Pendaratan 178 Prajurit Kopassus saat Operasi Naga Berantakan, LB Moerdani Balikkan Keadaaan Ringkus 500 Pasukan Musuh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kondisi alam Irian Jaya (Papua Barat) bukanlah sesuatu yang akrab bagi para prajurit bahkan yang sudah terlatih sekalipun seperti Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang berganti nama menjadi Kopassus . Hal ini membuat Operasi Naga tak berjalan mulus pada saat awal diterjunkan.
Dari awal, Operasi Naga ini sudah menunjukkan ketidaksiapan dan keterburu-buruan yang akhirya harus dibayar mahal. Para prajurit mengeluh, berat ransel yang mencapai 30 kg harus mereka bawa, ketika naik pesawat pun terjadi kekacauan, tidak sesuai dengan urutan yang seharusnya.
Operasi Naga merupakan operasi yang cukup berat karena harus menggagalkan rencana Belanda mendirikan “negara boneka” di Papua. Operasi ini menjadi strategi TNI untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda yang jumlahnya mencapai 10.000 prajurit dan berpusat di Biak.
Operasi Naga ini juga merupakan perwujudan dari Tri Komando Rakyat (Trikora) yang diumumkan Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961. Di mana Indonesia hendak memperkuat diplomasi dalam perundingan dengan Belanda di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dikutip dari kopassus.mil.id, Minggu (25/8/2024), kondisi makin bertambah parah ketika pesawat Hercules yang mengangkut para prajurit menggunakan peta dan navigasi yang tidak akurat. Sehingga Pasukan Naga diturunkan 30 km lebih ke arah utara dari dropping zone yang ditentukan.
Ketika menurunkan penerjun, para pilot TNI AU sudah berusaha terbang serendah mungkin agar pendaratan pasukan bisa saling berdekatan. Namun, tiba-tiba datang angin kencang yang menyebabkan mereka terpencar
Bahkan, tidak sedikit yang nilang ketika diterjunkan dalam kondisi malam yang gelap gulita. Para penerjun kebanyakan menyangkut di pohon-pohonPapua yang tingginya mencapal 30-40 meter.
Hal ini membuat para prajurit Kopassus kesulitan untuk turun, apalagi tali yang dibekalkan hanya sepanjang 20 meter. Ada juga yang langsung mendarat di rawa-rawa dan dengan berat ransel 30 kg mereka langsung tenggelam.
Untung Kapten Leonardus Benny (LB) Moerdani adalah seorang prajurit yang teliti dalam perencanaan. Sehingga walaupun ada prajurit yang tidak selamat dalam penerjunan, bahkan ada yang terpencar jauh, tetapi konsolidasi 178 pasukan dapat dilakukan di hari kedua setelah penurunan.
Sayangnya, operasi tersebut bocor oleh siaran radio Australia. Hal ini membuat Operasi Naga tidak berjalan sesuai rencana. Pasukan Belanda yang mengetahui informasi tersebut kemudian melakukan pengadangan dan penyergapan terhadap Benny dan pasukannya.
Akibatnya, perjalanan pasukan Naga yang dipimpin Benny menuju pusat pertahanan Belanda di Merauke menemui banyak rintangan. Tidak hanya alam tapi juga harus bertempur dengan Marinir Belanda.
Salah satunya, pertempuran yang terjadi pada 28 Juni 1962. Saat itu, dua perahu motor Marinir Belanda tiba-tiba menyerang pasukan Benny Moerdani yang sedang beristirahat di Sungai Kumbai. Pertempuran jarak dekat pun tak dapat dielakkan.
Benny yang tidak menduga bakal mendapat serangan mendadak tersebut, langsung berlindung dan menginstruksikan anak buahnya untuk menyelamatkan diri. Dalam penyergapan tersebut, Jenderal Kopassus ini nyaris tewas karena topi rimbanya tertembak. Beruntung, nyawanya masih bisa selamat.
Saat berupaya menyelamatkan diri dari penyergapan itu, mantan Panglima ABRI ini tidak menyadari jika jaketnya sedang dilepas. Sedangkan senjata, radio dan dokumen lainnya yang diikatkan di tubuhnya berhasil di selamatkan.
Dalam perjalanan menuju pusat pertahanan Belanda di Merauke pasukan ini harus seringkali terpaksa melakukan kontak senjata dengan Koninklijke Marine seperti yang terjadi pada 28 Juni.
Dikutip dari buku “Kopassus untuk Indonesia”, Benny bersama pasukan Naga berhasil memukul mundur pasukan Marinir Belanda. "Yang dipakai Benny adalah strategi kucing. Kalau bertemu ya bertempur. Kalau tidak ya kucing-kucingan. Tujuan kami sebagai umpan supaya Belanda memecah konsentrasi pasukannya yang di Biak dan terbukti berhasil,” kenang Brigjen TNI (Purn) Aloysius Benedictus Mboi yang saat Operasi Naga masih berpangkat Letnan Satu.
Pasukan Naga yang sudah siap di pinggir sungai segera menembak dan bergerak cepat pindah tempat. Musuh berhasil dipukul mundur dan melarikan diri ke arah Merauke.
Sementara upaya diplomasi terus berjalan, meskipun pemerintah Belanda pada awal Juli sudah mengisyaratkan kesediaan untul berdamai, Washington tidaklah demikian. Di hutan hutan Merauke pertempuran tetap terjadi sengit.
Bahkan Belanda sempat mengeluarkan pengumuman untuk siapa saja yang bisa meringkus Kapten Benny Moerdani akan diberi hadiah 500 gulen. "500 gulden untuk informasi atau menangkap keduanya hidup atau mati,” kata Ben Mboi yang terkejut karena melihat banyak pamflet berisi foto dirinya dan Benny Moerdani di pohon dan dinding rumah warga.
Upaya Belanda menangkap Benny tak berhasil dan terus gagal hingga akhirnya gencatan senjata antara Pasukan Naga dan Marinir Belanda disepakati. Pada 17 Agustus 1962 Benny bersama pasukannya dijamu makan di Markas Marinir Belanda di Merauke.
Saat itu, Benny terkejut mengetahui jaketnya terpampang di dinding Markas Marinir Belanda. Jaket hasil sitaan dalam pertempuran Sungai Kumbai milik Benny tersebut bahkan dijadikan sasaran lempar pisau. Di situlah baru diketahui betapa kesalnya tentara elite Belanda terhadap Kapten Benny.
Keberanian Benny Moerdani di medan operasi diakui Jan Willem de Leeuw, tentara Belanda yang pertama kali bertemu di Irian Barat. Jan bercerita tentang betapa beraninya Benny Moerdani sebagai komandan tentara Indonesia saat itu.
"Selain profesional sebagai tentara, Benny juga sebagai seorang negosiator ulung,” tutur Jan.
Keberhasilannya dalam operasi ini menarik perhatian Presiden Soekarno yang kemudian menganugerahi kenaikan pangkat luar biasa dan tanda kehormatan bintang sakti kepada Benny dan pasukannya. Bintang Sakti merupakan tanda kehormatan yang diberikan pemerintah untuk menghormati keberanian dan ketabahan tekad seorang prajurit yang melebihi panggilan kewajiban dalam operasi militer.
Pada Hari Pahlawan 10 November 1962, Kapten Benny Moerdani yang mendapat kenaikan pangkat menjadi Mayor saat ditugaskan sebagai inspektur upacara dalam peresmian Taman Makan Pahlawan Trikora di Merauke. Dari seluruh Pasukan Naga yang diterjunkan, delapan gugur karena jatuh ke tanah, seorang terbunuh penduduk setempat, seorang gugur karena sakit, dan tujuh orang lainnya hilang.
Dalam kondisi kekurangan anggota seperti itu, Pasukan Naga mampu meringkus 500 orang pasukan Belanda yang harus didatangkan dari Biak untuk mempertahankan Merauke.
Dari awal, Operasi Naga ini sudah menunjukkan ketidaksiapan dan keterburu-buruan yang akhirya harus dibayar mahal. Para prajurit mengeluh, berat ransel yang mencapai 30 kg harus mereka bawa, ketika naik pesawat pun terjadi kekacauan, tidak sesuai dengan urutan yang seharusnya.
Operasi Naga merupakan operasi yang cukup berat karena harus menggagalkan rencana Belanda mendirikan “negara boneka” di Papua. Operasi ini menjadi strategi TNI untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda yang jumlahnya mencapai 10.000 prajurit dan berpusat di Biak.
Operasi Naga ini juga merupakan perwujudan dari Tri Komando Rakyat (Trikora) yang diumumkan Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961. Di mana Indonesia hendak memperkuat diplomasi dalam perundingan dengan Belanda di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dikutip dari kopassus.mil.id, Minggu (25/8/2024), kondisi makin bertambah parah ketika pesawat Hercules yang mengangkut para prajurit menggunakan peta dan navigasi yang tidak akurat. Sehingga Pasukan Naga diturunkan 30 km lebih ke arah utara dari dropping zone yang ditentukan.
Ketika menurunkan penerjun, para pilot TNI AU sudah berusaha terbang serendah mungkin agar pendaratan pasukan bisa saling berdekatan. Namun, tiba-tiba datang angin kencang yang menyebabkan mereka terpencar
Bahkan, tidak sedikit yang nilang ketika diterjunkan dalam kondisi malam yang gelap gulita. Para penerjun kebanyakan menyangkut di pohon-pohonPapua yang tingginya mencapal 30-40 meter.
Hal ini membuat para prajurit Kopassus kesulitan untuk turun, apalagi tali yang dibekalkan hanya sepanjang 20 meter. Ada juga yang langsung mendarat di rawa-rawa dan dengan berat ransel 30 kg mereka langsung tenggelam.
Untung Kapten Leonardus Benny (LB) Moerdani adalah seorang prajurit yang teliti dalam perencanaan. Sehingga walaupun ada prajurit yang tidak selamat dalam penerjunan, bahkan ada yang terpencar jauh, tetapi konsolidasi 178 pasukan dapat dilakukan di hari kedua setelah penurunan.
Sayangnya, operasi tersebut bocor oleh siaran radio Australia. Hal ini membuat Operasi Naga tidak berjalan sesuai rencana. Pasukan Belanda yang mengetahui informasi tersebut kemudian melakukan pengadangan dan penyergapan terhadap Benny dan pasukannya.
Akibatnya, perjalanan pasukan Naga yang dipimpin Benny menuju pusat pertahanan Belanda di Merauke menemui banyak rintangan. Tidak hanya alam tapi juga harus bertempur dengan Marinir Belanda.
Salah satunya, pertempuran yang terjadi pada 28 Juni 1962. Saat itu, dua perahu motor Marinir Belanda tiba-tiba menyerang pasukan Benny Moerdani yang sedang beristirahat di Sungai Kumbai. Pertempuran jarak dekat pun tak dapat dielakkan.
Benny yang tidak menduga bakal mendapat serangan mendadak tersebut, langsung berlindung dan menginstruksikan anak buahnya untuk menyelamatkan diri. Dalam penyergapan tersebut, Jenderal Kopassus ini nyaris tewas karena topi rimbanya tertembak. Beruntung, nyawanya masih bisa selamat.
Saat berupaya menyelamatkan diri dari penyergapan itu, mantan Panglima ABRI ini tidak menyadari jika jaketnya sedang dilepas. Sedangkan senjata, radio dan dokumen lainnya yang diikatkan di tubuhnya berhasil di selamatkan.
Dalam perjalanan menuju pusat pertahanan Belanda di Merauke pasukan ini harus seringkali terpaksa melakukan kontak senjata dengan Koninklijke Marine seperti yang terjadi pada 28 Juni.
Dikutip dari buku “Kopassus untuk Indonesia”, Benny bersama pasukan Naga berhasil memukul mundur pasukan Marinir Belanda. "Yang dipakai Benny adalah strategi kucing. Kalau bertemu ya bertempur. Kalau tidak ya kucing-kucingan. Tujuan kami sebagai umpan supaya Belanda memecah konsentrasi pasukannya yang di Biak dan terbukti berhasil,” kenang Brigjen TNI (Purn) Aloysius Benedictus Mboi yang saat Operasi Naga masih berpangkat Letnan Satu.
Pasukan Naga yang sudah siap di pinggir sungai segera menembak dan bergerak cepat pindah tempat. Musuh berhasil dipukul mundur dan melarikan diri ke arah Merauke.
Sementara upaya diplomasi terus berjalan, meskipun pemerintah Belanda pada awal Juli sudah mengisyaratkan kesediaan untul berdamai, Washington tidaklah demikian. Di hutan hutan Merauke pertempuran tetap terjadi sengit.
Bahkan Belanda sempat mengeluarkan pengumuman untuk siapa saja yang bisa meringkus Kapten Benny Moerdani akan diberi hadiah 500 gulen. "500 gulden untuk informasi atau menangkap keduanya hidup atau mati,” kata Ben Mboi yang terkejut karena melihat banyak pamflet berisi foto dirinya dan Benny Moerdani di pohon dan dinding rumah warga.
Upaya Belanda menangkap Benny tak berhasil dan terus gagal hingga akhirnya gencatan senjata antara Pasukan Naga dan Marinir Belanda disepakati. Pada 17 Agustus 1962 Benny bersama pasukannya dijamu makan di Markas Marinir Belanda di Merauke.
Saat itu, Benny terkejut mengetahui jaketnya terpampang di dinding Markas Marinir Belanda. Jaket hasil sitaan dalam pertempuran Sungai Kumbai milik Benny tersebut bahkan dijadikan sasaran lempar pisau. Di situlah baru diketahui betapa kesalnya tentara elite Belanda terhadap Kapten Benny.
Keberanian Benny Moerdani di medan operasi diakui Jan Willem de Leeuw, tentara Belanda yang pertama kali bertemu di Irian Barat. Jan bercerita tentang betapa beraninya Benny Moerdani sebagai komandan tentara Indonesia saat itu.
"Selain profesional sebagai tentara, Benny juga sebagai seorang negosiator ulung,” tutur Jan.
Keberhasilannya dalam operasi ini menarik perhatian Presiden Soekarno yang kemudian menganugerahi kenaikan pangkat luar biasa dan tanda kehormatan bintang sakti kepada Benny dan pasukannya. Bintang Sakti merupakan tanda kehormatan yang diberikan pemerintah untuk menghormati keberanian dan ketabahan tekad seorang prajurit yang melebihi panggilan kewajiban dalam operasi militer.
Baca Juga
Pada Hari Pahlawan 10 November 1962, Kapten Benny Moerdani yang mendapat kenaikan pangkat menjadi Mayor saat ditugaskan sebagai inspektur upacara dalam peresmian Taman Makan Pahlawan Trikora di Merauke. Dari seluruh Pasukan Naga yang diterjunkan, delapan gugur karena jatuh ke tanah, seorang terbunuh penduduk setempat, seorang gugur karena sakit, dan tujuh orang lainnya hilang.
Dalam kondisi kekurangan anggota seperti itu, Pasukan Naga mampu meringkus 500 orang pasukan Belanda yang harus didatangkan dari Biak untuk mempertahankan Merauke.
(kri)