menangkap keduanya hidup atau mati,” kata Ben Mboi yang terkejut karena melihat banyak pamflet berisi foto dirinya dan Benny Moerdani di pohon dan dinding rumah warga.
Akibatnya, perjalanan pasukan Naga yang dipimpin Benny menuju pusat pertahanan Belanda di Merauke menemui banyak rintangan. Tidak hanya alam tapi juga harus bertempur dengan Marinir Belanda.
Salah satunya, pertempuran yang terjadi pada 28 Juni 1962. Saat itu, dua perahu motor Marinir Belanda tiba-tiba menyerang pasukan Benny Moerdani yang sedang beristirahat di Sungai Kumbai. Pertempuran jarak dekat pun tak dapat dielakkan.
Benny yang tidak menduga bakal mendapat serangan mendadak tersebut, langsung berlindung dan menginstruksikan anak buahnya untuk menyelamatkan diri. Dalam penyergapan tersebut, Jenderal Kopassus ini nyaris tewas karena topi rimbanya tertembak. Beruntung, nyawanya masih bisa selamat.
Saat berupaya menyelamatkan diri dari penyergapan itu, mantan Panglima ABRI ini tidak menyadari jika jaketnya sedang dilepas. Sedangkan senjata, radio dan dokumen lainnya yang diikatkan di tubuhnya berhasil di selamatkan.
Dalam perjalanan menuju pusat pertahanan Belanda di Merauke pasukan ini harus seringkali terpaksa melakukan kontak senjata dengan Koninklijke Marine seperti yang terjadi pada 28 Juni.
Dikutip dari buku “Kopassus untuk Indonesia”, Benny bersama pasukan Naga berhasil memukul mundur pasukan Marinir Belanda. "Yang dipakai Benny adalah strategi kucing. Kalau bertemu ya bertempur. Kalau tidak ya kucing-kucingan. Tujuan kami sebagai umpan supaya Belanda memecah konsentrasi pasukannya yang di Biak dan terbukti berhasil,” kenang Brigjen TNI (Purn) Aloysius Benedictus Mboi yang saat Operasi Naga masih berpangkat Letnan Satu.
Pasukan Naga yang sudah siap di pinggir sungai segera menembak dan bergerak cepat pindah tempat. Musuh berhasil dipukul mundur dan melarikan diri ke arah Merauke.
Sementara upaya diplomasi terus berjalan, meskipun pemerintah Belanda pada awal Juli sudah mengisyaratkan kesediaan untul berdamai, Washington tidaklah demikian. Di hutan hutan Merauke pertempuran tetap terjadi sengit.
Bahkan Belanda sempat mengeluarkan pengumuman untuk siapa saja yang bisa meringkus Kapten Benny Moerdani akan diberi hadiah 500 gulen. "500 gulden untuk informasi atau menangkap keduanya hidup atau mati,” kata Ben Mboi yang terkejut karena melihat banyak pamflet berisi foto dirinya dan Benny Moerdani di pohon dan dinding rumah warga.