Pendaratan 178 Prajurit Kopassus saat Operasi Naga Berantakan, LB Moerdani Balikkan Keadaaan Ringkus 500 Pasukan Musuh

Minggu, 25 Agustus 2024 - 10:08 WIB
loading...
Pendaratan 178 Prajurit...
Kondisi alam Irian Jaya (Papua Barat) bukanlah sesuatu yang akrab bagi para prajurit bahkan yang sudah terlatih sekalipun seperti RPKAD yang sekarang berganti nama menjadi Kopassus. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Kondisi alam Irian Jaya (Papua Barat) bukanlah sesuatu yang akrab bagi para prajurit bahkan yang sudah terlatih sekalipun seperti Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang berganti nama menjadi Kopassus . Hal ini membuat Operasi Naga tak berjalan mulus pada saat awal diterjunkan.

Dari awal, Operasi Naga ini sudah menunjukkan ketidaksiapan dan keterburu-buruan yang akhirya harus dibayar mahal. Para prajurit mengeluh, berat ransel yang mencapai 30 kg harus mereka bawa, ketika naik pesawat pun terjadi kekacauan, tidak sesuai dengan urutan yang seharusnya.



Operasi Naga merupakan operasi yang cukup berat karena harus menggagalkan rencana Belanda mendirikan “negara boneka” di Papua. Operasi ini menjadi strategi TNI untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda yang jumlahnya mencapai 10.000 prajurit dan berpusat di Biak.

Operasi Naga ini juga merupakan perwujudan dari Tri Komando Rakyat (Trikora) yang diumumkan Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961. Di mana Indonesia hendak memperkuat diplomasi dalam perundingan dengan Belanda di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dikutip dari kopassus.mil.id, Minggu (25/8/2024), kondisi makin bertambah parah ketika pesawat Hercules yang mengangkut para prajurit menggunakan peta dan navigasi yang tidak akurat. Sehingga Pasukan Naga diturunkan 30 km lebih ke arah utara dari dropping zone yang ditentukan.

Ketika menurunkan penerjun, para pilot TNI AU sudah berusaha terbang serendah mungkin agar pendaratan pasukan bisa saling berdekatan. Namun, tiba-tiba datang angin kencang yang menyebabkan mereka terpencar

Bahkan, tidak sedikit yang nilang ketika diterjunkan dalam kondisi malam yang gelap gulita. Para penerjun kebanyakan menyangkut di pohon-pohonPapua yang tingginya mencapal 30-40 meter.

Hal ini membuat para prajurit Kopassus kesulitan untuk turun, apalagi tali yang dibekalkan hanya sepanjang 20 meter. Ada juga yang langsung mendarat di rawa-rawa dan dengan berat ransel 30 kg mereka langsung tenggelam.

Untung Kapten Leonardus Benny (LB) Moerdani adalah seorang prajurit yang teliti dalam perencanaan. Sehingga walaupun ada prajurit yang tidak selamat dalam penerjunan, bahkan ada yang terpencar jauh, tetapi konsolidasi 178 pasukan dapat dilakukan di hari kedua setelah penurunan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1542 seconds (0.1#10.140)